Kepala IAEA Mengaku Lakukan Pembicaraan Konstruktif dengan Pejabat Nuklir Iran

Rabu, 24 November 2021 - 18:35 WIB
loading...
Kepala IAEA Mengaku Lakukan Pembicaraan Konstruktif dengan Pejabat Nuklir Iran
Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi. FOTO/Mers
A A A
TEHERAN - Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional ( IAEA ), Rafael Grossi telah berada di Teheran, Iran sejak awal pekan ini. Ia bertemu dengan sejumlah pejabat Iran dan membahas mengenai program nuklir negara tersebut.

“Kami telah melakukan diskusi, pembicaraan, dan negosiasi yang panjang dengan para pejabat Iran,” kata Grossi pada Press TV pada Selasa (23/11/2021), seperti dikutip dari Mers. “Kami memiliki sejumlah masalah penting yang perlu kami diskusikan di tingkat teknis dan kami telah menanganinya,” lanjut Grossi.



Sejauh ini, Kepala Pengawas Nuklir PBB itu bertemu dengan Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian dan kepala Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) Mohammad Eslami selama kunjungannya.

Grossi mengatakan, dia melakukan kunjungan setelah kedua belah pihak sepakat selama perjalanan Grossi ke Teheran pada bulan September, bahwa dia harus segera melakukan perjalanan ke negara itu untuk duduk dengan pejabat dari pemerintahan baru Iran.

“Hubungan antara Badan dan Iran adalah hubungan yang permanen, adalah hubungan yang berkelanjutan,” kata Grossi. Melalui laporan triwulanan terbaru, IAEA menegaskan telah melakukan pemeriksaan peraturan rutin program energi nuklir Iran.

Amerika Serikat dan sekutu Baratnya, secara teratur muncul dengan tuduhan tidak berdasar mengenai kualitas kerja sama bilateral antara Iran dan IAEA. Teheran secara rutin membantah tuduhan itu, mengutip fakta teknis yang bertentangan dan menegaskan kembali niatnya untuk bekerja secara transparan dengan badan internasional.



Laporan tersebut hanya mengutip satu contoh perbedaan yang timbul dari ketidakmampuan Iran untuk mengizinkan IAEA akses ke satu lokasi karena penyelidikan hukum dan keamanan yang sedang berlangsung ke dalam "aksi teroris" yang menargetkan fasilitas tersebut.

Fasilitas nuklir dan ilmuwan Republik Islam telah berulang kali mengalami serangan teroris dan seringkali mematikan. Rezim Israel telah mengakui melakukan insiden tersebut atau menjadi tersangka utama dalam semua insiden tersebut. Iran telah meminta IAEA untuk membantunya menyelesaikan penyelidikan.

Ditanya tentang sikap IAEA terhadap serangan seperti itu, Grossi berkata, "Penggunaan kekerasan benar-benar dikutuk". Ketika ditanya mengenai penarikan AS dari perjanjian nuklir antara Iran dan lainnya pada 2018, dan penerapan kembali sanksi AS kepada Iran, Grossi menyatakan hal itu di luar wewenang IAEA.



“Mandat IAEA adalah mandat non-proliferasi, bukan mandat perlucutan senjata,” katanya. Ia menganggap AS bertanggung jawab atas pelanggaran perjanjian nuklirnya berada di luar yurisdiksi badan tersebut.

“Lembaga tersebut tidak memiliki atau tidak memiliki kompetensi dalam hal keputusan politik suatu negara untuk tetap atau menarik diri dari perjanjian tersebut,” katanya.

“Jadi, dalam hal itu, yang terus kami lakukan adalah memverifikasi kepatuhan atau kekurangannya terhadap ketentuan aspek nuklir JCPOA dan ini yang terus kami lakukan,” tambahnya, merujuk pada kesepakatan nuklir Iran alias JCPOA.

“IAEA tidak bisa menjadi pihak yang menyelesaikan masalah sanksi. Ini adalah masalah politik yang perlu diselesaikan antara Amerika Serikat dan Iran, dan saya berharap mereka dapat melakukannya,” tambahnya.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1278 seconds (0.1#10.140)