Mengapa Vladimir Putin Lama Menjabat Sebagai Presiden Rusia?
loading...
A
A
A
MOSKOW - Vladimir Putin telah menjabat sebagai Presiden Rusia selama lebih dari 20 tahun. Putin telah menandatangi amandemen konstitusi baru yang membuatnya bisa membuatnya menjabat sampai 2036.
Amandemen tersebut juga mencakup keutamaan hukum Rusia tentang norma-norma internasional dengan larangan pernikahan sesama jenis dan”kepercayaan pada Tuhan” sebagai inti.
Pada konstitusi sebelumnya, Putin diminta mengundurkan diri pada tahun 2024 setelah menyelesaikan jabatannya selama hampir dua dekade, meskipun Putin sendiri belum tahu apakah dia akan mencalonkan lagi pada Pilpres Rusia 2024.
Lalu bagaimana Putin bisa menjadi Presiden dengan masa jabatan yang sangat lama? Berikut adalah faktanya.
1. Mantan Anggota KGB
Dilansir dari BBC, sebelum menjadi orang nomor satu Rusia, dulunya Putin adalah anggota intelijen KGB.
Dia bertugas di Dresden, Jerman Timur, saat terjadi Revolusi 1989 atau Kejatuhan Komunisme yang menyebabkan ribuan massa melayangkan protes hingga meruntuhkan Tembok Berlin dan Tirai Besi.
Putin mengambil sebuah langkah yang terbilang berani dengan membakar dokumen-dokumen KGB, yang dianggap bisa menjatuhkan Rusia pada masa itu.
Terlebih markas KGB telah diserbu oleh massa pada Desember 1989. Seorang penulis biografi Vladimir Putin asal Jerman, Boris Reitschuster, mengungkapkan bahwa Rusia saat ini bisa saja “berbeda” bila kala itu Putin tidak ditempatkan di Jerman Timur.
Karier politik Putin dimulai saat dia kembali ke kampung halamannya, St Petersburg. Dia menjadi Penasihat Wali Kota Anatoly Sobchak pada divisi Hubungan Internasional.
Putin menjabat banyak posisi legislatif di pemerintahan St Petersburg hingga 1996. Sebelum akhirnya Putin pindah ke ibu kota Rusia, Moskow.
Di Moskow, Putin diangkat sebagai Wakil Kepala Departemen Manajamen Properti sampai 1997, menjadi wakil Staf Kepresidenan selama 1997-1998.
Kariernya semakin cemerlang saat Presiden Rusia Boris Yeltsin menunjuknya sebagai Direktur FSB. Tidak sampai di sana, Putin menjabat sebagai Perdana Menteri Rusia.
Presiden Boris Yeltsin mengundurkan diri pada malam baru tahun 2000. Otomatis, Putin naik pangkat menjadi pelaksana tugas presiden sampai Rusia mengadakan pemilu di Maret 2000.
Dalam pemilu tersebut, Putin memenangkan satu putaran dengan 53% suara. Bahkan angkanya cenderung meningkat hingga 83%. Maka ketika Pilpres tahun 2004, Putin dilantik sebagai Presiden Rusia dengan perolehan 71% suara.
2. Perubahan Konstitusional
Putin menjabat sebagai presiden periode pertama tahun 2004 sampai 2008. Kemudian dia menunjuk Perdana Menteri Dmitry Medvedev maju sebagai presiden.
Pada masa itu, Rusia memberlakukan UU bahwa pejabat tidak boleh menjabat selama 3 periode berturut-turut.
Dan pada masa pemerintahan Dmitry, dia mengajukan “perubahan konstusional” untuk mengubah jabatan presiden menjadi 6 tahun, dari semula 4 tahun.
Dmitry melantik Putin menjadi Perdana Menteri, yang ketika Dmitry turun jabatan, Putin maju menggantikan Dmitry.
Dominasi inilah yang membuat Putin lagi-lagi menjadi orang “berkuasa” di Rusia. Pada pemilu 2012, Putin terpilih menjadi Presiden Rusia kedua kalinya, begitu pula di pilpres 2018.
