Rusia dan Belarusia Mulai Latihan Perang, Barat Makin Meradang
loading...
A
A
A
MINSK - Rusia dan Belarusia akan memulai latihan perang 10 hari seiring ketegangan di perbatasan Ukraina. NATO menyebut latihan bersama itu menandai penempatan terbesar Rusia ke Belarusia sejak Perang Dingin.
Gedung Putih menyebut latihan itu sebagai tindakan "eskalasi" dalam ketegangan di Ukraina.
Rusia telah berulang kali membantah tuduhan berencana menyerang Ukraina meskipun mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di perbatasan negara tetangga itu.
Beberapa negara Barat termasuk Amerika Serikat (AS) telah memperingatkan bahwa serangan Rusia bisa terjadi kapan saja.
Pada 2014 Rusia mencaplok semenanjung Krimea, selatan Ukraina. Sejak itu telah terjadi konflik yang berlangsung lama di Ukraina timur, lokasi separatis yang didukung Rusia menguasai sebagian besar wilayah dan 14.000 orang telah tewas.
Baca juga: Kalangan Intelijen AS Khawatirkan Strategi Biden Terkait Rusia
Sekitar 30.000 tentara Rusia diperkirakan akan terlibat dalam latihan perang dengan Belarusia.
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko adalah sekutu kuat Presiden Rusia Vladimir Putin. Kremlin mendukung Lukashenko ketika protes besar meletus di Belarus pada 2020. Sebagian besar negara Barat memberlakukan sanksi dan menolak mengakui hasil pemilu yang dimenangkan Lukashenko.
Seorang juru bicara Kremlin menggambarkan latihan perang itu serius. Dia mengatakan, “Rusia dan Belarusia sedang dihadapkan ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Duta Besar Rusia untuk Uni Eropa (UE) Vladimir Chizhov mengatakan kepada BBC bahwa negaranya masih percaya diplomasi dapat membantu mengurangi eskalasi krisis di Ukraina.
Dia mengatakan pasukan Rusia di Belarusia akan kembali ke pangkalan permanen mereka setelah latihan perang.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki menjelaskan, "Ketika kami melihat persiapan untuk latihan militer ini, sekali lagi, kami melihat ini sebagai tindakan eskalasi dan bukan tindakan de-eskalasi."
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan pembicaraan tentang penyelesaian konflik akan dihidupkan kembali pada Kamis (10/2/2022).
Perundingan akan dilakukan antara Rusia dan Ukraina bersama Prancis dan Jerman yang dikenal sebagai kuartet Normandia.
Macron mengatakan pada Rabu (9/2/2022) bahwa Putin telah meyakinkannya, pasukan Rusia tidak akan meningkatkan krisis. Meski demikian, Rusia mengatakan tidak memberikan jaminan seperti itu.
Setelah dua hari diplomasi intens yang dipimpin Macron, ada beberapa saran bahwa fokus baru pada perjanjian Minsk untuk mengakhiri konflik di Ukraina timur, dapat digunakan sebagai dasar meredakan krisis saat ini.
Ukraina, Rusia, Prancis dan Jerman mendukung kesepakatan Minsk pada 2014-2015.
Beberapa diplomat mengatakan perjanjian tersebut dapat menawarkan rute untuk de-eskalasi, dengan Duta Besar Prancis untuk AS Philippe Etienne mentweet bahwa perjanjian itu harus digunakan untuk "membangun solusi politik yang layak".
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan melakukan perjalanan ke Brussel dan Warsawa pada Kamis (10/2/2022) untuk mendukung sekutu NATO.
Perjalanan Johnson adalah bagian dari gelombang aktivitas diplomatik, dengan Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss dan Menteri Pertahanan Ben Wallace juga akan bertemu dengan rekan-rekan mereka dari Rusia di Moskow pada Kamis.
