Israel Ingin Kalahkan Iran, Tiru Langkah Reagan terhadap Soviet
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett mengatakan negaranya sedang dalam perang dingin dengan Iran . Dia ingin mengalahkan rezim Teheran dengan cara yang sama seperti yang dilakukan Presiden AS Ronald Reagan terhadap Uni Soviet di masa silam.
“Kami memiliki perang dingin dengan Iran. Selama 30 tahun terakhir Iran memposisikan diri di sekitar kita untuk mengalihkan perhatian kita,” kata Bennett kepada Sunday Times, yang dilansir Senin (1/11/2021).
“Paralelnya adalah apa yang dilakukan Reagan. Reagan tidak perlu mengebom Moskow. Ada kekuatan regional yang disebut Iran dan ada kekuatan regional yang disebut Israel," paparnya.
"Iran adalah rezim yang busuk, melanggar hak asasi manusia dan membunuh kaum homoseksual dan wanita yang berkeliaran tanpa busana, sementara mereka bahkan tidak dapat memasok air bersih untuk warganya, tetapi menginvestasikan sumber daya mereka dalam pengembangan nuklir,” lanjut PM Bennett.
Bennett memperingatkan bahwa Iran akan menghadapi implikasi yang sangat serius jika mereka terus memperkaya uranium.
"Israel akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menetralisir ancaman Teheran, termasuk dengan membelanjakan uang negara untuk pertahanan agar tetap selangkah maju di depan."
Pernyataan Bennett menggemakan versi sejarah yang dipublikasikan secara luas yang didorong oleh sejarawan konservatif AS, yang mengeklaim bahwa Reagan mengalahkan Uni Soviet dengan secara besar-besaran membangun anggaran pertahanan dan meluncurkan Inisiatif Pertahanan Strategis (SDI) "Star Wars" untuk menciptakan sistem pertahanan terhadap rudal nuklir Soviet.
Upaya itu diklaim telah membantu membuat ekonomi Soviet bangkrut dan mengakhiri Perang Dingin.
Namun, narasi seperti itu tidak dimiliki oleh banyak sejarawan Rusia, yang telah menunjukkan bahwa pengeluaran pertahanan Soviet sebenarnya menurun drastis selama tahun 1980-an. Sementara para ilmuwan dan ahli strategi pertahanan mengembangkan “respons asimetris” terhadap SDI, termasuk peningkatan rudal strategis, meningkatkan kemampuan manuver mereka, dan menetralisir stasiun SDI di luar angkasa.
Pada saat itulah penelitian intensif dimulai pada sistem hipersonik yang masih baru—yang mulai digunakan Rusia modern pada tahun 2017 setelah penarikan AS dari Perjanjian Rudal Anti-Balistik pada tahun 2002.
Alih-alih Reagan, sebagian besar sejarawan Rusia menyalahkan pihak atas kepemimpinan Soviet, yang dipimpin oleh Mikhail Gorbachev, karena mengkhianati kepentingan nasional Uni Soviet dan akhirnya menyebabkan kehancurannya.
“Kami memiliki perang dingin dengan Iran. Selama 30 tahun terakhir Iran memposisikan diri di sekitar kita untuk mengalihkan perhatian kita,” kata Bennett kepada Sunday Times, yang dilansir Senin (1/11/2021).
“Paralelnya adalah apa yang dilakukan Reagan. Reagan tidak perlu mengebom Moskow. Ada kekuatan regional yang disebut Iran dan ada kekuatan regional yang disebut Israel," paparnya.
"Iran adalah rezim yang busuk, melanggar hak asasi manusia dan membunuh kaum homoseksual dan wanita yang berkeliaran tanpa busana, sementara mereka bahkan tidak dapat memasok air bersih untuk warganya, tetapi menginvestasikan sumber daya mereka dalam pengembangan nuklir,” lanjut PM Bennett.
Bennett memperingatkan bahwa Iran akan menghadapi implikasi yang sangat serius jika mereka terus memperkaya uranium.
"Israel akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menetralisir ancaman Teheran, termasuk dengan membelanjakan uang negara untuk pertahanan agar tetap selangkah maju di depan."
Pernyataan Bennett menggemakan versi sejarah yang dipublikasikan secara luas yang didorong oleh sejarawan konservatif AS, yang mengeklaim bahwa Reagan mengalahkan Uni Soviet dengan secara besar-besaran membangun anggaran pertahanan dan meluncurkan Inisiatif Pertahanan Strategis (SDI) "Star Wars" untuk menciptakan sistem pertahanan terhadap rudal nuklir Soviet.
Upaya itu diklaim telah membantu membuat ekonomi Soviet bangkrut dan mengakhiri Perang Dingin.
Namun, narasi seperti itu tidak dimiliki oleh banyak sejarawan Rusia, yang telah menunjukkan bahwa pengeluaran pertahanan Soviet sebenarnya menurun drastis selama tahun 1980-an. Sementara para ilmuwan dan ahli strategi pertahanan mengembangkan “respons asimetris” terhadap SDI, termasuk peningkatan rudal strategis, meningkatkan kemampuan manuver mereka, dan menetralisir stasiun SDI di luar angkasa.
Pada saat itulah penelitian intensif dimulai pada sistem hipersonik yang masih baru—yang mulai digunakan Rusia modern pada tahun 2017 setelah penarikan AS dari Perjanjian Rudal Anti-Balistik pada tahun 2002.
Alih-alih Reagan, sebagian besar sejarawan Rusia menyalahkan pihak atas kepemimpinan Soviet, yang dipimpin oleh Mikhail Gorbachev, karena mengkhianati kepentingan nasional Uni Soviet dan akhirnya menyebabkan kehancurannya.
(min)