Biden Nyatakan AS Tak Cemas Putin Bakal Nekat Luncurkan Perang Nuklir
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Joe Biden menyatakan Amerika Serikat (AS) tidakcemas Presiden Rusia Vladimir Putin akan nekat meluncurkan perang nuklir dalam invasinya ke Ukraina .
Komentar Biden muncul setelah pemimpin Kremlin memerintahkan kepala pertahanannya menempatkan pasukan nuklir dalam dalam siaga tinggi menyusul sanksi keras AS dan negara-negara Barat.
“Haruskah orang Amerikacemas tentang perang nuklir?” tanya seorang reporter kepada presiden Biden setelah acara Black History Month di Gedung Putih.
"Tidak," jawab Biden, seperti dikutip New York Post, Selasa (1/3/2022).
Perintah Putin dikeluarkan Minggu malam dengan dalih sikap negara-negara Barat yang tak bersahabat terhadap Rusia.
Putin memerintahkan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan Kepala Staf Umum Militer Jenderal Valery Gerasimov untuk menempatkan pasukan nuklir negara dalam “mode tugas tempur".
“Negara-negara Barat tidak hanya mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap negara kita di bidang ekonomi, tetapi para pejabat tinggi dari anggota NATO terkemuka membuat pernyataan agresif mengenai negara kita,” kata Putin.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengecam langkah Putin. "Kami pikir retorika provokatif seperti ini mengenai senjata nuklir berbahaya, menambah risiko salah perhitungan, harus dihindari dan [kami] tidak akan menurutinya," katanya.
"Kami menilai arahan Presiden Putin dan saat ini tidak melihat alasan untuk mengubah tingkat kewaspadaan kami sendiri," ujar Psaki.
Ketika ditanya apakah AS melakukan sesuatu untuk mengurangi risiko perang nuklir, Psaki menjawab: “Apa yang kami coba lakukan adalah mengurangi ketegangan, mengurangi tenor retorika dan memperjelas bahwa kami telah melihat pola ini di masa lalu, yang menunjukkan melalui informasi yang salah bahwa ada ancaman yang diajukan kepada Presiden Putin di Rusia yang tidak ada.”
Meski Biden menyatakan AS tidak takut perang di Ukrina berubah jadi konflik nuklir, sebuah jajak pendapat Universitas Quinnipiac yang dirilis Senin menemukan bahwa 63 persen orang Amerika khawatir bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika NATO berusaha untuk campur tangan dalam konflik tersebut.
Hampir tiga perempat dari kubu Demokrat (74 persen) mengatakan mereka khawatir tentang perang nuklir, dibandingkan dengan 65 persen dari Partai Republik dan 57 persen dari kelompok independen.
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, sekutu penting Putin, hari Minggu mengeklaim bahwa sanksi terhadap Rusia dapat menyebabkan Perang Dunia III—meskipun AS belum menargetkan industri utama Rusia, seperti ekspor minyak dan gas.
“Banyak yang dibicarakan tentang sektor perbankan. Gas, minyak, SWIFT,” kata Lukashenko. “Ini lebih buruk dari perang. Rusia sedang didorong menuju Perang Dunia III. Kita harus sangat berhati-hati dan menghindarinya. Karena perang nuklir adalah akhir dari segalanya.”
Setelah awalnya mengumumkan sanksi terbatas pekan lalu, Gedung Putih selama akhir pekan memberlakukan sanksi tambahan yang menargetkan kekayaan pribadi Putin yang besar sambil memotong bank-bank Rusia dari sistem transaksi internasional SWIFT.
Komentar Biden muncul setelah pemimpin Kremlin memerintahkan kepala pertahanannya menempatkan pasukan nuklir dalam dalam siaga tinggi menyusul sanksi keras AS dan negara-negara Barat.
“Haruskah orang Amerikacemas tentang perang nuklir?” tanya seorang reporter kepada presiden Biden setelah acara Black History Month di Gedung Putih.
"Tidak," jawab Biden, seperti dikutip New York Post, Selasa (1/3/2022).
Perintah Putin dikeluarkan Minggu malam dengan dalih sikap negara-negara Barat yang tak bersahabat terhadap Rusia.
Putin memerintahkan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan Kepala Staf Umum Militer Jenderal Valery Gerasimov untuk menempatkan pasukan nuklir negara dalam “mode tugas tempur".
“Negara-negara Barat tidak hanya mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap negara kita di bidang ekonomi, tetapi para pejabat tinggi dari anggota NATO terkemuka membuat pernyataan agresif mengenai negara kita,” kata Putin.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengecam langkah Putin. "Kami pikir retorika provokatif seperti ini mengenai senjata nuklir berbahaya, menambah risiko salah perhitungan, harus dihindari dan [kami] tidak akan menurutinya," katanya.
"Kami menilai arahan Presiden Putin dan saat ini tidak melihat alasan untuk mengubah tingkat kewaspadaan kami sendiri," ujar Psaki.
Ketika ditanya apakah AS melakukan sesuatu untuk mengurangi risiko perang nuklir, Psaki menjawab: “Apa yang kami coba lakukan adalah mengurangi ketegangan, mengurangi tenor retorika dan memperjelas bahwa kami telah melihat pola ini di masa lalu, yang menunjukkan melalui informasi yang salah bahwa ada ancaman yang diajukan kepada Presiden Putin di Rusia yang tidak ada.”
Meski Biden menyatakan AS tidak takut perang di Ukrina berubah jadi konflik nuklir, sebuah jajak pendapat Universitas Quinnipiac yang dirilis Senin menemukan bahwa 63 persen orang Amerika khawatir bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika NATO berusaha untuk campur tangan dalam konflik tersebut.
Hampir tiga perempat dari kubu Demokrat (74 persen) mengatakan mereka khawatir tentang perang nuklir, dibandingkan dengan 65 persen dari Partai Republik dan 57 persen dari kelompok independen.
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, sekutu penting Putin, hari Minggu mengeklaim bahwa sanksi terhadap Rusia dapat menyebabkan Perang Dunia III—meskipun AS belum menargetkan industri utama Rusia, seperti ekspor minyak dan gas.
“Banyak yang dibicarakan tentang sektor perbankan. Gas, minyak, SWIFT,” kata Lukashenko. “Ini lebih buruk dari perang. Rusia sedang didorong menuju Perang Dunia III. Kita harus sangat berhati-hati dan menghindarinya. Karena perang nuklir adalah akhir dari segalanya.”
Setelah awalnya mengumumkan sanksi terbatas pekan lalu, Gedung Putih selama akhir pekan memberlakukan sanksi tambahan yang menargetkan kekayaan pribadi Putin yang besar sambil memotong bank-bank Rusia dari sistem transaksi internasional SWIFT.
(min)