Kembali Duduk Satu Meja, Ini Daftar Tuntutan Taliban untuk AS
loading...
A
A
A
DOHA - Juru bicara Taliban ,Suhail Shaheen mengatakan, pihaknya berencana untuk membahas pengakuan Amerika Serikat (AS) atas pemerintahan sementara saat keduanya bertemu di Doha, Qatar . Tidak hanya itu, Taliban juga akan menuntut pencairan aset serta rekonstruksi Afghanistan .
Sebelumnya, Taliban telah mengkonfirmasi bahwa putaran baru negosiasi dengan AS akan dimulai di Qatar pada minggu depan.
“Mereka dapat berpartisipasi dalam rekonstruksi Afghanistan dan melakukan investasi di negara kita dan juga mencairkan cadangan bank Afghanistan; mengakui pemerintah Negara Islam Afghanistan karena sangat diperlukan untuk hubungan timbal balik dan untuk investasi mereka di negara itu. Jadi inilah topik yang akan dibahas," kata Shaheen seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (25/11/2021).
Setelah Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan pada pertengahan Agustus lalu, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional menangguhkan bantuan keuangan yang sebelumnya menyumbang hampir 75% dari pengeluaran publik Afghanistan. Sedangkan AS membekukan miliaran dolar aset milik Bank Sentral Afganistan.
Populasi negara itu saat ini dihantam oleh krisis ekonomi, kemanusiaan, dan keamanan yang semakin dalam. Perserikatan Bangsa-Bangsa, China, serta beberapa kelompok hak asasi manusia, telah berulang kali mendesak AS untuk mencairkan aset Afghanistan untuk menghindari keruntuhan ekonomi negara itu.
"Sanksi yang dijatuhkan pada Taliban oleh AS dan lainnya hanya memperburuk situasi kemanusiaan dan memiliki efek negatif pada rakyat," kata Shaheen.
“Kita harus beralih dari berbicara ke langkah-langkah praktis,” tegas juru bicara Taliban itu seperti dikutip dari Russia Today.
Komentar Shaheen menyusul pengumuman oleh Washington bahwa Perwakilan Khusus AS untuk Afghanistan Tom West akan menuju ke Doha minggu depan untuk melakukan pembicaraan dengan para pemimpin kelompok tersebut. Negosiasi di Ibu Kota Qatar – di mana Taliban memiliki kantor perwakilan – diperkirakan akan berlangsung selama dua minggu.
Namun, agenda pertemuan yang ditetapkan oleh juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price dalam banyak hal berbeda dari yang diumumkan oleh juru bicara Taliban.
Sebelumnya, Taliban telah mengkonfirmasi bahwa putaran baru negosiasi dengan AS akan dimulai di Qatar pada minggu depan.
“Mereka dapat berpartisipasi dalam rekonstruksi Afghanistan dan melakukan investasi di negara kita dan juga mencairkan cadangan bank Afghanistan; mengakui pemerintah Negara Islam Afghanistan karena sangat diperlukan untuk hubungan timbal balik dan untuk investasi mereka di negara itu. Jadi inilah topik yang akan dibahas," kata Shaheen seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (25/11/2021).
Setelah Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan pada pertengahan Agustus lalu, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional menangguhkan bantuan keuangan yang sebelumnya menyumbang hampir 75% dari pengeluaran publik Afghanistan. Sedangkan AS membekukan miliaran dolar aset milik Bank Sentral Afganistan.
Populasi negara itu saat ini dihantam oleh krisis ekonomi, kemanusiaan, dan keamanan yang semakin dalam. Perserikatan Bangsa-Bangsa, China, serta beberapa kelompok hak asasi manusia, telah berulang kali mendesak AS untuk mencairkan aset Afghanistan untuk menghindari keruntuhan ekonomi negara itu.
"Sanksi yang dijatuhkan pada Taliban oleh AS dan lainnya hanya memperburuk situasi kemanusiaan dan memiliki efek negatif pada rakyat," kata Shaheen.
“Kita harus beralih dari berbicara ke langkah-langkah praktis,” tegas juru bicara Taliban itu seperti dikutip dari Russia Today.
Komentar Shaheen menyusul pengumuman oleh Washington bahwa Perwakilan Khusus AS untuk Afghanistan Tom West akan menuju ke Doha minggu depan untuk melakukan pembicaraan dengan para pemimpin kelompok tersebut. Negosiasi di Ibu Kota Qatar – di mana Taliban memiliki kantor perwakilan – diperkirakan akan berlangsung selama dua minggu.
Namun, agenda pertemuan yang ditetapkan oleh juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price dalam banyak hal berbeda dari yang diumumkan oleh juru bicara Taliban.