AS Siapkan Eksodus Pengungsi Besar-besaran dari Ukraina, Awas Perang di Depan Mata
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Washington menyiapkan diri untuk eksodus pengungsi besar-besaran yang melarikan diri dari Ukraina jika terjadi serangan Rusia. Gedung Putih mengumumkan persiapan itu saat ketegangan tetap tinggi di Eropa Timur.
Berbicara saat briefing pada Selasa (8/2/2022), juru bicara Presiden AS Joe Biden, Jen Psaki menyebut persiapan yang dilakukan pejabat Amerika jika angkatan bersenjata Rusia melakukan serangan ke tetangganya.
“Kami tentu saja mempersiapkan berbagai kemungkinan, dan bekerja serta terlibat dengan mitra dan mitra Eropa kami untuk mempersiapkannya,” ujar dia.
“Dan itu berkaitan dengan potensi pengungsi; ini berkaitan dengan potensi kelangkaan gas alam atau minyak,” papar dia.
Namun, dia menolak menjelaskan lebih dalam "penilaian intelijen" yang dikutip Washington Post akhir pekan lalu, yang menuduh invasi Rusia dapat mengakibatkan jutaan orang menjadi terlantar dan menyebabkan ribuan warga sipil tewas.
Menurut Washington Post, pejabat AS telah memberi tahu anggota parlemen dan mitra Eropa tentang perkiraan baru yang mengklaim Rusia telah mengumpulkan lebih banyak pasukan di dekat perbatasan dengan Ukraina dan dapat segera meluncurkan serangan yang akan mencapai Kiev hanya dalam dua hari, menewaskan 50.000 orang dan menyebabkan hingga lima juta pengungsi lari dari kekacauan.
Mengomentari evakuasi tergesa-gesa Washington dari Afghanistan musim panas lalu, Psaki bersikeras bahwa, “Sangat penting untuk memisahkan keduanya. Karena, pertama, kita tidak sedang dalam perang 20 tahun dengan pasukan AS di Ukraina. Itu adalah keadaan yang sangat berbeda.”
“Situasi di perbatasan Ukraina dengan pasukan Rusia yang dibangun tidak sama dengan mengakhiri perang 20 tahun,” ujar dia.
Dia menambahkan, “Itu adalah sesuatu yang telah dibicarakan oleh presiden selama beberapa waktu, di mana kami menghabiskan banyak uang bukan hanya uang tetapi juga darah anggota layanan Amerika… selama beberapa dekade.”
Pada Rabu (9/2/2022), Wall Street Journal melaporkan Gedung Putih telah menyetujui rencana dari Pentagon untuk pasukan AS yang ditempatkan di Polandia untuk membantu ribuan orang Amerika mengungsi dari Ukraina jika Moskow memerintahkan serangan.
Menurut outlet tersebut, sekitar 30.000 warga AS berada di bekas republik Soviet tersebut. Jumlah tersebut tentu tak bisa diabaikan begitu saja jika benar-benar terjadi perang.
Para pemimpin Barat telah memperingatkan selama berbulan-bulan bahwa Rusia dapat merencanakan invasi ke Ukraina.
Tuduhan itu secara konsisten dibantah Moskow. Kremlin bersikeras pergerakan pasukannya di wilayahnya sendiri adalah masalah internal dan tidak menjadi perhatian negara lain.
Tuntutan Rusia pada NATO sejauh ini telah ditolak, terutama agar Ukraina tidak masuk dalam blok Barat tersebut. Rusia menunjukkan bahwa NATO telah mengerahkan persenjataan ke Ukraina dan menempatkan pasukan di sekitar wilayah itu.
Berbicara saat briefing pada Selasa (8/2/2022), juru bicara Presiden AS Joe Biden, Jen Psaki menyebut persiapan yang dilakukan pejabat Amerika jika angkatan bersenjata Rusia melakukan serangan ke tetangganya.
“Kami tentu saja mempersiapkan berbagai kemungkinan, dan bekerja serta terlibat dengan mitra dan mitra Eropa kami untuk mempersiapkannya,” ujar dia.
“Dan itu berkaitan dengan potensi pengungsi; ini berkaitan dengan potensi kelangkaan gas alam atau minyak,” papar dia.
Namun, dia menolak menjelaskan lebih dalam "penilaian intelijen" yang dikutip Washington Post akhir pekan lalu, yang menuduh invasi Rusia dapat mengakibatkan jutaan orang menjadi terlantar dan menyebabkan ribuan warga sipil tewas.
Menurut Washington Post, pejabat AS telah memberi tahu anggota parlemen dan mitra Eropa tentang perkiraan baru yang mengklaim Rusia telah mengumpulkan lebih banyak pasukan di dekat perbatasan dengan Ukraina dan dapat segera meluncurkan serangan yang akan mencapai Kiev hanya dalam dua hari, menewaskan 50.000 orang dan menyebabkan hingga lima juta pengungsi lari dari kekacauan.
Mengomentari evakuasi tergesa-gesa Washington dari Afghanistan musim panas lalu, Psaki bersikeras bahwa, “Sangat penting untuk memisahkan keduanya. Karena, pertama, kita tidak sedang dalam perang 20 tahun dengan pasukan AS di Ukraina. Itu adalah keadaan yang sangat berbeda.”
“Situasi di perbatasan Ukraina dengan pasukan Rusia yang dibangun tidak sama dengan mengakhiri perang 20 tahun,” ujar dia.
Dia menambahkan, “Itu adalah sesuatu yang telah dibicarakan oleh presiden selama beberapa waktu, di mana kami menghabiskan banyak uang bukan hanya uang tetapi juga darah anggota layanan Amerika… selama beberapa dekade.”
Pada Rabu (9/2/2022), Wall Street Journal melaporkan Gedung Putih telah menyetujui rencana dari Pentagon untuk pasukan AS yang ditempatkan di Polandia untuk membantu ribuan orang Amerika mengungsi dari Ukraina jika Moskow memerintahkan serangan.
Menurut outlet tersebut, sekitar 30.000 warga AS berada di bekas republik Soviet tersebut. Jumlah tersebut tentu tak bisa diabaikan begitu saja jika benar-benar terjadi perang.
Para pemimpin Barat telah memperingatkan selama berbulan-bulan bahwa Rusia dapat merencanakan invasi ke Ukraina.
Tuduhan itu secara konsisten dibantah Moskow. Kremlin bersikeras pergerakan pasukannya di wilayahnya sendiri adalah masalah internal dan tidak menjadi perhatian negara lain.
Tuntutan Rusia pada NATO sejauh ini telah ditolak, terutama agar Ukraina tidak masuk dalam blok Barat tersebut. Rusia menunjukkan bahwa NATO telah mengerahkan persenjataan ke Ukraina dan menempatkan pasukan di sekitar wilayah itu.
(sya)