Bertemu Menlu Malaysia, Retno Bahas Batas Negara hingga Krisis Myanmar

Senin, 18 Oktober 2021 - 13:31 WIB
loading...
Bertemu Menlu Malaysia, Retno Bahas Batas Negara hingga Krisis Myanmar
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi bertemu Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah di Kantor Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta, Senin (18/10/2021). Foto/Kementerian Luar Negeri RI
A A A
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah di Jakarta, Senin (18/10/2021). Keduanya membahas lima isu, mulai dari penanganan pandemi COVID-19, batas negara, krisis Myanmar hingga situasi keamanan di Indo-Pasifik.

Pertemuan kedua diplomat top itu berlangsung di Kantor Kementerian Luar Negeri Indonesia di Jakarta.



Isu pertama yang dibahas adalah tentang kolaborasi dalam penanggulangan pandemi COVID-19. Menlu Retno mengatakan kedua pemerintah terus bertukar pikiran mengenai situasi pandemi dan upaya masing-masing negara untuk mengatasi pandemi.

Retno membanggakan pengelolaan pandemi di Indonesia yang mengalamikemajuan yang sangat signifkan dengan positivity rate sudah di bawah 1%.

"Kita juga bertukar pikiran mengenai program vaksinasi di kedua negara yang Alhamdullillah telah melampaui target dari WHO," katanya.

Isu kedua yang dibahas selanjutnya adalah pemulihan ekonomi pascapandemi. Menurut Retno angka perdagangan kedua negara pada periode Januari-Agustus tahun 2021 mencapai USD13 miliar.

"Jadi di tengah pandemi kita masih mampu untuk meningkatkan perdagangan bilateral sebesar 44% dibanding periode yang sama tahun 2020, sebesar USD9 miliar," paparnya.

Lebih lanjut, isu ketiga yang dibahas adalah masalalah pelindungan warga negara Indonesia (WNI) di Malaysia.

"Isu pelindungan WNI ini selalu menjadi salah satu isu utama yang selalu saya bahas dengan Menlu Malaysia. Saya masih ingat di awal pandemi kita banyak sekali melakukan kerjasama antara lain dalam distribusi bantuan logistik kepada WNI yang terdampak pandemi yang tentunya bukan sesuatu yang mudah dilakukan pada saat itu," papar Retno.



Menurutnya, pemerintah Indonesia telah mendistribusikan lebih dari 687.496 paket baik berupa sembako maupun bantuan lainnya kepada WNI di Malaysia. Distribusi bantuan itu terlaksana berkat kerjasama dengan masyarakat Indonesia di Malaysia dan dengan difasilitasi otoritas Malaysia.

Isu keempat yang dibahas kedua Menlu adalah tentang penyelesaian batas maritim kedua negara.

"Kita menyambut baik bahwa tim teknis kedua negara saat ini pada tahap akhir untuk dapat menyelesaikan batas maritim untuk laut teritorial di segmen Selat Malaka bagian selatan dan Laut Sulawesi," kata Retno.

"Kami sepakat agar isu yang masih belum selesai agar dapat diselesaikan."

Isu kelima dan terakhir yang dibahas dalam pertemuan kedua Menlui hari ini adalah perkembangan isu kawasan. Beberapa masalah yang dibahas antara lain krisis Myanmar, Afghanistan, krisis Rohingya serta masalah perlombaan senjata yang mengkhawatirkan di kawasan Indo-Pasifik.

"Terkait dengan dinamika kawasan di Indo-Pasifik, khususnya meningkatnya rivalitas kekuatan besar di kawasan, kita berdua sepakat bahwa upaya menjaga kawasan yang damai dan stabil harus terus dilakukan," kata Retno.

"Kami berdua tidak menghendaki dinamika saat ini mengakibatkan tensi arms race dan juga power projection," ujar Retno.

"Situasi ini tentu tidak akan menguntungkan siapa pun."

Retno tidak menyebut negara mana pun dalam masalah tersebut. Namun, tak bisa dimungkiri beberapa negara seperti China, Amerika Serikat (AS), Rusia, Korea Selatan dan Korea Utara gencar mengembangkan dan menguji coba rudal-rudal canggih mereka.

Sementara itu, Menlu Malaysia Saifuddin Abdullah menyinggung pembentukan aliansi Amerika Serikat, Australia dan Inggris atau AUKUS dengan latar belakang keresahan atas tumbuhnya kekuatan militer China yang mereka anggap sebagai ancaman.

Saifuddin lebih lanjut mempertanyakan proyek kapal selam bertenaga nuklir untuk Australia sebagai bagian dari perjanjian AUKUS. "Memang kapal selam bertenaga nuklir, bukan bersenjata nuklir," ujarnya.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1665 seconds (0.1#10.140)