G7 Bersatu Peringatkan Rusia Jika Nekat Invasi Ukraina

Minggu, 12 Desember 2021 - 07:20 WIB
loading...
G7 Bersatu Peringatkan...
G7 bersatu peringatkan Rusia jika nekat menginvasi Ukraina. Foto/Ilustrasi
A A A
LIVERPOOL - Kelompok Tujuh negara demokrasi terkaya, G7 , berusaha untuk mencegah Rusia menyerang Ukraina , menempatkan persatuan untuk memperingatkan konsekuensi mengerikan untuk setiap serangan. Mereka juga mendesak Moskow untuk kembali ke meja perundingan.

Dipimpin oleh menteri luar negeri Inggris Liz Truss, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, Uni Eropa dan menteri luar negeri dari Perancis, Italia, Jerman, Jepang serta Kanada bertemu di kota Inggris utara Liverpool.

Pertemuan G7 terjadi ketika Barat resah atas ambisi militer dan ekonomi China, kemungkinan gagalnya pembicaraan untuk mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir, dan ketika Rusia mengumpulkan pasukan di perbatasan Ukraina.

Dalam kesempatan itu Inggris menyerukan anggota G7 untuk lebih tegas dalam membela apa yang disebutnya "dunia bebas", dan diskusi terfokus pada Rusia, China dan Iran sepanjang hari. Sebuah pernyataan tentang hasil dari pembicaraan itu dijadwalkan akan dirilis pada hari Minggu.



Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS menggambarkan pembicaraan hari itu sangat "intens" dan mengatakan masih ada jalur diplomatik untuk mengurangi ketegangan dengan Rusia.

“Jika mereka (Rusia) memilih untuk tidak menempuh jalan itu, akan ada konsekuensi besar dan biaya berat sebagai tanggapan, dan G7 benar-benar bersatu dalam hal itu,” katanya.

“Jenis biaya yang kita bicarakan dirancang untuk diterapkan dengan sangat cepat,” imbuhnya seperti dikutip dari Metro.us, Minggu (12/12/2021).

Berbicara pada sesi pembukaan pembicaraan, Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss telah mendesak G7 untuk berbicara dengan satu suara.

“Kita perlu membela diri terhadap ancaman yang berkembang dari aktor yang bermusuhan dan kita harus bersatu dengan kuat untuk melawan agresor yang berusaha membatasi batas kebebasan dan demokrasi,” katanya di awal pertemuan.



Ukraina berada di pusat krisis dalam hubungan Timur-Barat karena menuduh Rusia mengumpulkan puluhan ribu tentara dalam persiapan untuk kemungkinan serangan militer skala besar.

Rusia membantah merencanakan serangan apa pun serta menuduh Ukraina serta Amerika Serikat melakukan tindakan destabilisasi, dan mengatakan pihaknya membutuhkan jaminan keamanan untuk perlindungannya sendiri.

"Kita perlu mengambil setiap tindakan untuk kembali ke dialog," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock kepada wartawan.

Jerman sendiri bakal mengambil alih kepemimpinan G7 yang dilakukan secara bergilir dari Inggris pada tahun depan.

Washington mengirim diplomat puncaknya untuk Eropa, Asisten Sekretaris Karen Donfried, ke Ukraina dan Rusia pada 13-15 Desember untuk bertemu dengan pejabat senior pemerintah.

"Asisten Sekretaris Donfried akan menekankan bahwa kita dapat membuat kemajuan diplomatik untuk mengakhiri konflik di Donbass melalui implementasi perjanjian Minsk untuk mendukung Format Normandia," kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan.



Dalam kesempatan yang sama Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman bertemu hingga Jumat malam untuk membahas langkah ke depan terhadap Iran, menyusul dimulainya kembali pembicaraan di Wina, Austria tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.

Pernyataan yang akan dirilis pada hari Minggu nanti diharapkan mencakup seruan bersama bagi Iran untuk memoderasi program nuklirnya dan menangkap peluang untuk menghidupkan kembali perjanjian multilateral di mana Iran membatasi program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi.
(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
600 Tentara Korea Utara...
600 Tentara Korea Utara Mati Sia-sia, Jenazahnya Dikremasi di Rusia
Ini Kesulitan Rusia...
Ini Kesulitan Rusia Jika ingin Menempatkan Jet Tempur di Biak Papua
Kenapa Alaska Dijual...
Kenapa Alaska Dijual Rusia ke Amerika Serikat?
13 Negara Gabung Proyek...
13 Negara Gabung Proyek Stasiun Bulan Rusia dan China, Ada Indonesia?
Unjuk Kekuatan, Kapal...
Unjuk Kekuatan, Kapal Selam Nuklir Rusia Tembakkan Rudal Jelajah Kalibr Sejauh 1.100 Km
Jet Tempur Su-27 Ukraina...
Jet Tempur Su-27 Ukraina Jatuh saat Bertempur Melawan Drone Rusia
Wapres AS JD Vance:...
Wapres AS JD Vance: Ukraina Tak Akan Menang Perang Melawan Rusia!
Informasi Intelijen:...
Informasi Intelijen: India Akan Serang Pakistan dalam 24 Sampai 36 Jam Ke Depan
Tegang! Jet Tempur Pakistan...
Tegang! Jet Tempur Pakistan Usir Pesawat Militer Rafale India di Atas Kashmir
Rekomendasi
Motif Pria Bakar Anak...
Motif Pria Bakar Anak 4 Tahun di Tangerang Lantaran Kesal Hubungan Tak Direstui
Pertina Dicoret Komite...
Pertina Dicoret Komite Olimpiade Indonesia, Bagaimana Nasib Tinju Indonesia di Multievent Dunia?
Polresta Malang Dalami...
Polresta Malang Dalami Rekaman CCTV Terkait Kasus Dugaan Pelecehan Oknum Dokter
Berita Terkini
Iran Gantung Agen Mossad...
Iran Gantung Agen Mossad yang Membunuh Pejabat IRGC dan Menyerang Fasilitas Nuklir
2 jam yang lalu
Hotel di Jepang Minta...
Hotel di Jepang Minta Turis Israel Tandatangani Pernyataan Tidak Terlibat Kejahatan Perang
3 jam yang lalu
600 Tentara Korea Utara...
600 Tentara Korea Utara Mati Sia-sia, Jenazahnya Dikremasi di Rusia
4 jam yang lalu
5 Alasan Mahathir Mohammad...
5 Alasan Mahathir Mohammad Membenci Singapura, Salah Satunya Hidup dalam Bayang-bayang Lee Kuan Yew
5 jam yang lalu
3 Penyebab Kapal China...
3 Penyebab Kapal China Muncul di Perairan Filipina, Salah Satunya Berkaitan dengan AS
5 jam yang lalu
Luka dan Dendam Masih...
Luka dan Dendam Masih Membara di Benak Rakyat Suriah, Makam Ayah Bashar Al Assad Dibongkar dan Jenazahnya Dicuri
6 jam yang lalu
Infografis
3 Alasan Ukraina Selalu...
3 Alasan Ukraina Selalu Didukung Barat dalam Melawan Rusia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved