Imam Sebut Jihadis adalah Pahlawan, Masjid di Prancis Ditutup
loading...
A
A
A
PARIS - Sebuah masjid di wilayah Prancis utara, Oise, telah ditutup karena khotbah radikal seorang imam, yang dikatakan "membela jihad." Pihak prefek Oise mengatakan khotbah di sana menyebut pejuang jihad adalah "pahlawan" dan menghasut kebencian serta kekerasan.
"Masjid di kota Beauvais akan tetap ditutup selama enam bulan," kata pihak berwenang setempat seperti dikutip dari BBC, Selasa (28/12/2021).
Pihak berwenang memberi waktu 10 hari kepada pihak pengurus masjid untuk merespons.
" Imam masjid baru saja masuk Islam," kata kantor berita Agence France-Presse mengutip surat kabar lokal Courrier Picard.
Dikatakan imam masjid itu telah menyebut jihad sebuah "tugas", dan telah memuliakan para pejuangnya sebagai "pahlawan" yang melindungi Islam dari pengaruh Barat. Dia juga menyebut non-Muslim sebagai "musuh".
"Ancaman teroris tetap pada tingkat yang sangat tinggi dan penutupan itu bertujuan untuk mencegah tindakan terorisme yang dilakukan," kata dokumen yang dilihat AFP seperti dilansir dari France24.
Seorang pengacara asosiasi pengelola masjid mengatakan kepada AFP bahwa mereka telah mengajukan perintah untuk membatalkan larangan tersebut.
Pengacaranya, Samim Bolaky, mengatakan akan ada sidang pengadilan atas banding tersebut dalam waktu 48 jam.
Pihak berwenang mengatakan imam, yang menurut asosiasi hanya berkhotbah sesekali dan sekarang telah diskors, sebenarnya hadir secara teratur di masjid. Itu berdasarkan dokumen resmi yang mengutip alasan penutupan yang dilihat oleh AFP.
Kementerian Dalam Negeri Prancis mengatakan pria itu, yang dihadirkan sebagai pembicara sesekali tetapi pada kenyataannya bertindak sebagai imam biasa, telah membela "praktik Islam yang ketat" dan "superioritasnya terhadap hukum Republik".
Prancis telah melakukan pemeriksaan di tempat-tempat ibadah umat Islam yang diduga memiliki hubungan dengan ekstremisme.
Dua minggu lalu, Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan dia memulai proses untuk menutup Masjid Agung Beauvais, 100km sebelah utara Paris. Itu dilakukan karena penceramah di masjid itu "menargetkan orang Kristen, homoseksual dan Yahudi" dalam khotbahnya.
Tahun lalu, Darmanin mengumumkan tindakan keras terhadap masjid-masjid yang memiliki hubungan ekstremis, dengan mengatakan beberapa masjid dapat ditutup jika ditemukan mendorong "separatisme".
Kebijakan itu adalah respons terhadap pemenggalan kepala guru Samuel Paty dan penusukan fatal terhadap tiga orang di sebuah katedral di Nice pada Oktober 2020. Aksi kekerasan disalahkan kepada ekstremis Islam.
Kementerian Dalam Negeri Prancis mengatakan telah menyelidiki sekitar 100 masjid dan ruang sholat atas ekstremisme semacam itu dalam beberapa bulan terakhir, dari total lebih dari 2.620 di Prancis.
"Masjid di kota Beauvais akan tetap ditutup selama enam bulan," kata pihak berwenang setempat seperti dikutip dari BBC, Selasa (28/12/2021).
Pihak berwenang memberi waktu 10 hari kepada pihak pengurus masjid untuk merespons.
" Imam masjid baru saja masuk Islam," kata kantor berita Agence France-Presse mengutip surat kabar lokal Courrier Picard.
Baca Juga
Dikatakan imam masjid itu telah menyebut jihad sebuah "tugas", dan telah memuliakan para pejuangnya sebagai "pahlawan" yang melindungi Islam dari pengaruh Barat. Dia juga menyebut non-Muslim sebagai "musuh".
"Ancaman teroris tetap pada tingkat yang sangat tinggi dan penutupan itu bertujuan untuk mencegah tindakan terorisme yang dilakukan," kata dokumen yang dilihat AFP seperti dilansir dari France24.
Seorang pengacara asosiasi pengelola masjid mengatakan kepada AFP bahwa mereka telah mengajukan perintah untuk membatalkan larangan tersebut.
Pengacaranya, Samim Bolaky, mengatakan akan ada sidang pengadilan atas banding tersebut dalam waktu 48 jam.
Pihak berwenang mengatakan imam, yang menurut asosiasi hanya berkhotbah sesekali dan sekarang telah diskors, sebenarnya hadir secara teratur di masjid. Itu berdasarkan dokumen resmi yang mengutip alasan penutupan yang dilihat oleh AFP.
Kementerian Dalam Negeri Prancis mengatakan pria itu, yang dihadirkan sebagai pembicara sesekali tetapi pada kenyataannya bertindak sebagai imam biasa, telah membela "praktik Islam yang ketat" dan "superioritasnya terhadap hukum Republik".
Prancis telah melakukan pemeriksaan di tempat-tempat ibadah umat Islam yang diduga memiliki hubungan dengan ekstremisme.
Dua minggu lalu, Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan dia memulai proses untuk menutup Masjid Agung Beauvais, 100km sebelah utara Paris. Itu dilakukan karena penceramah di masjid itu "menargetkan orang Kristen, homoseksual dan Yahudi" dalam khotbahnya.
Tahun lalu, Darmanin mengumumkan tindakan keras terhadap masjid-masjid yang memiliki hubungan ekstremis, dengan mengatakan beberapa masjid dapat ditutup jika ditemukan mendorong "separatisme".
Kebijakan itu adalah respons terhadap pemenggalan kepala guru Samuel Paty dan penusukan fatal terhadap tiga orang di sebuah katedral di Nice pada Oktober 2020. Aksi kekerasan disalahkan kepada ekstremis Islam.
Kementerian Dalam Negeri Prancis mengatakan telah menyelidiki sekitar 100 masjid dan ruang sholat atas ekstremisme semacam itu dalam beberapa bulan terakhir, dari total lebih dari 2.620 di Prancis.
(ian)