Israel Bersiap Kemungkinan Gelombang Imigrasi Yahudi dari Ukraina
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Pihak berwenang Israel sedang mempersiapkan kemungkinan gelombang migran dari Ukraina . Persiapan ini menyusul ketegangan terus-menerus antara Rusia dan Ukraina, sebut laporan Israel Hayom, Senin (21/2/2022).
Menurut harian itu, rencana darurat yang terperinci dirumuskan jika ribuan orang Yahudi memutuskan untuk melarikan diri ke Israel jika terjadi perang antara Ukraina dan Rusia.
Menteri Imigran dan Penyerapan Pnina Tamano-Shata memimpin pertemuan darurat dengan perwakilan hotel yang hadir. "Jika 5.000 orang datang ke Israel dalam satu minggu, ini adalah peristiwa yang perlu dipersiapkan," kata seorang sumber informasi kepada Israel Hayom.
"Ini adalah jumlah yang jauh lebih besar daripada Imigran dan Penyerapan dan badan-badan lain yang biasa," tambah sumber itu.
Rencana yang muncul meliputi persiapan di Bandara Ben Gurion untuk penyerapan imigran, termasuk pengiriman kartu identitas, mereka tinggal di pusat penyerapan atau hotel dan hostel, dan pengawalan di awal tinggal mereka di Israel.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri terus menyerukan warga Israel di Ukraina untuk segera meninggalkan negara itu. "Tindakan harus diambil agar orang Israel mengerti bahwa penyelamatan yang terlambat dapat menjadi rumit dan berbahaya," kata Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid.
Sementara itu, Kedutaan Besar Israel di Ukraina mengaku sedang mempersiapkan segala skenario terkait situasi di Ukraina. "Kedutaan sedang mempersiapkan segala macam scenario. Tetapi, mulai hari ini kami tinggal di sini di Ukraina, karena kehadiran kami di sini diperlukan bagi warga Israel yang tinggal di Ukraina," kata Duta Besar Michael Brodsky.
Brodsky berbicara dengan i24NEWS pada Minggu (20/2/2022), soal perkembangan terakhir dalam krisis Ukraina yang sedang berlangsung, serta apa yang kedutaan lakukan untuk mempersiapkan kemungkinan invasi oleh Moskow.
"Pada saat yang sama, kami terus menyerukan warga Israel untuk meninggalkan negara itu sesegera mungkin," lanjutnya. "Kami merasakan peningkatan eskalasi, dan kami pikir kami mendekati titik keputusan, tetapi orang tidak tahu apa yang akan terjadi kapan itu akan terjadi, dan apakah itu akan terjadi," tambahnya.
Menurut harian itu, rencana darurat yang terperinci dirumuskan jika ribuan orang Yahudi memutuskan untuk melarikan diri ke Israel jika terjadi perang antara Ukraina dan Rusia.
Menteri Imigran dan Penyerapan Pnina Tamano-Shata memimpin pertemuan darurat dengan perwakilan hotel yang hadir. "Jika 5.000 orang datang ke Israel dalam satu minggu, ini adalah peristiwa yang perlu dipersiapkan," kata seorang sumber informasi kepada Israel Hayom.
"Ini adalah jumlah yang jauh lebih besar daripada Imigran dan Penyerapan dan badan-badan lain yang biasa," tambah sumber itu.
Rencana yang muncul meliputi persiapan di Bandara Ben Gurion untuk penyerapan imigran, termasuk pengiriman kartu identitas, mereka tinggal di pusat penyerapan atau hotel dan hostel, dan pengawalan di awal tinggal mereka di Israel.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri terus menyerukan warga Israel di Ukraina untuk segera meninggalkan negara itu. "Tindakan harus diambil agar orang Israel mengerti bahwa penyelamatan yang terlambat dapat menjadi rumit dan berbahaya," kata Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid.
Sementara itu, Kedutaan Besar Israel di Ukraina mengaku sedang mempersiapkan segala skenario terkait situasi di Ukraina. "Kedutaan sedang mempersiapkan segala macam scenario. Tetapi, mulai hari ini kami tinggal di sini di Ukraina, karena kehadiran kami di sini diperlukan bagi warga Israel yang tinggal di Ukraina," kata Duta Besar Michael Brodsky.
Brodsky berbicara dengan i24NEWS pada Minggu (20/2/2022), soal perkembangan terakhir dalam krisis Ukraina yang sedang berlangsung, serta apa yang kedutaan lakukan untuk mempersiapkan kemungkinan invasi oleh Moskow.
"Pada saat yang sama, kami terus menyerukan warga Israel untuk meninggalkan negara itu sesegera mungkin," lanjutnya. "Kami merasakan peningkatan eskalasi, dan kami pikir kami mendekati titik keputusan, tetapi orang tidak tahu apa yang akan terjadi kapan itu akan terjadi, dan apakah itu akan terjadi," tambahnya.
(esn)