Lagi, Taliban Desak AS Cairkan Miliaran Dolar Aset Afghanistan
loading...
A
A
A
KABUL - Taliban kembali menyerukan Amerika Serikat (AS) untuk mencairkan miliaran dolar dana Afghanistan yang dibekukan setelah pembicaraan dua hari di Doha, Qatar . Seruan terbaru ini dilakukan ketika Afghanistan yang bergantung pada bantuan internasional bergelut dengan krisis ekonomi.
Afghanistan juga menyerukan diakhirinya daftar hitam dan sanksi dalam pertemuan yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi dan perwakilan khusus AS untuk Afghanistan, Tom West.
Ini adalah putaran kedua pembicaraan antara kedua pihak di Qatar sejak AS mengakhiri pendudukan 20 tahun di Afghanistan dan kelompok Islam garis keras itu dengan cepat kembali berkuasa.
"Kedua delegasi membahas masalah politik, ekonomi, manusia, kesehatan, pendidikan dan keamanan serta menyediakan fasilitas perbankan dan uang tunai yang diperlukan," tweeted juru bicara kementerian luar negeri Afghanistan Abdul Qahar Balkhi.
"Delegasi Afghanistan meyakinkan pihak keamanan AS dan mendesak agar dana beku Afghanistan harus dikeluarkan tanpa syarat, daftar hitam dan sanksi harus diakhiri dan masalah kemanusiaan dipisahkan dari masalah politik," imbuhnya seperti dikutip dari Arab News, Rabu (1/12/2021).
Washington menyita hampir USD9,5 miliar aset milik bank sentral Afghanistan. Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia juga menangguhkan kegiatan di Afghanistan, menahan bantuan serta USD340 juta dalam cadangan baru yang dikeluarkan oleh IMF pada Agustus.
Ekonomi Afghanistan telah runtuh secara efektif, dengan pegawai negeri sipil yang tidak dibayar selama berbulan-bulan dan perbendaharaan tidak mampu membayar impor. PBB telah memperingatkan bahwa sekitar 22 juta orang, lebih dari setengah populasi, akan menghadapi kekurangan pangan "akut" di bulan-bulan musim dingin.
Pemimpin pemerintah Taliban Mullah Mohammad Hassan Akhund termasuk di antara mereka yang menjadi sasaran sanksi AS. Pihak AS berdiri teguh pada langkah-langkah tersebut dan mengatakan pihaknya mengambil langkah-langkah untuk mendapatkan dukungan kepada warga Afghanistan biasa.
"Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk memastikan bahwa sanksi AS tidak membatasi kemampuan warga sipil Afghanistan untuk menerima dukungan kemanusiaan dari pemerintah AS dan komunitas internasional sambil menolak aset untuk entitas dan individu yang terkena sanksi," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price dalam sebuah pernyataan.
Afghanistan juga menyerukan diakhirinya daftar hitam dan sanksi dalam pertemuan yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi dan perwakilan khusus AS untuk Afghanistan, Tom West.
Ini adalah putaran kedua pembicaraan antara kedua pihak di Qatar sejak AS mengakhiri pendudukan 20 tahun di Afghanistan dan kelompok Islam garis keras itu dengan cepat kembali berkuasa.
"Kedua delegasi membahas masalah politik, ekonomi, manusia, kesehatan, pendidikan dan keamanan serta menyediakan fasilitas perbankan dan uang tunai yang diperlukan," tweeted juru bicara kementerian luar negeri Afghanistan Abdul Qahar Balkhi.
"Delegasi Afghanistan meyakinkan pihak keamanan AS dan mendesak agar dana beku Afghanistan harus dikeluarkan tanpa syarat, daftar hitam dan sanksi harus diakhiri dan masalah kemanusiaan dipisahkan dari masalah politik," imbuhnya seperti dikutip dari Arab News, Rabu (1/12/2021).
Washington menyita hampir USD9,5 miliar aset milik bank sentral Afghanistan. Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia juga menangguhkan kegiatan di Afghanistan, menahan bantuan serta USD340 juta dalam cadangan baru yang dikeluarkan oleh IMF pada Agustus.
Ekonomi Afghanistan telah runtuh secara efektif, dengan pegawai negeri sipil yang tidak dibayar selama berbulan-bulan dan perbendaharaan tidak mampu membayar impor. PBB telah memperingatkan bahwa sekitar 22 juta orang, lebih dari setengah populasi, akan menghadapi kekurangan pangan "akut" di bulan-bulan musim dingin.
Pemimpin pemerintah Taliban Mullah Mohammad Hassan Akhund termasuk di antara mereka yang menjadi sasaran sanksi AS. Pihak AS berdiri teguh pada langkah-langkah tersebut dan mengatakan pihaknya mengambil langkah-langkah untuk mendapatkan dukungan kepada warga Afghanistan biasa.
"Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk memastikan bahwa sanksi AS tidak membatasi kemampuan warga sipil Afghanistan untuk menerima dukungan kemanusiaan dari pemerintah AS dan komunitas internasional sambil menolak aset untuk entitas dan individu yang terkena sanksi," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price dalam sebuah pernyataan.