Tegang! Rusia Peringatkan AS Krisis Rudal Kuba Bisa Terulang
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia memperingatkan Amerika Serikat (AS) bahwa ketegangan yang memburuk dengan cepat antara Moskow dan Washington dapat mengembalikan dunia seperti era Krisis Rudal Kuba 1962. Krisis yang terjadi lebih dari setengah abad lalu itu menunjukkan kebuntuan antara dua kekuatan nuklir dunia.
Peringatan dari Rusia itu disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov.
"Jika, seperti yang mereka katakan, rekan-rekan di sisi lain tidak mengerti, dan semuanya berlanjut seperti itu, kita mungkin, menurut logika kejadian, tiba-tiba bangun dan melihat diri kita dalam sesuatu yang serupa," katanya, mengacu pada Krisis Ruda Kuba 1962, sebagaimana dikutip dari Russia Today, Sabtu (11/12/2021).
Menurutnya, jika hubungan memburuk sejauh ini, itu akan menjadi kegagalan diplomasi, meskipun dia menekankan bahwa masih ada waktu untuk mencoba dan mencapai kesepakatan atas dasar yang kuat. Dia menyuarakan harapan Moskow untuk menerima jaminan bahwa NATO tidak akan memperluas pasukan militernya lebih dekat ke perbatasan Rusia.
“Tidak ada apa-apa selain pemerasan, ancaman, dan sanksi dalam perangkat kebijakan luar negeri Amerika ketika menyangkut Rusia. Tapi ini bukan bahasa yang kami rasakan,” kata diplomat tersebut, menambahkan bahwa menghindari melintasi garis merah Moskow akan menyelamatkan dari bahaya "konfrontatif spiral".
Pernyataan Ryabkov muncul setelah Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara melalui tautan video dengan mitranya dari AS, Joe Biden, pada hari Selasa lalu. Menurut ringkasan pembicaraan yang diberikan oleh Kremlin, Moskow mengatakan sangat tertarik untuk mendapatkan jaminan bahwa tak akan ada ekspansi lebih lanjut pasukan AS ke Eropa Timur dan penempatan sistem senjata serangan ofensif di negara-negara yang berbatasan dengan Rusia.
Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov mengangkat kekhawatiran pekan lalu, mengeklaim bahwa unit dan persenjataan signifikan dari negara-negara NATO, termasuk Amerika dan Inggris, sedang dipindahkan lebih dekat ke perbatasan Rusia.
Dia menuduh mitra Barat mendorong pejabat di Ukraina, yang berharap untuk bergabung dengan blok NATO, untuk terlibat dalam tindakan anti-Rusia. Menurutnya, ini bisa berubah menjadi konflik bersenjata yang sebenarnya.
Kekhawatiran atas penyebaran senjata atom di Eropa telah lama menjadi titik pertikaian bagi Rusia. Pada 2019, Putin memperingatkan bahwa jika kedua negara mengerahkan rudal berkemampuan nuklir di benua itu, ini akan mengarah pada peningkatan ketegangan yang tidak terlihat sejak 1962, ketika AS mengancam akan menyerang kapal-kapal Soviet daripada mengizinkan mereka mengirim rudal nuklir ke Kuba.
Peringatan dari Rusia itu disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov.
"Jika, seperti yang mereka katakan, rekan-rekan di sisi lain tidak mengerti, dan semuanya berlanjut seperti itu, kita mungkin, menurut logika kejadian, tiba-tiba bangun dan melihat diri kita dalam sesuatu yang serupa," katanya, mengacu pada Krisis Ruda Kuba 1962, sebagaimana dikutip dari Russia Today, Sabtu (11/12/2021).
Menurutnya, jika hubungan memburuk sejauh ini, itu akan menjadi kegagalan diplomasi, meskipun dia menekankan bahwa masih ada waktu untuk mencoba dan mencapai kesepakatan atas dasar yang kuat. Dia menyuarakan harapan Moskow untuk menerima jaminan bahwa NATO tidak akan memperluas pasukan militernya lebih dekat ke perbatasan Rusia.
“Tidak ada apa-apa selain pemerasan, ancaman, dan sanksi dalam perangkat kebijakan luar negeri Amerika ketika menyangkut Rusia. Tapi ini bukan bahasa yang kami rasakan,” kata diplomat tersebut, menambahkan bahwa menghindari melintasi garis merah Moskow akan menyelamatkan dari bahaya "konfrontatif spiral".
Pernyataan Ryabkov muncul setelah Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara melalui tautan video dengan mitranya dari AS, Joe Biden, pada hari Selasa lalu. Menurut ringkasan pembicaraan yang diberikan oleh Kremlin, Moskow mengatakan sangat tertarik untuk mendapatkan jaminan bahwa tak akan ada ekspansi lebih lanjut pasukan AS ke Eropa Timur dan penempatan sistem senjata serangan ofensif di negara-negara yang berbatasan dengan Rusia.
Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov mengangkat kekhawatiran pekan lalu, mengeklaim bahwa unit dan persenjataan signifikan dari negara-negara NATO, termasuk Amerika dan Inggris, sedang dipindahkan lebih dekat ke perbatasan Rusia.
Dia menuduh mitra Barat mendorong pejabat di Ukraina, yang berharap untuk bergabung dengan blok NATO, untuk terlibat dalam tindakan anti-Rusia. Menurutnya, ini bisa berubah menjadi konflik bersenjata yang sebenarnya.
Kekhawatiran atas penyebaran senjata atom di Eropa telah lama menjadi titik pertikaian bagi Rusia. Pada 2019, Putin memperingatkan bahwa jika kedua negara mengerahkan rudal berkemampuan nuklir di benua itu, ini akan mengarah pada peningkatan ketegangan yang tidak terlihat sejak 1962, ketika AS mengancam akan menyerang kapal-kapal Soviet daripada mengizinkan mereka mengirim rudal nuklir ke Kuba.
(min)