Pecahan Bom Dikeluarkan dari Matanya, Bocah Buta Suriah Melihat Kembali
loading...
A
A
A
ANKARA - Ahli bedah Turki berhasil mengembalikan penglihatan seorang bocah Suriah berusia delapan tahun yang dibutakan oleh pecahan peluru saat serangan bom di rumahnya dua tahun lalu.
Abdulrazak Dip terluka parah ketika dia baru berusia enam tahun dalam serangan bom di sebuah kota di Idlib, Suriah barat laut. Sepotong pecahan peluru menusuk mata kirinya, yang merenggut setengah penglihatannya. Selanjutnya, mata kanannya mulai kehilangan penglihatan juga karena trauma yang disebabkan oleh cedera.
Menurut laporan media Turki, bocah itu melalui stasiun televisi Swiss mengajukan permohonan bantuan secara emosional kepada Turki.
Kedutaan Besar Turki di Ibu Kota Swiss, Bern, mengambil tindakan dan menghubungi keluarga bocah Suriah tersebut dengan bantuan LSM Bulan Sabit Biru Internasional. Bocah itu lantas dibawa ke rumah sakit mata swasta di Turki di mana dia menjalani operasi mata.
Laporan tersebut mengatakan perawatan medis telah membantu bocah cilik Suriah itu mendapatkan kembali penglihatannya. Keluarganya menangis mendengar berita bahwa Abdulrazak Dip bisa melihat lagi setelah dia menderita selama bertahun-tahun.
Ayah bocah itu, Mohammad Dip, mengatakan keluarganya tidak ingin meninggalkan negara asal mereka ketika perang saudara pecah di Suriah pada 2011. Tetapi mereka terpaksa berlindung di Turki ketika putranya kehilangan penglihatannya. (Baca: Musuhan, Sepupu Assad yang Juga Miliarder Suriah Diancam Dirampas Asetnya )
Menurut situs berita Turki, TRT World, operasi di salah satu dari beberapa rumah sakit Idlib yang masih berfungsi di tengah konflik tidak mampu mengembalikan penglihatan anak lelaki itu.
Abdulrazak awalnya kehilangan penglihatan pada mata kirinya secara total dan mata kanannya masih bisa melihat.
"Dengan mata ini saya bisa melihat kecerahan. Saya tidak bisa melihat apa pun dengan mata yang lain (kiri). Dengan mata kanan, saya bisa melihat hal-hal yang jauh. Tapi hanya ringan," katanya.
Ayah Abdulrazak sempat berencana untuk membawa putranya untuk pengobatan di Turki, tetapi ketika negara itu menutup perbatasannya terhadap Suriah karena pembatasan perjalanan terkait pandemi virus corona baru (Covid-19), pihak keluarga menyadari bahwa jendela peluang kesembuhan Abdulrazak semakin sempit.
Abdulrazak Dip terluka parah ketika dia baru berusia enam tahun dalam serangan bom di sebuah kota di Idlib, Suriah barat laut. Sepotong pecahan peluru menusuk mata kirinya, yang merenggut setengah penglihatannya. Selanjutnya, mata kanannya mulai kehilangan penglihatan juga karena trauma yang disebabkan oleh cedera.
Menurut laporan media Turki, bocah itu melalui stasiun televisi Swiss mengajukan permohonan bantuan secara emosional kepada Turki.
Kedutaan Besar Turki di Ibu Kota Swiss, Bern, mengambil tindakan dan menghubungi keluarga bocah Suriah tersebut dengan bantuan LSM Bulan Sabit Biru Internasional. Bocah itu lantas dibawa ke rumah sakit mata swasta di Turki di mana dia menjalani operasi mata.
Laporan tersebut mengatakan perawatan medis telah membantu bocah cilik Suriah itu mendapatkan kembali penglihatannya. Keluarganya menangis mendengar berita bahwa Abdulrazak Dip bisa melihat lagi setelah dia menderita selama bertahun-tahun.
Ayah bocah itu, Mohammad Dip, mengatakan keluarganya tidak ingin meninggalkan negara asal mereka ketika perang saudara pecah di Suriah pada 2011. Tetapi mereka terpaksa berlindung di Turki ketika putranya kehilangan penglihatannya. (Baca: Musuhan, Sepupu Assad yang Juga Miliarder Suriah Diancam Dirampas Asetnya )
Menurut situs berita Turki, TRT World, operasi di salah satu dari beberapa rumah sakit Idlib yang masih berfungsi di tengah konflik tidak mampu mengembalikan penglihatan anak lelaki itu.
Abdulrazak awalnya kehilangan penglihatan pada mata kirinya secara total dan mata kanannya masih bisa melihat.
"Dengan mata ini saya bisa melihat kecerahan. Saya tidak bisa melihat apa pun dengan mata yang lain (kiri). Dengan mata kanan, saya bisa melihat hal-hal yang jauh. Tapi hanya ringan," katanya.
Ayah Abdulrazak sempat berencana untuk membawa putranya untuk pengobatan di Turki, tetapi ketika negara itu menutup perbatasannya terhadap Suriah karena pembatasan perjalanan terkait pandemi virus corona baru (Covid-19), pihak keluarga menyadari bahwa jendela peluang kesembuhan Abdulrazak semakin sempit.