Keliru Menganalisis, Jepang Cabut Penilaian Korut Luncurkan Dua Rudal Balistik
loading...
A
A
A
TOKYO - Kementerian Pertahanan Jepang telah mencabut penilaian awal bahwa Korea Utara (Korut) menguji dua rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM) pada bulan Oktober. Ini membuat analisis Tokyo sejalan dengan klaim Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) tentang satu proyektil.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Selasa lalu, Kementerian Pertahanan Jepang menyatakan mereka akan meninjau prosedur tanggapan dan meningkatkan kemampuannya sehingga insiden seperti itu tidak terjadi lagi. Namun pernyataan itu tidak menjelaskan secara rinci bagaimana rencana Jepang untuk meningkatkan kemampuannya.
"Rudal Korea Utara yang diuji pada 19 Oktober menggunakan manuver pull-up, di mana proyektil pertama kali turun sebelum mengubah lintasannya untuk naik," pernyataan itu menambahkan seperti dikutip dari NK News, Kamis (11/11/2021).
Pernyataan ini menekankan bahwa teknologi nuklir dan rudal Korut tidak dapat diabaikan untuk keamanan regional.
Kementerian Pertahanan Jepang tidak segera menanggapi permintaan dari NK News untuk memberikan komentar.
Sebelumnya pada 19 Oktober lalu, Kepala Staf Gabungan (JCS) Korsel mengumumkan bahwa militer negara itu telah mendeteksi satu rudal balistik tak dikenal, sementara Kementerian Pertahanan Jepang mengklaim bahwa Pyongyang telah meluncurkan dua rudal balistik.
Sedangkan Komando Indo-Pasifik AS tidak merinci jumlah rudal dalam pernyataannya, tetapi mengatakan bahwa mereka mengetahui peluncuran tersebut.
Kemudian pada hari itu, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan dia mengadakan pertemuan Dewan Keamanan Nasional dan menginstruksikan menteri terkait untuk mengumpulkan serta menganalisis intelijen sambil juga memastikan kewaspadaan dan pemantauan dan bekerja sama di tingkat internasional dengan Amerika Serikat dan negara-negara lain.
Cho Dongyoun, asisten profesor studi militer di Universitas Seokyeong, menjelaskan bahwa analis harus mengumpulkan informasi tentang getaran dan gelombang elektromagnetik dari peluncuran rudal dan mensintesis sinyal tersebut untuk menarik kesimpulan.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Selasa lalu, Kementerian Pertahanan Jepang menyatakan mereka akan meninjau prosedur tanggapan dan meningkatkan kemampuannya sehingga insiden seperti itu tidak terjadi lagi. Namun pernyataan itu tidak menjelaskan secara rinci bagaimana rencana Jepang untuk meningkatkan kemampuannya.
"Rudal Korea Utara yang diuji pada 19 Oktober menggunakan manuver pull-up, di mana proyektil pertama kali turun sebelum mengubah lintasannya untuk naik," pernyataan itu menambahkan seperti dikutip dari NK News, Kamis (11/11/2021).
Pernyataan ini menekankan bahwa teknologi nuklir dan rudal Korut tidak dapat diabaikan untuk keamanan regional.
Kementerian Pertahanan Jepang tidak segera menanggapi permintaan dari NK News untuk memberikan komentar.
Sebelumnya pada 19 Oktober lalu, Kepala Staf Gabungan (JCS) Korsel mengumumkan bahwa militer negara itu telah mendeteksi satu rudal balistik tak dikenal, sementara Kementerian Pertahanan Jepang mengklaim bahwa Pyongyang telah meluncurkan dua rudal balistik.
Sedangkan Komando Indo-Pasifik AS tidak merinci jumlah rudal dalam pernyataannya, tetapi mengatakan bahwa mereka mengetahui peluncuran tersebut.
Kemudian pada hari itu, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan dia mengadakan pertemuan Dewan Keamanan Nasional dan menginstruksikan menteri terkait untuk mengumpulkan serta menganalisis intelijen sambil juga memastikan kewaspadaan dan pemantauan dan bekerja sama di tingkat internasional dengan Amerika Serikat dan negara-negara lain.
Cho Dongyoun, asisten profesor studi militer di Universitas Seokyeong, menjelaskan bahwa analis harus mengumpulkan informasi tentang getaran dan gelombang elektromagnetik dari peluncuran rudal dan mensintesis sinyal tersebut untuk menarik kesimpulan.