Polemik UU Keamanan, Hong Kong Jamin Tidak Akan Diintervensi Beijing

Senin, 08 Juni 2020 - 12:55 WIB
loading...
Polemik UU Keamanan,...
Wisatawan mengenakan masker berada di kawasan pusat binis Hong Kong, beberapa waktu lalu. Foto/REUTERS
A A A
HONG KONG - Menteri Kehakiman Hong Kong Teresa Cheng Yeuk Wah menegaskan departemennya tidak akan diintervensi oleh Beijing dengan undang-undang (UU) keamanan nasional yang baru. Dia menegaskan penegakan hukum di Hong Kong akan tetap independen.

Cheng mengungkapkan, perwakilan Beijing di Hong Kong telah bertemu dengan anggota legislatif pada Sabtu malam lalu. Sekelompok anggota parlemen itu juga mendukung UU tersebut. “Penuntutan dan penyelidikan tindakan kriminal di Hong Kong akan diatur oleh Departemen Kehakiman tanpa intervensi,” kata Cheng dilansir South China Morning Post.

Cheng mengutip pasal 63 Konstitusi Dasar Hong Kong bahwa Departemen Kehakiman tetap bertanggung jawab untuk semua penuntutan tanpa intervensi. “Mereka (Beijing) mencoba mengintervensi, tetapi saya bebas dari intervensi,” katanya. (Baca: Kapal Perang Siluman Rusia Admiral Kasatonov Rampungkan Uji Laut)

Cheng baru saja kembali dari perjalanan ke Beijing awal pekan lalu bersama Kepala Eksekutif Hong Hong Carrie Lam. Mereka bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China Han Zheng untuk membahas UU baru Hong Kong.

Sebelumnya, dua bank ternama HSBC dan Standard Chartered memberikan dukungan penuh terhadap undang-undang keamanan baru Hong Kong. Mereka beranggapan UU tersebut bisa mempertahankan stabilitas jangka panjang di Hong Kong.

HSBC menyebutkan Asosiasi Bank Hong Kong juga telah menyatakan kalau UU tersebut bisa mendukung stabilitas bisnis di Hong Kong. Meskipun HSBC merupakan bank terbesar di Eropa, bank tersebut memang memiliki banyak cabang di Asia, khususnya Hong Kong. “HSBC menghormati dan mendukung semua bentuk stabilitas tatanan sosial Hong Kong,” demikian keterangan HSBC dilansir BBC.

HSBC yang dijuga disebut dengan Hongkong and Shanghai Banking Corporation memang awalnya berkembang di koloni Inggris, Hong Kong. HSBC memilih pindah ke London pada 1993 dan menjadikan Hong Kong sebagai pasar terbesarnya.

Kemudian Standard Chartered juga mendukung langkah HSBC. “Kita yakin UU keamanan nasional bisa membantu mempertahankan ekonomi jangka panjang dan stabilitas sosial di Hong Kong,” demikian pernyataan Standard Chartered. Mereka menyatakan, prinsip “satu negara, dua sistem” merupakan hal utama pada kesuksesan masa depan Hong Kong. (Baca juga: Peselancar Australia Tewas Diserang Hiu)

Hal berbeda justru ditunjukkan bank investasi Jepang Nomura yang mempertimbangkan akan hengkang dari Hong Kong. Bank memang merepresentasikan negara dan kerap masuk ranah dalam debat politik. Dengan hadirnya UU keamanan nasional Hong Kong itu dianggap sebagai akhir kebebasan berekspresi.

“Situasi saat ini (di Hong Kong) tidak sama dengan apa yang seharusnya,” kata CEO Nomura, Kentaro Okuda dalam wawancara dengan FT. Namun, dia tetap menganggap Hong Kong sebagai pusat keuangan di luar Jepang.

UU keamanan Hong Kong baru mengatur makar, subversi, terorisme, dan intervensi asing sebagai tindakan kriminal. Para penduduk Hong Kong khawatir jika UU itu akan mengekang kebebasan berekspresi dan hak untuk berdemonstrasi. China menganggap hal tersebut sebagai subversi. Masyarakat Hong Kong juga khawatir jika China bisa mengatur keamanan di wilayah itu. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Dampak Perang Dagang:...
Dampak Perang Dagang: Canton Fair Sepi, Industri Ekspor China Terguncang
Putin dan Netanyahu...
Putin dan Netanyahu Absen di Pemakaman Paus Fransiskus, Beijing Tetap Bungkam, Kenapa?
Konvoi Ambulans Ditembaki,...
Konvoi Ambulans Ditembaki, Sentimen Anti-China Meningkat di Myanmar
10 Kelemahan Militer...
10 Kelemahan Militer AS dan 4 Cara China Menang Perang dengan Mudah
Perbandingan Kekuatan...
Perbandingan Kekuatan Militer AS vs China 2025, Dua Superpower yang Berseteru
Perbandingan Pangkalan...
Perbandingan Pangkalan Militer AS vs China di Dunia, Bagai Langit dan Bumi?
Profil Victor Gao, Analis...
Profil Victor Gao, Analis yang Sebut China Bisa Hidup 5.000 Tahun Lagi Meski Ditekan AS
Mengenal Genevieve Jeanningros,...
Mengenal Genevieve Jeanningros, Biarawati yang Terobos Protokol Vatikan Demi Melihat Jenazah Paus
Susah Payah Diselamatkan,...
Susah Payah Diselamatkan, Pendaki Ini Balik Lagi ke Gunung Fuji gegara Ponselnya Ketinggalan
Rekomendasi
Jazuli Ingatkan Kader...
Jazuli Ingatkan Kader PKS Jangan Ada yang Merasa Masih Oposisi
Daftar Kode Redeem FF...
Daftar Kode Redeem FF Free Fire Selasa 29 April 2025!
Banyak Inovasi Pelayanan,...
Banyak Inovasi Pelayanan, Kapolresta Sidoarjo Christian Tobing Raih PWI Jatim Award
Berita Terkini
Pakistan Klaim Serangan...
Pakistan Klaim Serangan Militer India Segera Terjadi
28 menit yang lalu
Wapres AS JD Vance:...
Wapres AS JD Vance: Ukraina Tak Akan Menang Perang Melawan Rusia!
55 menit yang lalu
Siapa Rami Makhlouf?...
Siapa Rami Makhlouf? Pengusaha yang Membentuk 150.00 Pasukan Elite dan Menyebut Bashar Al Assad sebagai Singa Palsu
3 jam yang lalu
Siapa Yunice Abbas?...
Siapa Yunice Abbas? Kakek Perampok yang Menodong Senjata dan Merampok Kim Kardashian tapi Tak Tahu Siapa Korbannya
4 jam yang lalu
Mengapa Hamas Menolak...
Mengapa Hamas Menolak Penunjukkan Hussein al-Sheikh sebagai Pengganti Mahmoud Abbas?
5 jam yang lalu
Kenapa Rusia Tidak Datang...
Kenapa Rusia Tidak Datang ke Pemakaman Paus Fransiskus?
6 jam yang lalu
Infografis
Akhiri Perang Ukraina,...
Akhiri Perang Ukraina, Trump Akan Akui Crimea Milik Rusia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved