ISIS Dituding Curi Ribuan Domba di Suriah untuk Membiayai Sel-sel Teror
loading...
A
A
A
ALEPPO - ISIS dituding melancarkan kampanye berdarah terhadap para gembala di Suriah utara saat sel-sel terornya mengumpulkan uang dengan mencuri ribuan domba. Seperti dilaporkan Metro.co.uk, Minggu (21/11/2021), ISIS terlibat dalam operasi penyelundupan yang 'mudah dan menguntungkan', karena mencari sumber keuangan lain di luar minyak.
Sel-sel di Hama dan daerah yang berbatasan dengan Raqqa dan Aleppo dikatakan melakukan operasi pasar gelap secara luas, setelah ISIS kehilangan cengkeraman teritorialnya pada tahun 2019. Domba yang dicuri dari penduduk setempat dijual di pasar ternak hidup oleh para personel ISIS yang menyamar sebagai penggembala.
Para personel ISIS ini beraksi di wilayah utara yang dikendalikan oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pimpinan Kurdi yang didukung oleh Amerika Serikat dan lebih jauh ke selatan di Suriah yang dikuasai rezim atau di seberang perbatasan di Irak.
Ratusan hewan dilaporkan dicuri setiap minggu pada awal 2021. Para petani dibunuh dalam penggerebekan atau dibunuh oleh ranjau yang diletakkan di jalan dan di area penggembalaan.
Gregory Waters, seorang analis riset dari Proyek Kontra Ekstremisme, mengatakan kepada Metro.co.uk, “Ini tidak seperti perdagangan minyak yang dimiliki ISIS ketika menguasai wilayah, tetapi mereka tidak memiliki biaya yang mereka miliki sebelumnya.”
Menurutnya, yang mereka butuhkan sekarang hanyalah persediaan untuk sel mereka dan untuk membayar para penyelundup. “Ini adalah operasi yang mudah dan menguntungkan. Ini juga memiliki tujuan kedua bahwa dengan membunuh gembala dan mencuri domba, ada lebih banyak pengungsi internal, yang berarti lebih banyak rute penyelundupan dan penyeberangan informal,” jelas Waters.
“Ini memudahkan para pejuang ISIS untuk menyusup ke daerah-daerah, karena mereka dapat bersembunyi di antara orang asing yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain,” lanjutnya.
Menurut sebuah laporan yang disusun oleh Waters, para gembala ditemukan telah dieksekusi dengan tembakan di kepala mereka pada 'beberapa' kesempatan tahun ini. Ternak kemudian diselundupkan ke pasar, termasuk yang melintasi perbatasan di Irak, di mana harga yang lebih baik dapat diperoleh, dan ke selatan ke benteng utama rezim di Suriah.
Hingga 23.000 domba diangkut ke wilayah yang dikuasai SDF, termasuk Raqqa, selama beberapa bulan pertama tahun 2021, menurut seorang peneliti di kota yang berbicara dengan Waters. Dengan harga per hewan menjadi 7.500 pound Suriah, ini berarti ISIS dapat mengumpulkan jutaan dolar dalam mata uang lokal hanya melalui operasi terlarang ini.
“Sel-sel itu mendanai sendiri dan mereka terlibat dalam perdagangan normal dengan penduduk setempat. Dengan uang yang digunakan untuk membayar gaji para pejuang dan penyelundup dan membeli barang-barang dan sampai batas tertentu, senjata, meskipun mereka sudah memiliki banyak simpanan,” jelasnya.
Dalam laporannya yang berjudul Smuggling Away the Future in Syria’s Northeast, Waters menunjukkan ketidakstabilan di kawasan itu sebagai faktor kunci dalam kemunculan kembali ISIS, dengan ekonomi yang hancur memicu perdagangan pasar gelap.
Sel-sel di Hama dan daerah yang berbatasan dengan Raqqa dan Aleppo dikatakan melakukan operasi pasar gelap secara luas, setelah ISIS kehilangan cengkeraman teritorialnya pada tahun 2019. Domba yang dicuri dari penduduk setempat dijual di pasar ternak hidup oleh para personel ISIS yang menyamar sebagai penggembala.
Para personel ISIS ini beraksi di wilayah utara yang dikendalikan oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pimpinan Kurdi yang didukung oleh Amerika Serikat dan lebih jauh ke selatan di Suriah yang dikuasai rezim atau di seberang perbatasan di Irak.
Ratusan hewan dilaporkan dicuri setiap minggu pada awal 2021. Para petani dibunuh dalam penggerebekan atau dibunuh oleh ranjau yang diletakkan di jalan dan di area penggembalaan.
Gregory Waters, seorang analis riset dari Proyek Kontra Ekstremisme, mengatakan kepada Metro.co.uk, “Ini tidak seperti perdagangan minyak yang dimiliki ISIS ketika menguasai wilayah, tetapi mereka tidak memiliki biaya yang mereka miliki sebelumnya.”
Menurutnya, yang mereka butuhkan sekarang hanyalah persediaan untuk sel mereka dan untuk membayar para penyelundup. “Ini adalah operasi yang mudah dan menguntungkan. Ini juga memiliki tujuan kedua bahwa dengan membunuh gembala dan mencuri domba, ada lebih banyak pengungsi internal, yang berarti lebih banyak rute penyelundupan dan penyeberangan informal,” jelas Waters.
“Ini memudahkan para pejuang ISIS untuk menyusup ke daerah-daerah, karena mereka dapat bersembunyi di antara orang asing yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain,” lanjutnya.
Menurut sebuah laporan yang disusun oleh Waters, para gembala ditemukan telah dieksekusi dengan tembakan di kepala mereka pada 'beberapa' kesempatan tahun ini. Ternak kemudian diselundupkan ke pasar, termasuk yang melintasi perbatasan di Irak, di mana harga yang lebih baik dapat diperoleh, dan ke selatan ke benteng utama rezim di Suriah.
Hingga 23.000 domba diangkut ke wilayah yang dikuasai SDF, termasuk Raqqa, selama beberapa bulan pertama tahun 2021, menurut seorang peneliti di kota yang berbicara dengan Waters. Dengan harga per hewan menjadi 7.500 pound Suriah, ini berarti ISIS dapat mengumpulkan jutaan dolar dalam mata uang lokal hanya melalui operasi terlarang ini.
“Sel-sel itu mendanai sendiri dan mereka terlibat dalam perdagangan normal dengan penduduk setempat. Dengan uang yang digunakan untuk membayar gaji para pejuang dan penyelundup dan membeli barang-barang dan sampai batas tertentu, senjata, meskipun mereka sudah memiliki banyak simpanan,” jelasnya.
Dalam laporannya yang berjudul Smuggling Away the Future in Syria’s Northeast, Waters menunjukkan ketidakstabilan di kawasan itu sebagai faktor kunci dalam kemunculan kembali ISIS, dengan ekonomi yang hancur memicu perdagangan pasar gelap.
(esn)