Korban Tewas Tembus 375 Jiwa, Filipina Kerahkan Militer Bantu Korban Topan Rai
loading...
A
A
A
MANILA - Korban tewas akibat Topan Rai , topan terkuat yang melanda Filipina tahun ini melonjak menjadi 375 pada Senin (20/12/2021). Pemerintah Filipina pun memerintahkan militernya untuk mengirim pesawat dan kapal Angkatan Laut untuk membawa bantuan ke daerah-daerah yang hancur.
Seperti dilaporkan Channel News Asia, banyak wilayah tengah dan selatan negara itu terputus. Dengan terputusnya aliran listrik dan hubungan komunikasi, kian mempersulit upaya penyelamatan dan bantuan.
"Kami masih menilai kerusakannya, tapi itu sangat besar," kata Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana kepada wartawan, mengutip laporan awal dampak Topan Rai. "Hal pertama yang kami lakukan adalah menangani makanan dan air (persediaan) dan perawatan medis bagi yang terluka," lanjutnya.
Lorenzana mengatakan kepada Angkatan Bersenjata untuk mengirimkan barang bantuan menggunakan semua aset yang tersedia, dan mengirim lebih banyak pasukan jika perlu, tambahnya. Saat ini, banyak penduduk yang putus asa karena tak memiliki pasokan air minum dan makanan.
Sementara itu, Polisi mengatakan, bahwa jumlah korban tewas dari Topan Rai telah meningkat menjadi 375 jiwa. Ini menjadikannya sebagai salah satu topan paling mematikan yang melanda negara itu. Lebih dari 500 orang terluka dan 56 orang dilaporkan hilang.
Lebih dari setengah kematian yang dilaporkan oleh polisi terjadi di wilayah tengah Visayas, rumah bagi tempat menyelam di provinsi Bohol. Lokasi ini adalah satu di antara beberapa tujuan wisata paling populer di negara itu.
Jumlah korban tewas versi polisi jauh melampaui 58 kematian yang dicatat oleh Badan Bencana Nasional Filipina, yang mengatakan masih memeriksa laporan dari daerah yang terkena dampak. Sementara Palang Merah Filipina melaporkan "pembantaian total" di daerah pesisir setelah Topan Rai meninggalkan rumah, rumah sakit, dan sekolah "tercabik-cabik".
Lebih dari 300.000 orang dilaporkan meninggalkan rumah dan resor tepi pantai mereka saat Topan Rai menghantam negara itu pada hari pertengahan pekan lalu. "Situasi kami sangat putus asa. Warga sangat membutuhkan air minum dan makanan," kata Ferry Asuncion, seorang pedagang kaki lima di kota tepi laut Surigao yang dilanda badai.
Gubernur provinsi Arthur Yap mengatakan kepada penyiar CNN Filipina kekhawatirannya soal jumlah korban tewas yang bisa meningkat, karena kurangnya sambungan telepon seluler yang membuat sulit untuk mengumpulkan informasi.
Banyak rumah kayu di kota pesisir Ubay diratakan dan perahu nelayan kecil dihancurkan di pulau itu, di mana keadaan bencana telah diumumkan. Ada juga kerusakan yang meluas di pulau Siargao, Dinagat dan Mindanao, yang menanggung beban terberat badai ketika menghantam negara itu dengan kecepatan angin 195kmh.
Sedikitnya 10 orang tewas di Kepulauan Dinagat, kata petugas informasi provinsi Jeffrey Crisostomo kepada AFP, Minggu. SOS dilukis di sebuah jalan di kota wisata populer General Luna di pulau Siargao, di mana para peselancar dan wisatawan datang berbondong-bondong menjelang Natal, ketika orang-orang berjuang untuk menemukan air dan makanan.
"Tidak ada air lagi, ada kekurangan air, pada hari pertama sudah ada penjarahan di lingkungan kami," kata pemilik resor Siargao, Marja O'Donnell kepada CNN Filipina. Badai itu telah memberikan pukulan telak bagi sektor pariwisata negara itu, yang sudah berjuang untuk pulih setelah pembatasan COVID-19 menghancurkan jumlah pengunjung.
Seperti dilaporkan Channel News Asia, banyak wilayah tengah dan selatan negara itu terputus. Dengan terputusnya aliran listrik dan hubungan komunikasi, kian mempersulit upaya penyelamatan dan bantuan.
"Kami masih menilai kerusakannya, tapi itu sangat besar," kata Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana kepada wartawan, mengutip laporan awal dampak Topan Rai. "Hal pertama yang kami lakukan adalah menangani makanan dan air (persediaan) dan perawatan medis bagi yang terluka," lanjutnya.
Lorenzana mengatakan kepada Angkatan Bersenjata untuk mengirimkan barang bantuan menggunakan semua aset yang tersedia, dan mengirim lebih banyak pasukan jika perlu, tambahnya. Saat ini, banyak penduduk yang putus asa karena tak memiliki pasokan air minum dan makanan.
Sementara itu, Polisi mengatakan, bahwa jumlah korban tewas dari Topan Rai telah meningkat menjadi 375 jiwa. Ini menjadikannya sebagai salah satu topan paling mematikan yang melanda negara itu. Lebih dari 500 orang terluka dan 56 orang dilaporkan hilang.
Lebih dari setengah kematian yang dilaporkan oleh polisi terjadi di wilayah tengah Visayas, rumah bagi tempat menyelam di provinsi Bohol. Lokasi ini adalah satu di antara beberapa tujuan wisata paling populer di negara itu.
Jumlah korban tewas versi polisi jauh melampaui 58 kematian yang dicatat oleh Badan Bencana Nasional Filipina, yang mengatakan masih memeriksa laporan dari daerah yang terkena dampak. Sementara Palang Merah Filipina melaporkan "pembantaian total" di daerah pesisir setelah Topan Rai meninggalkan rumah, rumah sakit, dan sekolah "tercabik-cabik".
Lebih dari 300.000 orang dilaporkan meninggalkan rumah dan resor tepi pantai mereka saat Topan Rai menghantam negara itu pada hari pertengahan pekan lalu. "Situasi kami sangat putus asa. Warga sangat membutuhkan air minum dan makanan," kata Ferry Asuncion, seorang pedagang kaki lima di kota tepi laut Surigao yang dilanda badai.
Gubernur provinsi Arthur Yap mengatakan kepada penyiar CNN Filipina kekhawatirannya soal jumlah korban tewas yang bisa meningkat, karena kurangnya sambungan telepon seluler yang membuat sulit untuk mengumpulkan informasi.
Banyak rumah kayu di kota pesisir Ubay diratakan dan perahu nelayan kecil dihancurkan di pulau itu, di mana keadaan bencana telah diumumkan. Ada juga kerusakan yang meluas di pulau Siargao, Dinagat dan Mindanao, yang menanggung beban terberat badai ketika menghantam negara itu dengan kecepatan angin 195kmh.
Sedikitnya 10 orang tewas di Kepulauan Dinagat, kata petugas informasi provinsi Jeffrey Crisostomo kepada AFP, Minggu. SOS dilukis di sebuah jalan di kota wisata populer General Luna di pulau Siargao, di mana para peselancar dan wisatawan datang berbondong-bondong menjelang Natal, ketika orang-orang berjuang untuk menemukan air dan makanan.
"Tidak ada air lagi, ada kekurangan air, pada hari pertama sudah ada penjarahan di lingkungan kami," kata pemilik resor Siargao, Marja O'Donnell kepada CNN Filipina. Badai itu telah memberikan pukulan telak bagi sektor pariwisata negara itu, yang sudah berjuang untuk pulih setelah pembatasan COVID-19 menghancurkan jumlah pengunjung.
(esn)