Mobil Ditemukan Terbakar, Relawan Kemanusiaan Hilang dalam Serangan Mematikan Tentara Myanmar
loading...
A
A
A
YANGON - Kelompok bantuan Save the Children mengatakan pihaknya menangguhkan operasi di negara bagian Kayah, Myanmar yang dilanda konflik. Itu dilakukan setelah dua anggota stafnya hilang dalam serangan yang menewaskan sedikitnya 30 orang, termasuk wanita dan anak-anak, dengan mayat ditemukan dalam kondisi terbakar.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Sabtu malam, Save the Children mengatakan kedua staf tersebut sedang melakukan perjalanan ke desa asal mereka untuk liburan akhir tahun ketika mereka terjebak dalam konflik kekerasan di negara bagian timur.
"Kami mendapat konfirmasi bahwa kendaraan pribadi mereka diserang dan dibakar," bunyi pernyataan itu seperti dilansir dari Reuters, Minggu (26/12/2021).
Kelompok oposisi pada hari Sabtu menyalahkan pihak militer, yang merebut kekuasaan dari pemerintah sipil pada bulan Februari, atas pembantaian pada hari Jumat di dekat desa Mo So di kota Hpruso.
Juru bicara Junta Jenderal Zaw Mun Tun tidak menjawab teleponnya pada hari Minggu. Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi laporan serangan hari Sabtu dari penduduk setempat, laporan media dan kelompok hak asasi manusia setempat.
Media pemerintah melaporkan pasukan tentara telah menembak dan membunuh sejumlah "teroris dengan senjata" yang tidak diketahui dari pasukan oposisi bersenjata yang memerangi pemerintah militer.
Foto-foto yang dibagikan oleh Kelompok Hak Asasi Manusia Karenni dan media lokal menunjukkan sisa-sisa mayat yang hangus di atas bak truk yang terbakar.
Seorang penduduk desa mengatakan kepada Reuters pada hari Sabtu bahwa dia telah melihat 32 mayat, sementara Save the Children mengatakan setidaknya 38 orang tewas.
Badan amal yang berbasis di London itu mengatakan telah menangguhkan operasi di Kayah dan beberapa bagian negara bagian Karen yang berdekatan dan di wilayah Magway.
"Kami ngeri atas kekerasan yang dilakukan terhadap warga sipil tak berdosa dan staf kami, yang berdedikasi kemanusiaan, mendukung jutaan anak yang membutuhkan di seluruh Myanmar," kata kepala eksekutif Save the Children, Inger Ashing.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer pada 1 Februari menggulingkan pemerintah terpilih pemenang Hadiah Nobel Aung San Suu Kyi , yang telah dijatuhi hukuman empat tahun penjara dan menghadapi beberapa tuduhan kriminal lainnya.
Setidaknya 1.375 orang telah tewas dan lebih dari 8.000 dipenjara dalam tindakan keras terhadap aksi protes dan oposisi bersenjata sejak kudeta, menurut penghitungan Asosiasi Bantuan Tahanan Politik.
Pemerintah militer Myanmar membantah angka-angka itu dan mengatakan tentara juga tewas dalam bentrokan.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Sabtu malam, Save the Children mengatakan kedua staf tersebut sedang melakukan perjalanan ke desa asal mereka untuk liburan akhir tahun ketika mereka terjebak dalam konflik kekerasan di negara bagian timur.
"Kami mendapat konfirmasi bahwa kendaraan pribadi mereka diserang dan dibakar," bunyi pernyataan itu seperti dilansir dari Reuters, Minggu (26/12/2021).
Kelompok oposisi pada hari Sabtu menyalahkan pihak militer, yang merebut kekuasaan dari pemerintah sipil pada bulan Februari, atas pembantaian pada hari Jumat di dekat desa Mo So di kota Hpruso.
Juru bicara Junta Jenderal Zaw Mun Tun tidak menjawab teleponnya pada hari Minggu. Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi laporan serangan hari Sabtu dari penduduk setempat, laporan media dan kelompok hak asasi manusia setempat.
Media pemerintah melaporkan pasukan tentara telah menembak dan membunuh sejumlah "teroris dengan senjata" yang tidak diketahui dari pasukan oposisi bersenjata yang memerangi pemerintah militer.
Foto-foto yang dibagikan oleh Kelompok Hak Asasi Manusia Karenni dan media lokal menunjukkan sisa-sisa mayat yang hangus di atas bak truk yang terbakar.
Seorang penduduk desa mengatakan kepada Reuters pada hari Sabtu bahwa dia telah melihat 32 mayat, sementara Save the Children mengatakan setidaknya 38 orang tewas.
Badan amal yang berbasis di London itu mengatakan telah menangguhkan operasi di Kayah dan beberapa bagian negara bagian Karen yang berdekatan dan di wilayah Magway.
"Kami ngeri atas kekerasan yang dilakukan terhadap warga sipil tak berdosa dan staf kami, yang berdedikasi kemanusiaan, mendukung jutaan anak yang membutuhkan di seluruh Myanmar," kata kepala eksekutif Save the Children, Inger Ashing.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer pada 1 Februari menggulingkan pemerintah terpilih pemenang Hadiah Nobel Aung San Suu Kyi , yang telah dijatuhi hukuman empat tahun penjara dan menghadapi beberapa tuduhan kriminal lainnya.
Setidaknya 1.375 orang telah tewas dan lebih dari 8.000 dipenjara dalam tindakan keras terhadap aksi protes dan oposisi bersenjata sejak kudeta, menurut penghitungan Asosiasi Bantuan Tahanan Politik.
Pemerintah militer Myanmar membantah angka-angka itu dan mengatakan tentara juga tewas dalam bentrokan.
(ian)