Seorang Pria Jadi Korban Perbudakan Modern, Dikurung di Gudang Selama 40 Tahun

Kamis, 20 Januari 2022 - 02:33 WIB
loading...
Seorang Pria Jadi Korban Perbudakan Modern, Dikurung di Gudang Selama 40 Tahun
Peter Swailes Jr (kanan) mengaku bersalah atas perbuatan mengeksploitasi seorang pria selama 40 tahun (kiri) yang kini telah diselamatkan pihak berwenang Inggris. Foto/Kolase/Sindonews
A A A
LONDON - Pria asal Inggris mengakui telah mengeksploitasi seorang pria dan menempatkannya dalam sebuah gudang selama 40 tahun.

Peter Swailes Jr (56) mengaku bersalah di Pengadilan Carlisle Crown pada hari Selasa jelang persidangan untuk kasus perbudakan modern.

Dia sebelumnya mengaku tidak bersalah berkonspirasi dengan ayahnya, Peter Swailes (80) untuk mengatur atau memfasilitasi perjalanan seseorang dengan maksud untuk dieksploitasi.

Ayahnya membantah tuduhan yang sama tetapi telah meninggal pada September tahun lalu.

Tuduhan itu muncul setelah penyelidikan selama tiga tahun oleh Gangmasters dan Otoritas Penyalahgunaan Tenaga Kerja (GLAA), didukung oleh Polisi Cumbria dan Badan Kejahatan Nasional (NCA). Itu dilakukan setelah mereka menemukan seorang pria tinggal di gudang seluas 2 meter di sebuah situs perumahan di utara Carlisle pada Oktober 2018.

Seorang Pria Jadi Korban Perbudakan Modern, Dikurung di Gudang Selama 40 Tahun




Petugas GLAA dan NCA menemukan tidak ada pemanas di gudang sempit dengan selimut kotor di lantai dan televisi itu.

Gudang itu hanya memiliki satu jendela yang tidak dapat ditutup sepenuhnya dan berada dalam kegelapan total ketika pintu-pintunya ditutup.

GLAA mengatakan setelah mereka mengetuk pintu, mereka disambut oleh korban yang tampak kusut dan gelisah ketika dia memberi tahu mereka bahwa dia telah tinggal di sana selama 40 tahun.

Ketika diwawancarai, korban mengatakan bahwa dia bekerja di pertanian, melukis, membuat batu, dan mengaspal jalan sejak berusia 16 tahun. Atas pekerjaannya ia dibayar hanya 10 pounds atau sekitar Rp195 ribu per hari, seperti dilansir dari BBC, Kamis (20/1/2022).

Korban, berusia akhir 50-an, menerima bantuan spesialis setelah diselamatkan dan sekarang tinggal dengan akomodasi memadai di luar Cumbria.

GLAA dapat menghubungi pria itu setelah menerima petunjuk ke saluran bantuan rahasia.



“Saya ingin memberikan penghargaan atas dedikasi dan profesionalisme para penyelidik saya dalam menangani apa yang merupakan penyelidikan yang sangat kompleks, yang telah menimbulkan banyak tantangan di sepanjang jalan," kata Petugas investigasi senior GLAA Martin Plimmer.

“Yang pertama dan terpenting dalam pikiran saya saat ini adalah korban. Kami sayangnya terlalu menyadari fakta bahwa dia akan trauma dengan pengalamannya selama sisa hidupnya," imbuhnya.

“Saya berkomitmen untuk memastikan dia terus mendapatkan dukungan reguler dan konsisten yang dia butuhkan yang memungkinkan dia menjalani kehidupan normal seperti yang dia bisa dalam situasi tersebut,” ujarnya.

Petugas GLAA mengatakan mereka menemukan gudang lain di lokasi yang sama, yang digunakan untuk anjing keluarga, yang kondisinya lebih baik daripada tempat pria itu ditemukan.

Swailes Jr, dari Cryndlbeck Stables, Low Harker, Carlisle, ditebus sampai hukuman pada 4 Februari.

Pengadilan mendengar Swailes mengubah pembelaannya berdasarkan kesepakatan atas keterlibatannya yang "terbatas" dengan korban dan ia tidak diberitahu tentang kondisi kehidupannya.

"Ayah Swailes juga kadang-kadang menghubungi putranya untuk mengatur agar dia bekerja dengan pria itu," kata pengadilan.

Tetapi dia mengakui bahwa ada kalanya dia membayar korban kurang dari hak minimumnya.

Penyidik GLAA didukung oleh Polisi Cumbria dan National Crime Agency (NCA) dalam menyelamatkan korban.



Surat perintah penggeledahan dieksekusi di Hadrian's Caravan Park dekat Carlisle pada 3 Oktober dan Peter Swailes senior ditangkap di karavan statisnya karena dicurigai melakukan pelanggaran berdasarkan Undang-Undang Perbudakan Modern 2015.

"Tidak semua perbudakan ini lagi," katanya ketika GLAA memberitahunya bahwa dia ditangkap.

Dikatakan korban telah tidur dalam kondisi "tidak ada manusia yang boleh tinggal".

Jaksa Barbara Webster mengatakan korban secara teratur berhubungan dengan pihak berwenang dan akan dirawat sampai akhir hayatnya.

"Dia memiliki akomodasi yang sangat dia sukai. Dia selalu berhubungan. Dia memiliki penjaga yang datang dan memeriksanya," ujar Webster.

"Dia akan dirawat sampai akhir hayatnya," pungkasnya.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1432 seconds (0.1#10.140)