Diserahkan ke Tentara AS Saat Kekacauan Bandara Kabul, Nasib Bayi Ini Tidak Diketahui
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Momen dramatis terjadi saat ribuan warga Afghanistan yang putus asa mencoba melarikan diri dari negara itu di Bandara Kabul pada 19 Agustus lalu setelah Taliban kembali berkuasa. Kekacauan terjadi di luar gerbang. Dari balik kawat dan gerbang, ribuan pria dan wanita Afghanistan berteriak minta tolong pada pasukan asing.
Dalam keadaan yang mendebarkan karena khawatir bayi mereka yang berusia dua bulan akan tewas dalam kekacauan, Mirza Ali Ahmadi dan istrinya Suraya dengan putus asa menyerahkannya kepada seorang tentara Amerika Serikat (AS). Itu adalah keputusan sepersekian detik ketika seorang tentara AS, dari atas pagar tinggi, bertanya apakah mereka membutuhkan bantuan.
Mereka menyerahkannya kepada prajurit itu karena berpikir bahwa mereka akan segera sampai ke pintu masuk, yang hanya berjarak sekitar 5 meter.
Tetapi pada saat itu, kata Mirza Ali, Taliban mulai mendorong kembali ratusan pengungsi yang berharap bisa meninggalkan negara itu. Butuh waktu lebih dari setengah jam baginya untuk sampai ke seberang pagar bandara.
Begitu mereka berada di dalam, Sohail, nama sang anak, tidak bisa ditemukan.
Mirza Ali telah bekerja sebagai satpam di kedutaan AS selama 10 tahun. Mulai putus asa ia bertanya kepada setiap pejabat yang ditemuinya tentang keberadaan bayinya. Dia mengatakan seorang komandan militer mengatakan kepadanya bahwa bandara itu terlalu berbahaya untuk bayi dan anaknya mungkin telah dibawa ke area khusus untuk anak-anak. Tapi sesampainya disana ternyata kosong.
"Dia berjalan dengan saya di sekitar bandara untuk mencari di mana-mana," kata Mirza Ali dalam sebuah wawancara melalui penerjemah seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (6/11/2021).
Dia mengatakan dia tidak pernah mendapatkan nama sang komandan, karena dia tidak berbicara bahasa Inggris dan mengandalkan rekan-rekan Afghanistan dari kedutaan untuk membantu berkomunikasi. Tiga hari berlalu.
"Saya berbicara dengan mungkin lebih dari 20 orang," katanya. "Setiap petugas - militer atau sipil - yang saya temukan saya tanya tentang bayi saya," tuturnya.
Dia mengatakan salah satu pejabat sipil yang dia ajak bicara mengatakan kepadanya bahwa Sohail mungkin telah dievakuasi sendiri.
"Mereka berkata 'kami tidak memiliki sumber daya untuk menjaga bayi di sini,'" ujarnya menirukan kata-kata pejabat sipil itu.
Mirza Ali (35) Suraya (32) dan keempat anaknya dievakuasi ke Qatar, kemudian ke Jerman dan akhirnya mendarat di AS. Keluarga itu sekarang berada di Fort Bliss di Texas bersama pengungsi Afghanistan lainnya yang menunggu untuk dimukimkan kembali di suatu tempat di AS. Mereka tidak memiliki kerabat di sini.
Mirza Ali mengatakan dia melihat keluarga lain menyerahkan bayi mereka di atas pagar bandara Kabul kepada tentara pada saat yang bersamaan. Satu klip video bayi kecil dengan popok yang diangkat tentara AS di atas kawat berduri menjadi viral di media sosial. Bayi itu kemudian dipertemukan kembali dengan orang tuanya.
Mirza Ali mengatakan sejak bayinya hilang, hari-hari menjadi suram. Setiap orang yang ditemuinya baik itu pekerja bantuan, pejabat AS, dia selalu memberi tahu mereka tentang Sohail.
"Semua orang berjanji mereka akan melakukan yang terbaik, tapi itu hanya janji," ucapnya.
Sebuah kelompok pendukung pengungsi Afghanistan membuat pengumuman "Bayi Hilang" dengan gambar Sohail dan mengedarkannya di antara jaringan mereka dengan harapan seseorang akan mengenalinya.
Seorang pejabat pemerintah AS yang mengetahui situasi tersebut mengatakan kasus tersebut telah dilaporkan ke semua lembaga yang terlibat, termasuk pangkalan AS dan lokasi di luar negeri. Anak itu terakhir terlihat diserahkan kepada seorang tentara AS selama kekacauan di bandara Kabul.
"Tetapi sayangnya tidak ada yang dapat menemukan anak itu," kata pejabat itu.
Seorang juru bicara Departemen Pertahanan dan juru bicara Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, yang mengawasi upaya pemukiman kembali, mengajukan pertanyaan tentang masalah tersebut ke Departemen Luar Negeri karena pemisahan itu terjadi di luar negeri.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan pemerintah bekerja dengan mitra internasional dan komunitas internasional untuk mengeksplorasi setiap jalan guna menemukan anak itu, yang mencakup mengeluarkan peringatan kuning internasional melalui Pusat Internasional untuk Anak Hilang dan Tereksploitasi.
Suraya, yang juga berbicara melalui penerjemah, mengatakan bahwa dia sering menangis dan anak-anaknya yang lain putus asa.
