Bos Pentagon Sebut AS Siap Bela Taiwan Hadapi Kebangkitan Militer China
loading...
A
A
A
WASHINGTON - China dengan cepat memperkuat kemampuan nuklirnya, tetapi Washington siap menghadapi persaingan dan juga akan berupaya mendukung kemampuan Taiwan untuk mempertahankan diri. Hal itu dikatakan oleh Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin.
Berbicara di Forum Pertahanan Nasional Reagan pada hari Sabtu, Austin mengatakan bahwa AS tetap berkomitmen pada kebijakan "satu-China", tetapi siap untuk menolak segala upaya untuk menggunakan kekuatan terhadap pulau itu.
"Washington siap menghadapi kebangkitan militer China dengan keyakinan dan tekad dan bekerja untuk mendukung kemampuan Taiwan untuk mempertahankan diri," kata Menteri Pertahanan AS itu seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (5/12/2021).
Austin juga mengatakan bahwa China dengan cepat membangun persenjataan nuklirnya, yang bertujuan untuk membawanya ke setidaknya 1.000 hulu ledak pada tahun 2030.
Austin merinci bahwa AS tidak berusaha membangun NATO Asia atau koalisi anti-China, dan tidak mencari Perang Dingin baru atau dunia yang terbagi menjadi blok-blok kaku, tetapi menginginkan kawasan Indo-Pasifik yang damai di mana semua negara bebas dari paksaan.
Menurut kepala Pentagon itu, Washington mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko dalam hubungan dengan China dan tertarik pada saluran komunikasi terbuka antara militer dan diplomat kedua negara.
Amerika Serikat telah meningkatkan kerja sama dengan Taiwan dalam beberapa tahun terakhir, sementara China telah memperkuat penyebaran jet tempur ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan.
Taiwan telah diperintah secara independen dari China sejak 1949. China memandang pulau itu sebagai provinsinya, sementara otoritas pulau menyatakan bahwa itu adalah negara otonom.
Diplomat senior AS dan Uni Eropa mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama pada hari Jumat bahwa Washington dan Uni Eropa tertarik untuk memperdalam kerja sama dengan Taiwan berdasarkan kebijakan "satu-China" dan mempertahankan status quo di Selat Taiwan.
Berbicara di Forum Pertahanan Nasional Reagan pada hari Sabtu, Austin mengatakan bahwa AS tetap berkomitmen pada kebijakan "satu-China", tetapi siap untuk menolak segala upaya untuk menggunakan kekuatan terhadap pulau itu.
"Washington siap menghadapi kebangkitan militer China dengan keyakinan dan tekad dan bekerja untuk mendukung kemampuan Taiwan untuk mempertahankan diri," kata Menteri Pertahanan AS itu seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (5/12/2021).
Austin juga mengatakan bahwa China dengan cepat membangun persenjataan nuklirnya, yang bertujuan untuk membawanya ke setidaknya 1.000 hulu ledak pada tahun 2030.
Austin merinci bahwa AS tidak berusaha membangun NATO Asia atau koalisi anti-China, dan tidak mencari Perang Dingin baru atau dunia yang terbagi menjadi blok-blok kaku, tetapi menginginkan kawasan Indo-Pasifik yang damai di mana semua negara bebas dari paksaan.
Menurut kepala Pentagon itu, Washington mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko dalam hubungan dengan China dan tertarik pada saluran komunikasi terbuka antara militer dan diplomat kedua negara.
Amerika Serikat telah meningkatkan kerja sama dengan Taiwan dalam beberapa tahun terakhir, sementara China telah memperkuat penyebaran jet tempur ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan.
Taiwan telah diperintah secara independen dari China sejak 1949. China memandang pulau itu sebagai provinsinya, sementara otoritas pulau menyatakan bahwa itu adalah negara otonom.
Diplomat senior AS dan Uni Eropa mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama pada hari Jumat bahwa Washington dan Uni Eropa tertarik untuk memperdalam kerja sama dengan Taiwan berdasarkan kebijakan "satu-China" dan mempertahankan status quo di Selat Taiwan.
(ian)