PM Israel Pertama Kali Kunjungi UEA, Disambut Luar Biasa
loading...
A
A
A
ABU DHABI - Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett mendapat sambutan luar biasa saat kunjungan resminya ke Uni Emirat Arab (UEA). Itu adalah momen pertama kali seorang pemimpin Zionis Israel berkunjung ke negara Islam Teluk.
Pemimpin negara Yahudi itu berusaha untuk memperkuat hubungannya dengan negara-negara Teluk pada saat ketegangan regional terkait krisis nuklir Iran. Saat ini negara-negara kekuatan dunia dan Iran mencoba untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Teheran 2015.
Bennett, seorang politisi sayap kanan yang menjabat sebagai kepala pemerintahan koalisi luas Israel pada bulan Juni 2021, berencana untuk mengadakan pembicaraan pada hari Senin (13/12/2021) dengan pemimpin de facto UEA, Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan.
Jangkauan diplomatik datang ketika negara-negara kekuatan dunia bernegosiasi dengan Iran untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 yang ditentang oleh Israel dan ditinggalkan pada 2018 oleh AS—yang saat itu dipimpin Presiden Donald Trump.
Sejak Agustus 2020, UEA—diikuti oleh Bahrain, Sudan dan Maroko—telah bergerak untuk menormalkan hubungan dengan Israel di bawah inisiatif yang disponsori AS yang dijuluki "Kesepakatan Abraham".
Perjalanan Bennett ke UEA adalah yang pertama oleh perdana menteri Israel ke salah satu negara tersebut sejak perjanjian normalisasi tersebut.
Setibanya di Abu Dhabi setelah penerbangan dari Tel Aviv, Bennett disambut oleh pengawal kehormatan dan Menteri Luar Negeri UEA, Sheikh Abdullah bin Zayed.
"Sungguh sambutan yang luar biasa. Saya sangat senang berada di sini atas nama rakyat saya (pada) kunjungan resmi pertama seorang pemimpin Israel di sini," kata Bennett, seperti dikutip Reuters.
"Kami berharap untuk memperkuat hubungan," ujarnya.
Pemimpin negara Yahudi itu berusaha untuk memperkuat hubungannya dengan negara-negara Teluk pada saat ketegangan regional terkait krisis nuklir Iran. Saat ini negara-negara kekuatan dunia dan Iran mencoba untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Teheran 2015.
Bennett, seorang politisi sayap kanan yang menjabat sebagai kepala pemerintahan koalisi luas Israel pada bulan Juni 2021, berencana untuk mengadakan pembicaraan pada hari Senin (13/12/2021) dengan pemimpin de facto UEA, Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan.
Jangkauan diplomatik datang ketika negara-negara kekuatan dunia bernegosiasi dengan Iran untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 yang ditentang oleh Israel dan ditinggalkan pada 2018 oleh AS—yang saat itu dipimpin Presiden Donald Trump.
Sejak Agustus 2020, UEA—diikuti oleh Bahrain, Sudan dan Maroko—telah bergerak untuk menormalkan hubungan dengan Israel di bawah inisiatif yang disponsori AS yang dijuluki "Kesepakatan Abraham".
Perjalanan Bennett ke UEA adalah yang pertama oleh perdana menteri Israel ke salah satu negara tersebut sejak perjanjian normalisasi tersebut.
Setibanya di Abu Dhabi setelah penerbangan dari Tel Aviv, Bennett disambut oleh pengawal kehormatan dan Menteri Luar Negeri UEA, Sheikh Abdullah bin Zayed.
"Sungguh sambutan yang luar biasa. Saya sangat senang berada di sini atas nama rakyat saya (pada) kunjungan resmi pertama seorang pemimpin Israel di sini," kata Bennett, seperti dikutip Reuters.
"Kami berharap untuk memperkuat hubungan," ujarnya.