Ketika Taliban Rebut Afghanistan, AS Kalah Perang Secara Memalukan
loading...
A
A
A
KABUL - Kejadian pada Agustus 2021 di Afghanistan menjadi momen membahagiakan bagi Taliban tapi juga momen pahit dan memalukan bagi Amerika Serikat (AS).
Kelompok Taliban merebut Afghanistan secara kilat dan nyaris tanpa perlawanan tentara pemerintah sekutu Amerika. Sebaliknya, Amerika diakui para jenderal sendiri kalah dalam perang terpanjangnya dan seluruh tentaranya angkat kaki.
Para pakar dan media internasional membandingkan momen kekalahan Amerika di Afghanistan dengan akhir dari Perang Vietnam, di mana tentara AS yang kalah dievakuasi secara terburu-buru. China, yang menjadi rival Amerika saat ini, mengolok-olok hengkangnya tentara Washington.
Jenderal tertinggi Pentagon, Mark Milley, blakblakan mengakui Amerika kalah dalam perang 20 tahun di Afghanistan . “Jelas, jelas bagi kita semua, bahwa perang di Afghanistan tidak berakhir seperti yang kita inginkan, dengan Taliban berkuasa di Kabul,” kata Jenderal Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan AS, di hadapan Komite Angkatan Bersenjata Parlemen pada 30 September 2021 lalu.
"Perang adalah kegagalan strategis," katanya lagi."Itu tidak hilang dalam 20 hari terakhir atau bahkan 20 bulan,” kata Milley.
“Ada efek kumulatif dari serangkaian keputusan strategis yang mundur,” lanjut jenderal yang jadi penasihat militer utama Presiden Joe Biden tersebut.
Menurutnya, Presiden Biden yang memerintahkan diakhirinya kehadiran pasukan AS selama 20 tahun di Afghanistan.
“Setiap kali Anda mendapatkan beberapa fenomena seperti perang yang kalah—dan itu telah terjadi, dalam arti kami menyelesaikan tugas strategis kami untuk melindungi Amerika dari al-Qaeda, tetapi tentu saja keadaan akhir jauh berbeda dari yang kami inginkan," ucap Milley.
“Jadi, setiap kali fenomena seperti itu terjadi, ada banyak sekali faktor penyebabnya,” katanya. “Dan kita harus mencari tahu itu. Banyak pelajaran yang didapat di sini.”
Kelompok Taliban merebut Afghanistan secara kilat dan nyaris tanpa perlawanan tentara pemerintah sekutu Amerika. Sebaliknya, Amerika diakui para jenderal sendiri kalah dalam perang terpanjangnya dan seluruh tentaranya angkat kaki.
Para pakar dan media internasional membandingkan momen kekalahan Amerika di Afghanistan dengan akhir dari Perang Vietnam, di mana tentara AS yang kalah dievakuasi secara terburu-buru. China, yang menjadi rival Amerika saat ini, mengolok-olok hengkangnya tentara Washington.
Jenderal tertinggi Pentagon, Mark Milley, blakblakan mengakui Amerika kalah dalam perang 20 tahun di Afghanistan . “Jelas, jelas bagi kita semua, bahwa perang di Afghanistan tidak berakhir seperti yang kita inginkan, dengan Taliban berkuasa di Kabul,” kata Jenderal Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan AS, di hadapan Komite Angkatan Bersenjata Parlemen pada 30 September 2021 lalu.
"Perang adalah kegagalan strategis," katanya lagi."Itu tidak hilang dalam 20 hari terakhir atau bahkan 20 bulan,” kata Milley.
“Ada efek kumulatif dari serangkaian keputusan strategis yang mundur,” lanjut jenderal yang jadi penasihat militer utama Presiden Joe Biden tersebut.
Menurutnya, Presiden Biden yang memerintahkan diakhirinya kehadiran pasukan AS selama 20 tahun di Afghanistan.
“Setiap kali Anda mendapatkan beberapa fenomena seperti perang yang kalah—dan itu telah terjadi, dalam arti kami menyelesaikan tugas strategis kami untuk melindungi Amerika dari al-Qaeda, tetapi tentu saja keadaan akhir jauh berbeda dari yang kami inginkan," ucap Milley.
“Jadi, setiap kali fenomena seperti itu terjadi, ada banyak sekali faktor penyebabnya,” katanya. “Dan kita harus mencari tahu itu. Banyak pelajaran yang didapat di sini.”