Khamenei: Normalisasi dengan Israel, Negara-negara Arab Berdosa
loading...
A
A
A
TEHERAN - Ayatollah Ali Khamenei , Pemimpin Tertinggi Iran, mengatakan negara-negara Arab yang menormalkan hubungan dengan Israel telah berdosa. Menurutnya, mereka harus membalikkan langkah tersebut.
Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko telah normalisasi hubungan dengan Israel pada tahun 2020 yang ditengahi Amerika Serikat (AS).
Washington, di bawah pemerintahan presiden AS saat itu Donald Trump, menjadikan pemulihan hubungan Arab-Israel sebagai prioritas kebijakan luar negeri.
"Beberapa pemerintah sayangnya telah membuat kesalahan—telah membuat kesalahan besar dan telah berdosa dalam menormalkan (hubungan mereka) dengan rezim Zionis yang merebut dan menindas,” kata Khamenei, merujuk pada Israel, Minggu (24/10/2021).
“Ini adalah tindakan melawan persatuan Islam. Mereka harus kembali dari jalan ini dan menebus kesalahan besar ini,” ujar Khamenei, dalam pidato yang menandai hari libur umum untuk menghormati kelahiran Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dilansir Times of Israel, Senin (25/10/2021).
Iran dalam empat dekade sejak revolusi Islam 1979 memposisikan dirinya sebagai pembela kuat perjuangan Palestina dan secara teratur mengancam untuk memusnahkan negara Yahudi.
Mesir dan Yordania sampai tahun lalu menjadi dua negara Arab yang mempertahankan hubungan normal dengan Israel.
“Jika persatuan umat Islam tercapai, masalah Palestina pasti akan diselesaikan dengan cara terbaik,” kata Khamenei.
Pada bulan Mei, Khamenei mencirikan Israel sebagai “basis teroris” dan “bukan negara".
Tak lama setelah pidato Khamenei, pejabat tinggi keamanan Iran, Ali Shamkhani, melalui Twitter bersumpah untuk menimbulkan banyak kerugian miliaran dollar dalam tanggapan yang mengejutkan jika Israel menyerang program nuklir Teheran.
Tweet oleh sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran itu datang sebagai tanggapan atas laporan media Israel bahwa NIS5 miliar (USD1,5 miliar) telah disetujui untuk mempersiapkan militer guna kemungkinan melakukan serangan terhadap program nuklir Iran.
Iran telah berulang kali menuduh Israel berada di balik tindakan sabotase yang menargetkan fasilitas nuklirnya.
Kedua negara telah bertukar retorika tajam baru-baru ini, dengan latar belakang upaya untuk memperbarui pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir antara Iran dan kekuatan dunia.
Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko telah normalisasi hubungan dengan Israel pada tahun 2020 yang ditengahi Amerika Serikat (AS).
Washington, di bawah pemerintahan presiden AS saat itu Donald Trump, menjadikan pemulihan hubungan Arab-Israel sebagai prioritas kebijakan luar negeri.
"Beberapa pemerintah sayangnya telah membuat kesalahan—telah membuat kesalahan besar dan telah berdosa dalam menormalkan (hubungan mereka) dengan rezim Zionis yang merebut dan menindas,” kata Khamenei, merujuk pada Israel, Minggu (24/10/2021).
“Ini adalah tindakan melawan persatuan Islam. Mereka harus kembali dari jalan ini dan menebus kesalahan besar ini,” ujar Khamenei, dalam pidato yang menandai hari libur umum untuk menghormati kelahiran Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dilansir Times of Israel, Senin (25/10/2021).
Iran dalam empat dekade sejak revolusi Islam 1979 memposisikan dirinya sebagai pembela kuat perjuangan Palestina dan secara teratur mengancam untuk memusnahkan negara Yahudi.
Mesir dan Yordania sampai tahun lalu menjadi dua negara Arab yang mempertahankan hubungan normal dengan Israel.
“Jika persatuan umat Islam tercapai, masalah Palestina pasti akan diselesaikan dengan cara terbaik,” kata Khamenei.
Pada bulan Mei, Khamenei mencirikan Israel sebagai “basis teroris” dan “bukan negara".
Tak lama setelah pidato Khamenei, pejabat tinggi keamanan Iran, Ali Shamkhani, melalui Twitter bersumpah untuk menimbulkan banyak kerugian miliaran dollar dalam tanggapan yang mengejutkan jika Israel menyerang program nuklir Teheran.
Tweet oleh sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran itu datang sebagai tanggapan atas laporan media Israel bahwa NIS5 miliar (USD1,5 miliar) telah disetujui untuk mempersiapkan militer guna kemungkinan melakukan serangan terhadap program nuklir Iran.
Iran telah berulang kali menuduh Israel berada di balik tindakan sabotase yang menargetkan fasilitas nuklirnya.
Kedua negara telah bertukar retorika tajam baru-baru ini, dengan latar belakang upaya untuk memperbarui pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir antara Iran dan kekuatan dunia.
(min)