"Yang saya lakukan hanyalah memikirkan anak saya," kata Suraya. "Semua orang yang memanggil saya, ibu saya, ayah saya, saudara perempuan saya, mereka semua menghibur saya dan berkata 'jangan khawatir, Tuhan baik, anakmu akan ditemukan,'" tukasnya.
Dalam keadaan yang mendebarkan karena khawatir bayi mereka yang berusia dua bulan akan tewas dalam kekacauan, Mirza Ali Ahmadi dan istrinya Suraya dengan putus asa menyerahkannya kepada seorang tentara Amerika Serikat (AS). Itu adalah keputusan sepersekian detik ketika seorang tentara AS, dari atas pagar tinggi, bertanya apakah mereka membutuhkan bantuan.
Mereka menyerahkannya kepada prajurit itu karena berpikir bahwa mereka akan segera sampai ke pintu masuk, yang hanya berjarak sekitar 5 meter.
Tetapi pada saat itu, kata Mirza Ali, Taliban mulai mendorong kembali ratusan pengungsi yang berharap bisa meninggalkan negara itu. Butuh waktu lebih dari setengah jam baginya untuk sampai ke seberang pagar bandara.
Begitu mereka berada di dalam, Sohail, nama sang anak, tidak bisa ditemukan.
Mirza Ali telah bekerja sebagai satpam di kedutaan AS selama 10 tahun. Mulai putus asa ia bertanya kepada setiap pejabat yang ditemuinya tentang keberadaan bayinya. Dia mengatakan seorang komandan militer mengatakan kepadanya bahwa bandara itu terlalu berbahaya untuk bayi dan anaknya mungkin telah dibawa ke area khusus untuk anak-anak. Tapi sesampainya disana ternyata kosong.
"Dia berjalan dengan saya di sekitar bandara untuk mencari di mana-mana," kata Mirza Ali dalam sebuah wawancara melalui penerjemah seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (6/11/2021).
Dia mengatakan dia tidak pernah mendapatkan nama sang komandan, karena dia tidak berbicara bahasa Inggris dan mengandalkan rekan-rekan Afghanistan dari kedutaan untuk membantu berkomunikasi. Tiga hari berlalu.
"Saya berbicara dengan mungkin lebih dari 20 orang," katanya. "Setiap petugas - militer atau sipil - yang saya temukan saya tanya tentang bayi saya," tuturnya.
Dia mengatakan salah satu pejabat sipil yang dia ajak bicara mengatakan kepadanya bahwa Sohail mungkin telah dievakuasi sendiri.
"Mereka berkata 'kami tidak memiliki sumber daya untuk menjaga bayi di sini,'" ujarnya menirukan kata-kata pejabat sipil itu.
Mirza Ali (35) Suraya (32) dan keempat anaknya dievakuasi ke Qatar, kemudian ke Jerman dan akhirnya mendarat di AS. Keluarga itu sekarang berada di Fort Bliss di Texas bersama pengungsi Afghanistan lainnya yang menunggu untuk dimukimkan kembali di suatu tempat di AS. Mereka tidak memiliki kerabat di sini.
Mirza Ali mengatakan dia melihat keluarga lain menyerahkan bayi mereka di atas pagar bandara Kabul kepada tentara pada saat yang bersamaan. Satu klip video bayi kecil dengan popok yang diangkat tentara AS di atas kawat berduri menjadi viral di media sosial. Bayi itu kemudian dipertemukan kembali dengan orang tuanya.
Mirza Ali mengatakan sejak bayinya hilang, hari-hari menjadi suram. Setiap orang yang ditemuinya baik itu pekerja bantuan, pejabat AS, dia selalu memberi tahu mereka tentang Sohail.
"Semua orang berjanji mereka akan melakukan yang terbaik, tapi itu hanya janji," ucapnya.
Sebuah kelompok pendukung pengungsi Afghanistan membuat pengumuman "Bayi Hilang" dengan gambar Sohail dan mengedarkannya di antara jaringan mereka dengan harapan seseorang akan mengenalinya.
Seorang pejabat pemerintah AS yang mengetahui situasi tersebut mengatakan kasus tersebut telah dilaporkan ke semua lembaga yang terlibat, termasuk pangkalan AS dan lokasi di luar negeri. Anak itu terakhir terlihat diserahkan kepada seorang tentara AS selama kekacauan di bandara Kabul.
"Tetapi sayangnya tidak ada yang dapat menemukan anak itu," kata pejabat itu.
Seorang juru bicara Departemen Pertahanan dan juru bicara Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, yang mengawasi upaya pemukiman kembali, mengajukan pertanyaan tentang masalah tersebut ke Departemen Luar Negeri karena pemisahan itu terjadi di luar negeri.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan pemerintah bekerja dengan mitra internasional dan komunitas internasional untuk mengeksplorasi setiap jalan guna menemukan anak itu, yang mencakup mengeluarkan peringatan kuning internasional melalui Pusat Internasional untuk Anak Hilang dan Tereksploitasi.
Suraya, yang juga berbicara melalui penerjemah, mengatakan bahwa dia sering menangis dan anak-anaknya yang lain putus asa.
"Yang saya lakukan hanyalah memikirkan anak saya," kata Suraya. "Semua orang yang memanggil saya, ibu saya, ayah saya, saudara perempuan saya, mereka semua menghibur saya dan berkata 'jangan khawatir, Tuhan baik, anakmu akan ditemukan,'" tukasnya.
(ian)