Pesawat Antariksa NASA Rp4,7 Triliun Siap Tabrak Asteroid Demi Selamatkan Bumi
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Persiapan akhir sedang berlangsung di Amerika Serikat (AS) saat NASA bersiap meluncurkan pesawat ruang angkasa yang ditakdirkan sengaja bertabrakan dengan asteroid dalam kecepatan tinggi.
Kecelakaan yang disengaja itu akan menjadi ujian misi "pertahanan planet" NASA.
Bertujuan mengetahui apakah mungkin melindungi Bumi dari objek luar angkasa yang berpotensi berbahaya, NASA mengirim pesawat ruang angkasa untuk mencoba mengubah jalur asteroid dengan menabrakkannya ke batu asteroid yang melaju kencang.
Disebut Uji Pengalihan Asteroid Ganda (DART), misi yang bernilai USD330 juta (Rp4,7 triliun) ini merupakan bagian dari program "pertahanan planet" skala besar.
Meskipun telah membelokkan batuan antariksa yang mengancam Bumi hanya secara virtual, sekarang wahana antariksa nyata akan dikirim sekitar 6,8 juta mil jauhnya dari Bumi untuk menabrak asteroid.
“Mendeteksi batuan luar angkasa yang berpotensi mengancam adalah kunci menjaga planet kita tetap aman,” papar Pejabat Pertahanan Planet NASA Lindley Johnson kepada wartawan dalam briefing online pada Kamis (4/11/2021).
Dia menambahkan, "Kami tidak ingin berada dalam situasi di mana asteroid menuju Bumi dan kemudian harus menguji kemampuan ini."
Untuk menantang keefektifan menembak asteroid, para insinyur telah mengerjakan pesawat luar angkasa yang akan segera mereka jatuhkan selama lebih dari satu dekade.
Dijadwalkan akan diluncurkan dengan roket SpaceX Falcon 9 dari pangkalannya di California pada 23 November, pesawat antariksa diharapkan mencapai asteroid targetnya pada akhir September tahun depan.
Bepergian dengan kecepatan 24.000 km per jam, DART akan bertabrakan dengan asteroid berusia 4,5 miliar tahun, Dimorphos.
Digambarkan sebagai "campuran butiran halus batu dan logam bersama-sama," Dimorphos berdiameter sekitar 160 meter.
Pada jarak sekitar 1,2 kilometer, Dimorphos mengorbit asteroid yang lebih besar, Didymos, dengan diameter kira-kira setinggi gedung tertinggi di dunia, Burj Khalifa.
Pesawat antariksa DART akan memiliki berat sekitar 550 kilogram pada saat tumbukan.
“Tabrakan itu tidak akan menghancurkan asteroid tetapi hanya memberikan dorongan kecil, untuk membelokkan jalurnya,” ungkap para ilmuwan.
Dampak kinetik dan dampak langsungnya direncanakan diamati menggunakan teleskop berbasis darat dan juga melalui satelit yang dilengkapi kamera mini yang akan dikeluarkan pesawat ruang angkasa sebelum tumbukan.
Para ilmuwan kemudian akan memiliki lebih banyak pengetahuan tentang apakah pengalihan dimungkinkan dan berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk mencegah bencana nyata.
Menurut para astronom, saat ini ada sekitar 25.000 asteroid dekat Bumi, yang cukup besar untuk menyebabkan kehancuran regional jika mereka menabrak planet kita.
Asteroid yang lebih kecil, berukuran sekitar satu meter, menyerang atmosfer bumi setiap pekan.
Tak hanya itu, Bumi juga dibombardir berton-ton partikel debu dan pasir dari luar angkasa setiap hari.
Kecelakaan yang disengaja itu akan menjadi ujian misi "pertahanan planet" NASA.
Bertujuan mengetahui apakah mungkin melindungi Bumi dari objek luar angkasa yang berpotensi berbahaya, NASA mengirim pesawat ruang angkasa untuk mencoba mengubah jalur asteroid dengan menabrakkannya ke batu asteroid yang melaju kencang.
Disebut Uji Pengalihan Asteroid Ganda (DART), misi yang bernilai USD330 juta (Rp4,7 triliun) ini merupakan bagian dari program "pertahanan planet" skala besar.
Meskipun telah membelokkan batuan antariksa yang mengancam Bumi hanya secara virtual, sekarang wahana antariksa nyata akan dikirim sekitar 6,8 juta mil jauhnya dari Bumi untuk menabrak asteroid.
“Mendeteksi batuan luar angkasa yang berpotensi mengancam adalah kunci menjaga planet kita tetap aman,” papar Pejabat Pertahanan Planet NASA Lindley Johnson kepada wartawan dalam briefing online pada Kamis (4/11/2021).
Dia menambahkan, "Kami tidak ingin berada dalam situasi di mana asteroid menuju Bumi dan kemudian harus menguji kemampuan ini."
Untuk menantang keefektifan menembak asteroid, para insinyur telah mengerjakan pesawat luar angkasa yang akan segera mereka jatuhkan selama lebih dari satu dekade.
Dijadwalkan akan diluncurkan dengan roket SpaceX Falcon 9 dari pangkalannya di California pada 23 November, pesawat antariksa diharapkan mencapai asteroid targetnya pada akhir September tahun depan.
Bepergian dengan kecepatan 24.000 km per jam, DART akan bertabrakan dengan asteroid berusia 4,5 miliar tahun, Dimorphos.
Digambarkan sebagai "campuran butiran halus batu dan logam bersama-sama," Dimorphos berdiameter sekitar 160 meter.
Pada jarak sekitar 1,2 kilometer, Dimorphos mengorbit asteroid yang lebih besar, Didymos, dengan diameter kira-kira setinggi gedung tertinggi di dunia, Burj Khalifa.
Pesawat antariksa DART akan memiliki berat sekitar 550 kilogram pada saat tumbukan.
“Tabrakan itu tidak akan menghancurkan asteroid tetapi hanya memberikan dorongan kecil, untuk membelokkan jalurnya,” ungkap para ilmuwan.
Dampak kinetik dan dampak langsungnya direncanakan diamati menggunakan teleskop berbasis darat dan juga melalui satelit yang dilengkapi kamera mini yang akan dikeluarkan pesawat ruang angkasa sebelum tumbukan.
Para ilmuwan kemudian akan memiliki lebih banyak pengetahuan tentang apakah pengalihan dimungkinkan dan berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk mencegah bencana nyata.
Menurut para astronom, saat ini ada sekitar 25.000 asteroid dekat Bumi, yang cukup besar untuk menyebabkan kehancuran regional jika mereka menabrak planet kita.
Asteroid yang lebih kecil, berukuran sekitar satu meter, menyerang atmosfer bumi setiap pekan.
Tak hanya itu, Bumi juga dibombardir berton-ton partikel debu dan pasir dari luar angkasa setiap hari.
(sya)