AS Akui Berlomba dengan China Bangun Senjata Hipersonik Paling Mematikan
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) dan China terlibat dalam perlombaan senjata untuk mengembangkan senjata hipersonik paling mematikan. Pengakuan itu diungkapkan Sekretaris Angkatan Udara AS Frank Kendall pada Selasa (30/1/2021).
Saat ini Beijing dan Washington membangun dan menguji lebih banyak lagi senjata hipersonik generasi baru.
“Ada perlombaan senjata, tidak harus untuk peningkatan jumlah, tetapi untuk peningkatan kualitas,” papar Sekretaris Angkatan Udara Frank Kendall kepada Reuters selama wawancara di kantor Pentagon, dilansir Alarabiya pada Rabu (1/12/2021).
Dia menambahkan, “Ini adalah perlombaan senjata yang telah berlangsung cukup lama. Orang China telah melakukannya dengan sangat agresif.”
Pada Oktober, perwira tinggi militer AS, Jenderal Mark Milley, mengkonfirmasi tes senjata hipersonik China yang menurut para ahli militer tampaknya menunjukkan Beijing merancang sistem senjata yang mengorbit Bumi untuk menghindari pertahanan rudal Amerika.
Tahun ini Pentagon telah mengadakan beberapa tes senjata hipersonik dengan keberhasilan yang beragam.
Pada Oktober, Angkatan Laut AS berhasil menguji motor roket pendorong yang akan digunakan untuk menggerakkan kendaraan peluncur yang membawa senjata hipersonik ke atas.
Senjata hipersonik bergerak di atmosfer atas dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara, atau sekitar 6.200 kilometer per jam.
Kendall mencatat, sementara militer AS telah memfokuskan dana pada Irak dan Afghanistan, mereka telah mengalihkan perhatiannya dari pengembangkan senjata hipersonik.
“Ini tidak berarti kami tidak melakukan apa-apa, tetapi kami belum melakukan cukup banyak,” ujar dia.
Ketika Pentagon memasuki siklus anggaran tahunan 2023, Kendall berharap mengumpulkan dana untuk sistem senjata baru, bersamaan pensiunnya sistem lama yang mahal untuk dirawat. Dana itu termasuk program pengembangan hipersonik.
“Saya suka A-10. C-130 adalah pesawat hebat yang sangat mampu dan sangat efektif untuk banyak misi. MQ-9 sangat efektif untuk kontraterorisme dan sebagainya. Mereka masih berguna, tetapi tidak satu pun dari hal-hal ini yang menakut-nakuti China,” ujar Kendall, merujuk pada pesawat tempur berusia lebih dari 40 tahun, pesawat untuk membawa kargo, dan drone yang banyak digunakan.
Kontraktor pertahanan berharap dapat memanfaatkan peralihan ke senjata hipersonik, tidak hanya dengan membangunnya, tetapi juga dengan mengembangkan mekanisme deteksi dan penangkalan baru.
Pembuat senjata Lockheed Martin Corp, Northrop Grumman Corp dan Raytheon Technologies Corp semuanya telah menggembar-gemborkan program senjata hipersonik mereka kepada para investor karena fokus dunia bergeser ke perlombaan senjata baru untuk kelas senjata yang baru muncul.
“Namun, Pentagon ingin para kontraktor pertahanan memangkas biaya akhir senjata hipersonik,” ungkap kepala penelitian dan pengembangan.
Seperti diketahui, generasi berikutnya dari rudal super cepat yang sedang dikembangkan saat ini menelan biaya puluhan juta dolar per unit.
Saat ini Beijing dan Washington membangun dan menguji lebih banyak lagi senjata hipersonik generasi baru.
“Ada perlombaan senjata, tidak harus untuk peningkatan jumlah, tetapi untuk peningkatan kualitas,” papar Sekretaris Angkatan Udara Frank Kendall kepada Reuters selama wawancara di kantor Pentagon, dilansir Alarabiya pada Rabu (1/12/2021).
Dia menambahkan, “Ini adalah perlombaan senjata yang telah berlangsung cukup lama. Orang China telah melakukannya dengan sangat agresif.”
Pada Oktober, perwira tinggi militer AS, Jenderal Mark Milley, mengkonfirmasi tes senjata hipersonik China yang menurut para ahli militer tampaknya menunjukkan Beijing merancang sistem senjata yang mengorbit Bumi untuk menghindari pertahanan rudal Amerika.
Tahun ini Pentagon telah mengadakan beberapa tes senjata hipersonik dengan keberhasilan yang beragam.
Pada Oktober, Angkatan Laut AS berhasil menguji motor roket pendorong yang akan digunakan untuk menggerakkan kendaraan peluncur yang membawa senjata hipersonik ke atas.
Senjata hipersonik bergerak di atmosfer atas dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara, atau sekitar 6.200 kilometer per jam.
Kendall mencatat, sementara militer AS telah memfokuskan dana pada Irak dan Afghanistan, mereka telah mengalihkan perhatiannya dari pengembangkan senjata hipersonik.
“Ini tidak berarti kami tidak melakukan apa-apa, tetapi kami belum melakukan cukup banyak,” ujar dia.
Ketika Pentagon memasuki siklus anggaran tahunan 2023, Kendall berharap mengumpulkan dana untuk sistem senjata baru, bersamaan pensiunnya sistem lama yang mahal untuk dirawat. Dana itu termasuk program pengembangan hipersonik.
“Saya suka A-10. C-130 adalah pesawat hebat yang sangat mampu dan sangat efektif untuk banyak misi. MQ-9 sangat efektif untuk kontraterorisme dan sebagainya. Mereka masih berguna, tetapi tidak satu pun dari hal-hal ini yang menakut-nakuti China,” ujar Kendall, merujuk pada pesawat tempur berusia lebih dari 40 tahun, pesawat untuk membawa kargo, dan drone yang banyak digunakan.
Kontraktor pertahanan berharap dapat memanfaatkan peralihan ke senjata hipersonik, tidak hanya dengan membangunnya, tetapi juga dengan mengembangkan mekanisme deteksi dan penangkalan baru.
Pembuat senjata Lockheed Martin Corp, Northrop Grumman Corp dan Raytheon Technologies Corp semuanya telah menggembar-gemborkan program senjata hipersonik mereka kepada para investor karena fokus dunia bergeser ke perlombaan senjata baru untuk kelas senjata yang baru muncul.
“Namun, Pentagon ingin para kontraktor pertahanan memangkas biaya akhir senjata hipersonik,” ungkap kepala penelitian dan pengembangan.
Seperti diketahui, generasi berikutnya dari rudal super cepat yang sedang dikembangkan saat ini menelan biaya puluhan juta dolar per unit.
(sya)