Menjelang kunjungan pertama ke Rusia oleh seorang menteri luar negeri Inggris dalam empat tahun, Truss mengatakan dia bertekad membela kebebasan dan demokrasi di Ukraina dan bermaksud mendesak Moskow mengejar solusi diplomatik.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
Gedung Putih menyebut latihan itu sebagai tindakan "eskalasi" dalam ketegangan di Ukraina.
Rusia telah berulang kali membantah tuduhan berencana menyerang Ukraina meskipun mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di perbatasan negara tetangga itu.
Beberapa negara Barat termasuk Amerika Serikat (AS) telah memperingatkan bahwa serangan Rusia bisa terjadi kapan saja.
Pada 2014 Rusia mencaplok semenanjung Krimea, selatan Ukraina. Sejak itu telah terjadi konflik yang berlangsung lama di Ukraina timur, lokasi separatis yang didukung Rusia menguasai sebagian besar wilayah dan 14.000 orang telah tewas.
Baca juga: Kalangan Intelijen AS Khawatirkan Strategi Biden Terkait Rusia
Sekitar 30.000 tentara Rusia diperkirakan akan terlibat dalam latihan perang dengan Belarusia.
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko adalah sekutu kuat Presiden Rusia Vladimir Putin. Kremlin mendukung Lukashenko ketika protes besar meletus di Belarus pada 2020. Sebagian besar negara Barat memberlakukan sanksi dan menolak mengakui hasil pemilu yang dimenangkan Lukashenko.
Seorang juru bicara Kremlin menggambarkan latihan perang itu serius. Dia mengatakan, “Rusia dan Belarusia sedang dihadapkan ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Duta Besar Rusia untuk Uni Eropa (UE) Vladimir Chizhov mengatakan kepada BBC bahwa negaranya masih percaya diplomasi dapat membantu mengurangi eskalasi krisis di Ukraina.
Dia mengatakan pasukan Rusia di Belarusia akan kembali ke pangkalan permanen mereka setelah latihan perang.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki menjelaskan, "Ketika kami melihat persiapan untuk latihan militer ini, sekali lagi, kami melihat ini sebagai tindakan eskalasi dan bukan tindakan de-eskalasi."
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan pembicaraan tentang penyelesaian konflik akan dihidupkan kembali pada Kamis (10/2/2022).
Perundingan akan dilakukan antara Rusia dan Ukraina bersama Prancis dan Jerman yang dikenal sebagai kuartet Normandia.
Macron mengatakan pada Rabu (9/2/2022) bahwa Putin telah meyakinkannya, pasukan Rusia tidak akan meningkatkan krisis. Meski demikian, Rusia mengatakan tidak memberikan jaminan seperti itu.
Setelah dua hari diplomasi intens yang dipimpin Macron, ada beberapa saran bahwa fokus baru pada perjanjian Minsk untuk mengakhiri konflik di Ukraina timur, dapat digunakan sebagai dasar meredakan krisis saat ini.
Ukraina, Rusia, Prancis dan Jerman mendukung kesepakatan Minsk pada 2014-2015.
Beberapa diplomat mengatakan perjanjian tersebut dapat menawarkan rute untuk de-eskalasi, dengan Duta Besar Prancis untuk AS Philippe Etienne mentweet bahwa perjanjian itu harus digunakan untuk "membangun solusi politik yang layak".
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan melakukan perjalanan ke Brussel dan Warsawa pada Kamis (10/2/2022) untuk mendukung sekutu NATO.
Perjalanan Johnson adalah bagian dari gelombang aktivitas diplomatik, dengan Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss dan Menteri Pertahanan Ben Wallace juga akan bertemu dengan rekan-rekan mereka dari Rusia di Moskow pada Kamis.
Menjelang kunjungan pertama ke Rusia oleh seorang menteri luar negeri Inggris dalam empat tahun, Truss mengatakan dia bertekad membela kebebasan dan demokrasi di Ukraina dan bermaksud mendesak Moskow mengejar solusi diplomatik.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
(sya)