China Diduga Berupaya Alihkan Isu Pelanggaran HAM Muslim Uighur
loading...
A
A
A
“Tidak satu pun (mesin propaganda) yang dapat berfungsi sebagai alat kampanye, untuk mem-brainwash negara-negara dunia agar melupakan kejahatan kemanusiaan terhadap muslim Uighur,” tutur Solissa.
Apalagi, lanjut Solissa, sejak penahanan massal muslim Uighur pada tahun 2016, tergambar jelas Partai Komunis China (PKC) telah memulai upaya sistematis dan terkoordinasi untuk menghapus budaya Uighur dan membuat kembali minoritas muslim tersebut menjadi warga yang fleksibel dan produktif melalui “pendidikan ulang”.
Sebagai bagian dari proses ini, anak-anak telah dipisahkan dari orang tua mereka untuk ditempatkan di penitipan negara, sementara para wanita Uighur menjadi sasaran pengendalian kelahiran invasif dan pelecehan seksual, atau ditahan tahanan dan masuk dalam sistem kerja paksa.
“China juga telah melarang penggunaan bahasa Uighur dalam bahasa percakapan dan tulisan, memberlakukan pembatasan praktik keagamaan, merobohkan masjid dan situs keagamaan lainnya, menggunakan bujukan keuangan untuk mendorong perkawinan campur dengan kelompok etnis Han yang dominan, dan menganiaya kaum intelektual Uighur,” papar AB Solissa.
“Meski Olimpiade Beijing tetap diselenggarakan, kita masyarakat dunia seyogianya jangan sampai termakan setting-an China yang ingin mengalihkan isu pelanggaran berat HAM yang mereka lakukan kepada jutaan muslim Uighur,” papar AB Solissa.
Apalagi, lanjut Solissa, sejak penahanan massal muslim Uighur pada tahun 2016, tergambar jelas Partai Komunis China (PKC) telah memulai upaya sistematis dan terkoordinasi untuk menghapus budaya Uighur dan membuat kembali minoritas muslim tersebut menjadi warga yang fleksibel dan produktif melalui “pendidikan ulang”.
Sebagai bagian dari proses ini, anak-anak telah dipisahkan dari orang tua mereka untuk ditempatkan di penitipan negara, sementara para wanita Uighur menjadi sasaran pengendalian kelahiran invasif dan pelecehan seksual, atau ditahan tahanan dan masuk dalam sistem kerja paksa.
“China juga telah melarang penggunaan bahasa Uighur dalam bahasa percakapan dan tulisan, memberlakukan pembatasan praktik keagamaan, merobohkan masjid dan situs keagamaan lainnya, menggunakan bujukan keuangan untuk mendorong perkawinan campur dengan kelompok etnis Han yang dominan, dan menganiaya kaum intelektual Uighur,” papar AB Solissa.
“Meski Olimpiade Beijing tetap diselenggarakan, kita masyarakat dunia seyogianya jangan sampai termakan setting-an China yang ingin mengalihkan isu pelanggaran berat HAM yang mereka lakukan kepada jutaan muslim Uighur,” papar AB Solissa.
(min)