Zig-zag PM Sudan Abdalla Hamdok: Dikudeta, Diangkat Lagi, lalu Mundur
loading...
A
A
A
KHARTOUM - Perdana Menteri (PM) Sudan Abdalla Hamdok mengundurkan diri pada hari Minggu di tengah kebuntuan politik. Ini adalah sepak terjang zig-zag politiknya setelah sebelumnya dikudeta oleh militer dan diangkat lagi.
PM Hamdok mengundurkan diri ketika protes pro-demokrasi meluas di negara tersebut. Protes massal itu sebagai respons atas kudeta militer yang menggagalkan transisi rapuh negara itu ke pemerintahan demokratis.
Pada 25 Oktober 2021, pasukan keamanan menahan Hamdok dan beberapa pemimpin sipil top lainnya dalam kudeta sebelum fajar.
Panglima Angkatan Darat Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengumumkan bahwa pemerintah sipil dan badan-badan transisi lainnya telah dibubarkan.
Pada 21 November 2021, setelah beberapa demonstrasi massal menentang kudeta, para pemimpin militer dan Hamdok mengumumkan kesepakatan untuk pengangkatannya kembali sebagai PM Sudan.
Hamdok mengatakan pada saat itu bahwa dia telah kembali ke tampuk kekuasaan untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut dan melindungi reformasi ekonomi.
Namun, pada Minggu (2/1/2022) Hamdok mengumumkan pengunduran dirinya setelah gagal membentuk pemerintah di tengah berlanjutnya protes anti-militer.
Dia menyerukan dialog untuk menyepakati "piagam nasional" dan "menggambar roadmap" untuk menyelesaikan transisi.
Kudeta Oktober lalu telah membatalkan rencana Sudan untuk beralih ke demokrasi setelah pemberontakan rakyat memaksa penggulingan otokrat lama Omar al-Bashir oleh militer dan pemerintah Islam-nya pada April 2019.
PM Hamdok mengundurkan diri ketika protes pro-demokrasi meluas di negara tersebut. Protes massal itu sebagai respons atas kudeta militer yang menggagalkan transisi rapuh negara itu ke pemerintahan demokratis.
Pada 25 Oktober 2021, pasukan keamanan menahan Hamdok dan beberapa pemimpin sipil top lainnya dalam kudeta sebelum fajar.
Panglima Angkatan Darat Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengumumkan bahwa pemerintah sipil dan badan-badan transisi lainnya telah dibubarkan.
Pada 21 November 2021, setelah beberapa demonstrasi massal menentang kudeta, para pemimpin militer dan Hamdok mengumumkan kesepakatan untuk pengangkatannya kembali sebagai PM Sudan.
Hamdok mengatakan pada saat itu bahwa dia telah kembali ke tampuk kekuasaan untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut dan melindungi reformasi ekonomi.
Namun, pada Minggu (2/1/2022) Hamdok mengumumkan pengunduran dirinya setelah gagal membentuk pemerintah di tengah berlanjutnya protes anti-militer.
Dia menyerukan dialog untuk menyepakati "piagam nasional" dan "menggambar roadmap" untuk menyelesaikan transisi.
Kudeta Oktober lalu telah membatalkan rencana Sudan untuk beralih ke demokrasi setelah pemberontakan rakyat memaksa penggulingan otokrat lama Omar al-Bashir oleh militer dan pemerintah Islam-nya pada April 2019.