Maka, pada pilpres 2024 nanti, mari kita lihat apakah Vladimir Putin akan kembali mempertahankan kekuasaannya sebagai Presiden Rusia seumur hidup?
Amandemen tersebut juga mencakup keutamaan hukum Rusia tentang norma-norma internasional dengan larangan pernikahan sesama jenis dan”kepercayaan pada Tuhan” sebagai inti.
Pada konstitusi sebelumnya, Putin diminta mengundurkan diri pada tahun 2024 setelah menyelesaikan jabatannya selama hampir dua dekade, meskipun Putin sendiri belum tahu apakah dia akan mencalonkan lagi pada Pilpres Rusia 2024.
Lalu bagaimana Putin bisa menjadi Presiden dengan masa jabatan yang sangat lama? Berikut adalah faktanya.
1. Mantan Anggota KGB
Dilansir dari BBC, sebelum menjadi orang nomor satu Rusia, dulunya Putin adalah anggota intelijen KGB.
Dia bertugas di Dresden, Jerman Timur, saat terjadi Revolusi 1989 atau Kejatuhan Komunisme yang menyebabkan ribuan massa melayangkan protes hingga meruntuhkan Tembok Berlin dan Tirai Besi.
Putin mengambil sebuah langkah yang terbilang berani dengan membakar dokumen-dokumen KGB, yang dianggap bisa menjatuhkan Rusia pada masa itu.
Terlebih markas KGB telah diserbu oleh massa pada Desember 1989. Seorang penulis biografi Vladimir Putin asal Jerman, Boris Reitschuster, mengungkapkan bahwa Rusia saat ini bisa saja “berbeda” bila kala itu Putin tidak ditempatkan di Jerman Timur.
Karier politik Putin dimulai saat dia kembali ke kampung halamannya, St Petersburg. Dia menjadi Penasihat Wali Kota Anatoly Sobchak pada divisi Hubungan Internasional.
Putin menjabat banyak posisi legislatif di pemerintahan St Petersburg hingga 1996. Sebelum akhirnya Putin pindah ke ibu kota Rusia, Moskow.
Di Moskow, Putin diangkat sebagai Wakil Kepala Departemen Manajamen Properti sampai 1997, menjadi wakil Staf Kepresidenan selama 1997-1998.
Kariernya semakin cemerlang saat Presiden Rusia Boris Yeltsin menunjuknya sebagai Direktur FSB. Tidak sampai di sana, Putin menjabat sebagai Perdana Menteri Rusia.
Presiden Boris Yeltsin mengundurkan diri pada malam baru tahun 2000. Otomatis, Putin naik pangkat menjadi pelaksana tugas presiden sampai Rusia mengadakan pemilu di Maret 2000.
Dalam pemilu tersebut, Putin memenangkan satu putaran dengan 53% suara. Bahkan angkanya cenderung meningkat hingga 83%. Maka ketika Pilpres tahun 2004, Putin dilantik sebagai Presiden Rusia dengan perolehan 71% suara.
2. Perubahan Konstitusional
Putin menjabat sebagai presiden periode pertama tahun 2004 sampai 2008. Kemudian dia menunjuk Perdana Menteri Dmitry Medvedev maju sebagai presiden.
Pada masa itu, Rusia memberlakukan UU bahwa pejabat tidak boleh menjabat selama 3 periode berturut-turut.
Dan pada masa pemerintahan Dmitry, dia mengajukan “perubahan konstusional” untuk mengubah jabatan presiden menjadi 6 tahun, dari semula 4 tahun.
Dmitry melantik Putin menjadi Perdana Menteri, yang ketika Dmitry turun jabatan, Putin maju menggantikan Dmitry.
Dominasi inilah yang membuat Putin lagi-lagi menjadi orang “berkuasa” di Rusia. Pada pemilu 2012, Putin terpilih menjadi Presiden Rusia kedua kalinya, begitu pula di pilpres 2018.
Maka, pada pilpres 2024 nanti, mari kita lihat apakah Vladimir Putin akan kembali mempertahankan kekuasaannya sebagai Presiden Rusia seumur hidup?
(sya)