Ingin Ikuti Kesuksesan Taliban, Milisi Irak Berniat Usir Pasukan AS
loading...
A
A
A
BAGHDAD - Kelompok paramiliter Irak bersumpah untuk melaksanakan batas waktu akhir tahun untuk penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dari negara mereka. Mereka ingin mengikuti kesuksesan Taliban yang berhasil mengusir AS dari Afghanistan.
Pada awalnya, kehadiran pasukan AS di Irak adalah untuk menghadapi ISIS. Namun setelah ISIS berhasil di berangus, kehadiran sisa-sisa pasukan AS telah menimbulkan perpecahan di Irak yang telah tertahan selama bertahun-tahun setelah pemerintah Baghdad menyatakan kemenangan atas kelompok ekstrimis itu.
Pada hari Jumat lalu, atau hanya empat bulan setelah Presiden AS Joe Biden berjanji menarik pasukan tempur dari Irak sebelum akhir tahun , sebuah blok milisi yang disebut Komisi Koordinasi Perlawanan Irak mengeluarkan peringatan.
Lewat sebuah pesan, mereka mengomentari pengaturan penarikan pasukan yang akan dilakukan Biden dengan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi. Mereka menyatakan tidak percaya pada keseriusan pendudukan dan komitmennya.
Namun, pesan itu mengatakan kelompok-kelompok itu berkomitmen untuk memberikan kesempatan kepada negosiator Irak untuk mengusir pendudukan Amerika dari tanah murni mereka melalui cara-cara diplomatik.
Namun dalam lebih dari tiga bulan sejak dialog strategis Washington dan Baghdad berlangsung pada Juli, komisi itu mengatakan belum melihat manifestasi penarikan, meskipun hanya 42 hari memisahkan kami dari 31/12/2021 atau batas akhir penarikan pasukan AS seperti yang dijanjikan oleh Biden.
"Sebaliknya, kami telah mengamati bahwa pendudukan Amerika yang kurang ajar meningkatkan jumlah dan peralatannya di pangkalan-pangkalannya di Irak," kata kelompok milisi itu.
"Dan kami bahkan mendengar pernyataan resmi dan setengah resmi dari pejabat negara jahat Amerika tentang niat mereka untuk tidak menarik diri dari negara ini dengan dalih bahwa ada permintaan dari Baghdad (untuk tidak) melakukannya, pada saat kami tidak melihat tanggapan atau penolakan dari pemerintah Irak tentang pernyataan kikuk ini!" sambung pernyataan itu seperti dikutip dari Newsweek, Selasa (23/11/2021).
Kelompok tersebut juga memperingatkan bahwa alternatif untuk keluarnya AS secara damai adalah dengan tindakan bersenjata.
Pada awalnya, kehadiran pasukan AS di Irak adalah untuk menghadapi ISIS. Namun setelah ISIS berhasil di berangus, kehadiran sisa-sisa pasukan AS telah menimbulkan perpecahan di Irak yang telah tertahan selama bertahun-tahun setelah pemerintah Baghdad menyatakan kemenangan atas kelompok ekstrimis itu.
Pada hari Jumat lalu, atau hanya empat bulan setelah Presiden AS Joe Biden berjanji menarik pasukan tempur dari Irak sebelum akhir tahun , sebuah blok milisi yang disebut Komisi Koordinasi Perlawanan Irak mengeluarkan peringatan.
Lewat sebuah pesan, mereka mengomentari pengaturan penarikan pasukan yang akan dilakukan Biden dengan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi. Mereka menyatakan tidak percaya pada keseriusan pendudukan dan komitmennya.
Namun, pesan itu mengatakan kelompok-kelompok itu berkomitmen untuk memberikan kesempatan kepada negosiator Irak untuk mengusir pendudukan Amerika dari tanah murni mereka melalui cara-cara diplomatik.
Namun dalam lebih dari tiga bulan sejak dialog strategis Washington dan Baghdad berlangsung pada Juli, komisi itu mengatakan belum melihat manifestasi penarikan, meskipun hanya 42 hari memisahkan kami dari 31/12/2021 atau batas akhir penarikan pasukan AS seperti yang dijanjikan oleh Biden.
"Sebaliknya, kami telah mengamati bahwa pendudukan Amerika yang kurang ajar meningkatkan jumlah dan peralatannya di pangkalan-pangkalannya di Irak," kata kelompok milisi itu.
"Dan kami bahkan mendengar pernyataan resmi dan setengah resmi dari pejabat negara jahat Amerika tentang niat mereka untuk tidak menarik diri dari negara ini dengan dalih bahwa ada permintaan dari Baghdad (untuk tidak) melakukannya, pada saat kami tidak melihat tanggapan atau penolakan dari pemerintah Irak tentang pernyataan kikuk ini!" sambung pernyataan itu seperti dikutip dari Newsweek, Selasa (23/11/2021).
Kelompok tersebut juga memperingatkan bahwa alternatif untuk keluarnya AS secara damai adalah dengan tindakan bersenjata.