Reaksi Lengkap China terhadap Pengakuan Rusia atas Kemerdekaan Donbass

Selasa, 22 Februari 2022 - 16:18 WIB
loading...
Reaksi Lengkap China terhadap Pengakuan Rusia atas Kemerdekaan Donbass
Menlu China Wang Yi merespon pengakuan Rusia pada kemerdekaan Donbass dari Ukraina. Foto/REUTERS
A A A
BEIJING - China menyatakan "kekhawatiran" atas bagaimana situasi berkembang di Ukraina, setelah Rusia mengumumkan pengakuannya atas Republik Donetsk dan Lugansk.

Berbicara kepada Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dalam panggilan telepon pada Selasa (22/2/2022), Menlu China Wang Yi mengatakan perubahan terbaru itu akibat kegagalan berkelanjutan dalam menerapkan Perjanjian Minsk 2015.

Perjanjian Minsk jika diterapkan dapat memberikan peta jalan untuk reintegrasi damai di wilayah Donbass yang memisahkan diri dari Ukraina.



Pada Senin, Rusia mengakui dua republik yang memproklamirkan diri sebagai negara merdeka.



Moskow mengatakan penolakan Kiev memenuhi kewajibannya sesuai Perjanjian Minsk dan penolakannya yang jelas untuk mencari resolusi dengan daerah pemberontak itu memicu langkah Rusia tersebut.



Saat Rusia mengakui republik yang memisahkan diri sebagai negara berdaulat, Presiden Vladimir Putin memerintahkan pasukan Rusia dikerahkan di wilayah untuk mempertahankan daerah itu dari kemungkinan aksi militer pasukan Ukraina.

Menlu China mengatakan posisi Beijing tentang masalah Ukraina tetap konsisten. “Kekhawatiran keamanan yang sah dari negara mana pun harus dihormati dan prinsip-prinsip Piagam PBB harus ditegakkan,” tegas Wang.

Dia meminta semua pihak yang terlibat untuk menahan diri, mengakui pentingnya menerapkan prinsip keamanan yang tidak dapat dibagi, meredakan situasi, dan menyelesaikan perbedaan melalui dialog dan negosiasi.

Pengakuan Rusia atas wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina itu datang di tengah meningkatnya ketegangan antara Moskow dan NATO.

Moskow menuduh NATO merusak keamanan nasionalnya dengan memperluas keanggotaan ke wilayah timur Eropa.

Rusia mengklaim blok pimpinan AS itu menargetkan Ukraina untuk penempatan aset militernya, dan menganggap tindakan itu tidak dapat diterima.

AS dan sekutunya menolak proposal Rusia untuk memberlakukan moratorium ekspansi NATO dan menarik kehadiran militernya di benua itu.

Sebaliknya, mereka menuduh Moskow merencanakan perang terhadap Ukraina.

NATO telah menerbangkan pesawat yang penuh dengan senjata canggih ke Ukraina, mengklaim senjata itu diperlukan untuk mempertahankan negara itu dari Rusia.

Moskow mengatakan pengiriman senjata itu tampaknya untuk meningkatkan kemampuan militer Ukraina dalam persiapan untuk serangan terhadap pemberontak di Donbass.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1604 seconds (0.1#10.140)