Ancang-ancang Serang Iran, Israel Anggarkan Rp21,8 Triliun

Selasa, 19 Oktober 2021 - 13:32 WIB
loading...
Ancang-ancang Serang...
Pesawat jet tempur siluman F-35 Adir Angkatan Udara Israel. Foto/REUTERS
A A A
TEL AVIV - Israel menyetujui anggaran sekitar NIS5 miliar (Rp21,8 triliun) yang akan digunakan militer menghadapi potensi serangan terhadap program nuklir Iran .

Rezim Zionis sebelumnya mengisyaratkan mengambil opsi militer terhadap Teheran.

Anggaran NIS5 miliar terdiri dari NIS3 miliar dari anggaran sebelumnya dan tambahan NIS2 miliar dari anggaran berikutnya yang dijadwalkan akan disahkan oleh pemerintah pada bulan November mendatang.



Media setempat, Channel12 yang mengutip sumber pemerintah, melaporkan bahwa anggaran sebanyak itu akan digunakan untuk mendanai operasional berbagai jenis pesawat, drone pengumpul intelijen dan persenjataan unik yang diperlukan untuk serangan terhadap situs bawah tanah yang dijaga ketat.

Laporan yang dikutip Times of Israel, Selasa (19/10/2021) itu muncul beberapa hari setelah Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) mengumumkan bahwa mereka telah berhasil melakukan uji coba bom "penghancur bungker" terbarunya, GBU-72 Advanced 5K Penetrator.

Bom seberat 5.000 pon itu dapat digunakan sebagai alat untuk menyerang situs nuklir bawah tanah Iran.

Yang terpenting, GBU-72 dirancang untuk dibawa oleh jet tempur atau pesawat pengebom berat. Israel sendiri tidak memiliki pesawat pengebom yang mampu membawa bom penghancur bungker besar-besaran.

Namun, bom penghancur bungker yang lebih kecil, GBU-28, diam-diam telah dijual AS kepada Israel pada tahun 2009. Meski demikian, GBU-28 diperkirakan tidak memiliki kemampuan untuk menembus fasilitas nuklir Fordo Iran, yang terkubur jauh di bawah gunung.

Menurut laporan Channel12, tes bom GBU-72 Advanced 5K Penetrator oleh AS didasarkan pada pengalaman yang diperoleh Israel dalam mengebom jaringan terowongan bawah tanah Hamas di Gaza selama perang Mei lalu.

AS berusaha untuk memperingatkan Iran agar tidak menjauh dari negosiasi di Wina yang bertujuan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015, yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).



Iran meninggalkan pembicaraan tidak langsung dengan AS Juni lalu, dan yang terpilih sebagai presiden baru Iran adalah ulama ultrakonservatif Ebrahim Raisi—yang telah berbicara menentang JCPOA untuk sementara.

Bulan lalu, Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Aviv Kohavi mengatakan kepada situs berita Walla bahwa Israel telah "sangat mempercepat" persiapan untuk tindakan terhadap program nuklir Iran.

"Sebagian besar peningkatan anggaran pertahanan, seperti yang baru-baru ini disepakati, dimaksudkan untuk tujuan ini. Ini adalah pekerjaan yang sangat rumit, dengan lebih banyak intelijen, lebih banyak kemampuan operasional, lebih banyak persenjataan. Kami sedang mengerjakan semua hal ini," kata Kohavi.

Kohavi telah secara terbuka menyatakan pada bulan Januari lalu bahwa IDF sedang mempersiapkan "rencana operasional" baru untuk serangan militer yang kuat. Pada bulan Agustus, dia mengatakan bahwa kemajuan program nuklir Iran telah mendorong IDF untuk mempercepat rencana operasionalnya.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1331 seconds (0.1#10.140)