Cegah Varian Omicron, Israel Akan Larang Warga Asing

Minggu, 28 November 2021 - 16:35 WIB
loading...
Cegah Varian Omicron, Israel Akan Larang Warga Asing
Cegah varian omicron, Israel akan larang warga asing masuk ke negara itu. Foto/Ilustrasi
A A A
TEL AVIV - Israel akan melarangwarga asing memasuki negara itu selama 14 hari dan menggunakan pengawasan untuk menghentikan penyebaran varian baru virus Corona . Larangan itu diharapkan mulai berlaku pada Minggu (28/11/2021) tengah malam, setelah mendapat persetujuan penuh dari kabinet.

Israel sejauh ini telah mengkonfirmasi satu kasus strain Omicron yang berpotensi lebih menular yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan (Afsel) seperti dikutip dari BBC.

Kabinet virus Corona Israel menyetujui serangkaian pembatasan baru pada pertemuan krisis Sabtu malam dan tunduk pada persetujuan akhir oleh kabinet yang lebih besar.

Selain larangan masuk untuk warga non-Israel, karantina wajib tiga hari akan diperlukan untuk semua warga negara Israel yang divaksinasi, dan karantina tujuh hari bagi mereka yang belum divaksinasi.



Kabinet juga mengizinkan pengawasan terhadap pasien virus Corona yang dikonfirmasi oleh badan keamanan Shin Bet Israel.

Sebelumnya pada hari Sabtu, pihak berwenang Israel telah menempatkan 50 negara Afrika pada apa yang disebut daftar "merah". Semua warga negara Israel yang kembali dari negara-negara itu harus dikarantina di hotel-hotel yang disetujui pemerintah dan menjalani tes COVID-19 .

Larangan terhadap orang asing memasuki Israel dari sebagian besar negara Afrika diberlakukan pada hari Jumat.

Israel telah mengkonfirmasi lebih dari 1,3 juta infeksi COVID-19sejak awal pandemi, dengan lebih dari 8.100 kematian, menurut universitas Johns Hopkins di Amerika.

Sejak ditemukannya varian Omicron, banyak negara telah melarang perjalanan ke Afrika Selatan (Afsel) dan negara tetangganya.

Namun pemberlakukan larangan itu membuat Afrika Selatan meradang karena merasa dihukum dan bukan mendapatkan pujian karena berhasil menemukan varian Omicron pada awal bulan ini.



Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan varian baru ini "menjadi perhatian", dengan bukti awal menunjukkan risiko infeksi ulang yang lebih tinggi.

Namun WHO telah memperingatkan terhadap negara-negara yang memberlakukan pembatasan perjalanan dengan tergesa-gesa, dengan mengatakan mereka harus melihat ke "pendekatan berbasis risiko dan ilmiah".

WHO mengatakan jumlah kasus varian ini, awalnya bernama B.1.1.529, tampaknya meningkat di hampir semua provinsi Afrika Selatan.

"Varian ini memiliki sejumlah besar mutasi, beberapa di antaranya mengkhawatirkan," kata badan kesehatan masyarakat PBB itu dalam sebuah pernyataan.

Dikatakan "infeksi B.1.1.529 pertama yang diketahui dikonfirmasi berasal dari spesimen yang dikumpulkan pada 9 November.

WHO mengatakan perlu beberapa minggu untuk memahami dampak varian baru, karena para ilmuwan bekerja untuk menentukan seberapa menularnya.

Kepala Asosiasi Medis Afrika Selatan mengatakan kepada BBC bahwa kasus yang ditemukan sejauh ini di Afrika Selatan - di mana hanya sekitar 24% dari populasi yang divaksinasi sepenuhnya - tidak parah, tetapi mengatakan penyelidikan terhadap varian tersebut masih pada tahap yang sangat awal.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1794 seconds (0.1#10.140)