Khawatir Rusia Invasi Ukraina, AS Pertimbangkan Kirim Paket Bantuan Mematikan
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) mempertimbangkan untuk mengirim penasihat militer dan peralatan baru termasuk persenjataan ke Ukraina . Itu dilakukan karena kekhawatiran Washington atas potensi invasi Rusia ke Ukraina meningkat.
Diskusi tentang usulan paket bantuan mematikan itu muncul setelah Ukraina memberikan peringatan bahwa invasi bisa segera terjadi setelah Januari.
"Paket tersebut dapat mencakup rudal anti-tank dan anti-armor baru Javelin baru serta mortir," ujar beberapa sumber kepada CNN, Selasa (23/11/2021).
Sistem pertahanan udara, seperti rudal Stinger, juga sedang dipertimbangkan dan Departemen Pertahanan AS telah mendesak agar beberapa yang akan dikirim ke Afghanistan, seperti helikopter Mi-17, untuk dikirim ke Ukraina. Helikopter Mi-17 adalah helikopter Rusia yang awalnya dibeli AS untuk diberikan kepada Afghanistan. Pentagon sekarang mempertimbangkan apa yang harus dilakukan dengan mereka setelah penarikan AS dari Afghanistan pada Agustus.
Sedangkan untuk penasihat militer masih belum jelas apakah akan benar-benar dikirim ke Ukraina.
Menurut pensiunan tentara AS, Letnan Kolonel Cedric Leighton mengatakan kepada CNN bahwa rudal antitank Javelin cukup efektif melawan tank T-80 yang sebenarnya digunakan Rusia dalam upaya melawan Ukraina saat ini. Tetapi dia mencatat bahwa bantuan tambahan apa pun ke Ukraina tidak diragukan lagi berisiko meningkatkan ketegangan lebih lanjut dengan Moskow.
Sedangkan Sekretaris Gedung Putih Jen Psaki saat ditanya tentang aktivitas militer Rusia mengatakan: "Pemerintah AS prihatin dan memiliki interaksi yang luas dengan sekutu dan mitra Eropa kami beberapa pekan terakhir, termasuk dengan Ukraina."
"AS juga telah mengadakan diskusi dengan pejabat Rusia tentang Ukraina dan hubungan AS-Rusia secara umum," imbuhnya.
Ketua Kepala Staf Gabungan, Jenderal Mark Milley AS, juga berbicara melalui telepon dengan Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Letnan Jenderal Valery Zaluzhny.
Meski telah menyebut Rusia menumpuk pasukannya di perbatasan Ukraina, hingga kini para pejabat AS mengatakan rencana akhir Rusia masih belum jelas.
"Tidak ada senjata api atau indikator yang menentukan niat Putin," kata seorang pejabat pertahanan.
Ada kemungkinan bahwa manuver-manuver tersebut merupakan upaya untuk menabur kebingungan atau memaksa Barat untuk membuat konsesi, dan bukan pendahuluan untuk sebuah invasi.
Sebelumnya media AS lainnya menyebut Rusia akan meluncurkan invasi ke Ukraina saat musim dingin yang sudah semakin dekat, mengutip sumber intelijen Washington.
"Kemungkinan serangan potensial Rusia di Ukraina meningkat seiring dengan semakin dinginnya cuaca," tulis CBS News mengutip sumber intelijen AS yang tidak disebutkan namanya.
Diskusi tentang usulan paket bantuan mematikan itu muncul setelah Ukraina memberikan peringatan bahwa invasi bisa segera terjadi setelah Januari.
"Paket tersebut dapat mencakup rudal anti-tank dan anti-armor baru Javelin baru serta mortir," ujar beberapa sumber kepada CNN, Selasa (23/11/2021).
Sistem pertahanan udara, seperti rudal Stinger, juga sedang dipertimbangkan dan Departemen Pertahanan AS telah mendesak agar beberapa yang akan dikirim ke Afghanistan, seperti helikopter Mi-17, untuk dikirim ke Ukraina. Helikopter Mi-17 adalah helikopter Rusia yang awalnya dibeli AS untuk diberikan kepada Afghanistan. Pentagon sekarang mempertimbangkan apa yang harus dilakukan dengan mereka setelah penarikan AS dari Afghanistan pada Agustus.
Sedangkan untuk penasihat militer masih belum jelas apakah akan benar-benar dikirim ke Ukraina.
Menurut pensiunan tentara AS, Letnan Kolonel Cedric Leighton mengatakan kepada CNN bahwa rudal antitank Javelin cukup efektif melawan tank T-80 yang sebenarnya digunakan Rusia dalam upaya melawan Ukraina saat ini. Tetapi dia mencatat bahwa bantuan tambahan apa pun ke Ukraina tidak diragukan lagi berisiko meningkatkan ketegangan lebih lanjut dengan Moskow.
Sedangkan Sekretaris Gedung Putih Jen Psaki saat ditanya tentang aktivitas militer Rusia mengatakan: "Pemerintah AS prihatin dan memiliki interaksi yang luas dengan sekutu dan mitra Eropa kami beberapa pekan terakhir, termasuk dengan Ukraina."
"AS juga telah mengadakan diskusi dengan pejabat Rusia tentang Ukraina dan hubungan AS-Rusia secara umum," imbuhnya.
Ketua Kepala Staf Gabungan, Jenderal Mark Milley AS, juga berbicara melalui telepon dengan Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Letnan Jenderal Valery Zaluzhny.
Meski telah menyebut Rusia menumpuk pasukannya di perbatasan Ukraina, hingga kini para pejabat AS mengatakan rencana akhir Rusia masih belum jelas.
"Tidak ada senjata api atau indikator yang menentukan niat Putin," kata seorang pejabat pertahanan.
Ada kemungkinan bahwa manuver-manuver tersebut merupakan upaya untuk menabur kebingungan atau memaksa Barat untuk membuat konsesi, dan bukan pendahuluan untuk sebuah invasi.
Sebelumnya media AS lainnya menyebut Rusia akan meluncurkan invasi ke Ukraina saat musim dingin yang sudah semakin dekat, mengutip sumber intelijen Washington.
"Kemungkinan serangan potensial Rusia di Ukraina meningkat seiring dengan semakin dinginnya cuaca," tulis CBS News mengutip sumber intelijen AS yang tidak disebutkan namanya.
(ian)