AS Waswas Rusia Bakal Menginvasi Ukraina

Jum'at, 12 November 2021 - 14:36 WIB
loading...
AS Waswas Rusia Bakal Menginvasi Ukraina
Para tentara Rusia bergegas menaiki pesawat angkut Ilyushin Il-76 selama latihan di bandar udara militer di pelabuhan Laut Azov di Taganrog, Rusia. AS curiga Rusia akan menginvasi Ukraina. REUTERS/Stringer
A A A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) mulai waswas dengan gerak-gerik Rusia yang dicurigai Washington akan menginvasi Ukraina .

Menurut laporan Bloomberg News, Washington telah memberi pengarahan kepada sekutu-sekutu Eropa-nya tentang kekhawatiran akan invasi Moskow terhadap Kiev.

Washington mengaku telah memantau dengan cermat peningkatan pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina, dan pada Rabu lalu memperingatkan Moskow agar tidak membuat "kesalahan serius" lainnya.



Para pejabat yang mengetahui pengarahan AS kepada sekutu Eropa-nya mengatakan kepada Bloomberg News bahwa penilaian tentang kemungkinan invasi Rusia berdasarkan bukti yang tersedia untuk umum. Hanya saja, informasi khusus tentang penilaian itu belum dibagikan AS kepada pemerintah Eropa.

Rusia telah membantah niat agresif, menuduh AS melakukan provokasi dengan mengerahkan kapal-kapal perangnya di Laut Hitam minggu ini.

Menyambut Menteri Luar Negeri Ukraina ke Washington pada hari Rabu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Amerika prihatin dengan laporan aktivitas Rusia yang tidak biasa di dekat Ukraina.

"Kami tidak memiliki kejelasan tentang niat Moskow, tetapi kami tahu pedomannya," kata Blinken pada konferensi pers bersama.

“Kekhawatiran kami adalah bahwa Rusia mungkin membuat kesalahan serius dengan mencoba mengulangi apa yang telah dilakukannya pada tahun 2014 ketika mengumpulkan pasukan di sepanjang perbatasan, menyeberang ke wilayah Ukraina yang berdaulat dan melakukannya dengan mengeklaim secara salah bahwa itu diprovokasi," ujar Blinken.

“Komitmen kami terhadap kedaulatan Ukraina, kemerdekaannya, integritas teritorialnya sangat ketat, dan masyarakat internasional akan melihat melalui segala upaya Rusia untuk menggunakan taktik sebelumnya," paparnya.

Ukraina telah terjerat dalam perang mematikan dengan separatis pro-Moskow di wilayah timur yang sebagian besar penduduknya berbahasa Rusia sejak 2014 ketika Rusia merebut semenanjung Crimea.

Rusia mengambil tindakan setelah protes massal menyebabkan tergulingnya presiden yang telah menangguhkan upaya Ukraina untuk bergerak lebih dekat ke Uni Eropa.

Rusia pada bulan Maret juga mengumpulkan 100.000 tentara di perbatasan Ukraina. Tentara itu kemudian ditarik kembali, tetapi baik Ukraina dan Amerika Serikat mengatakan pada saat itu bahwa penarikan tentara tersebut terbatas.



Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan Kiev ingin bekerja sama dengan Washington untuk meningkatkan pertahanannya dan tidak bermaksud menyerang siapa pun.

“Cara terbaik untuk mencegah Rusia yang agresif adalah dengan menjelaskan kepada Kremlin bahwa Ukraina kuat, tetapi juga memiliki sekutu kuat yang tidak akan membiarkannya sendiri dalam menghadapi agresivitas Moskow yang semakin meningkat,” kata Kuleba.

“Agresi Rusia terhadap Ukraina akan berakhir pada hari tempat Ukraina sebagai bagian dari Barat dilembagakan dan tidak diragukan lagi.”

Bloomberg News pada Jumat (12/11/2021) mencatat bahwa Kuleba menyiratkan bahwa AS telah berbagi beberapa informasi baru dengannya.

“Apa yang kami dengar dan lihat hari ini di Washington, D.C. sesuai dengan temuan dan analisis kami sendiri, menambahkan beberapa elemen baru yang memungkinkan kami mendapatkan gambaran yang lebih baik dan lebih komprehensif,” katanya.

Dia menambahkan bahwa situasi di Belarusia adalah "garis depan potensial" dan harus tidak bisa diremehkan.

Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan gerakan Rusia itu tidak biasa dalam ukuran dan cakupannya.

“Kami mendesak Rusia untuk memperjelas niat mereka dan mematuhi perjanjian Minsk mereka,” katanya, merujuk pada perjanjian untuk mencoba menghentikan pertempuran di dalam Ukraina.

Komentar itu menyusul kunjungan langka ke Moskow pekan lalu oleh direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) AS, William Burns, yang berbicara di telepon dengan Presiden Vladimir Putin.

CNN melaporkan bahwa Presiden Joe Biden mengerahkan Burns, mantan duta besar AS untuk Moskow, untuk mengangkat masalah lonjakan pasukan Rusia secara langsung dengan Kremlin.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu malam: "Saya berharap seluruh dunia melihat dengan jelas siapa yang benar-benar menginginkan perdamaian dan siapa yang memusatkan hampir 100.000 tentara di perbatasan kita."

“Tekanan psikologis dari Rusia tidak berdampak pada kami, intelijen kami memiliki semua informasi, tentara kami siap untuk mengusir kapan saja dan di mana saja,” katanya.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1192 seconds (0.1#10.140)