Negara-negara Ini Punya Pasukan yang Berjaga di Selat Hormuz
loading...
A
A
A
TEHERAN - Memanasnya hubungan antara Iran dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya menyebabkan nama Selat Hormuz banyak diperbincangkan. Selat Hormuz merupakan jalur minyak terpenting di dunia yang memiliki panjang 39 kilometer.
Seperenam produksi minyak global dan sepertiga pasokan gas alam cair di dunia diangkut melalui jalur ini. Selat yang membentuk chokepoint antara Teluk Arab dan Teluk Oman ini merupakan satu-satunya rute yang dapat digunakan menuju laut terbuka.
Pentingnya selat ini menyebabkan banyak negara berlomba-lomba menyiapkan pasukan berjaga di selat Hormuz. Melansir dari berbagai sumber berikut ini adalah daftar negaranya.
1. Iran
Iran mengakui menguasai seluruh wilayah Selat Hormuz. Kekuatan militer Iran di selat ini telah dibangun selama beberapa pilih tahun.
Korps Garda Revolusi Islam Iran membuka pangkalan Angkatan laut baru di pintu masuk timur ke Selat Hormuz. Tahun 2019 lalu dikabarkan cabang Angkatan laut Garda Revolusi Iran memiliki sekitar 2.000 FAC atau kapal penyerang cepat.
Kapal ini digunakan sebagai formasi kawanan yang bisa muncul dimana saja di daerah tersebut. Kapal ini juga dilengkapi dengan senapan mesin berat dan peluncur roket.
Tidak hanya itu, pakar juga mempercayai bahwa Iran telah mengembangkan drone laut yang dapat memuat bahan peledak dan berkecepatan tinggi saat diluncurkan. Drone yang bernama Ya Mahdi ini dapat dikendalikan secara jarak jauh.
2. Amerika Serikat
Menanggapi beberapa serangan Iran, Pentagon mengirimkan 14.000 tentara Amerika Serikat (AS) termasuk pesawat tempur, dan system rudal patriot. Pasukan tambahan ini juga meningkatkan tenaga kerja di kapal perang AS di Selat Homuz.
Selain itu, untuk meningkatkan perlindungan dan pengawasan Selat Hormuz dan Selat Bab el-Mandeb, AS membentuk cincin keamanan maritim internasional yang disebut sebagai Operasi Sentinel. Pengawasan juga dilakukan melalui lalu lintas udara.
3. Inggris
Kejadian Iran menyita kapal minyak berbendera Inggris di selat Hormuz pada 19 Juli 2019 lalu menyebabkan Inggris mengajak negara sekutunya di Eropa untuk membentuk aliansi maritime baru.
Aliansi ini ditujukan untuk melindungi kapal komersial yang berlayar menggunakan selat ini. Prinsip negara Inggris dan sekutunya adalah penjagaan ini tidak untuk menimbulkan ketegangan namun karena kebebasaan navigasi.
4. Korea Selatan
Pada Juli 2019 lalu, Korea Selatan mengungkapkan rencananya bergabung pasukan maritim pimpinan AS di Timur Tengah. Unit Angkatan laut yang meliputi kapal perusak disiapkan untuk melancarkan rencana tersebut.
Unit ini disiapkan untuk membantu patroli tanker minyak yang melewati Selat Hormuz. Kemudian pada tahun 2020 lalu, militer Korea Selatan melakukan perluasan unit anti-pembajakan ke area sekitar Selat Hormuz.
5. Australia
Australia memutuskan bergabung dengan koalisi negara inisiasi Amerika Serikat yang melindungi kapal tanker minyak dan kapal kargo dari ancaman Iran. Akhir tahun 2019, Australia mengirim pesawat pengintai P-8A Poseidon ke Timur Tengah.
Selanjutnya pada Januari 2020, kapal perang jenis fregat dikerahkan selama enam bulan. Hal ini dilakukan untuk membantu pengamanan Selat Hormuz.
Seperenam produksi minyak global dan sepertiga pasokan gas alam cair di dunia diangkut melalui jalur ini. Selat yang membentuk chokepoint antara Teluk Arab dan Teluk Oman ini merupakan satu-satunya rute yang dapat digunakan menuju laut terbuka.
Pentingnya selat ini menyebabkan banyak negara berlomba-lomba menyiapkan pasukan berjaga di selat Hormuz. Melansir dari berbagai sumber berikut ini adalah daftar negaranya.
1. Iran
Iran mengakui menguasai seluruh wilayah Selat Hormuz. Kekuatan militer Iran di selat ini telah dibangun selama beberapa pilih tahun.
Korps Garda Revolusi Islam Iran membuka pangkalan Angkatan laut baru di pintu masuk timur ke Selat Hormuz. Tahun 2019 lalu dikabarkan cabang Angkatan laut Garda Revolusi Iran memiliki sekitar 2.000 FAC atau kapal penyerang cepat.
Kapal ini digunakan sebagai formasi kawanan yang bisa muncul dimana saja di daerah tersebut. Kapal ini juga dilengkapi dengan senapan mesin berat dan peluncur roket.
Tidak hanya itu, pakar juga mempercayai bahwa Iran telah mengembangkan drone laut yang dapat memuat bahan peledak dan berkecepatan tinggi saat diluncurkan. Drone yang bernama Ya Mahdi ini dapat dikendalikan secara jarak jauh.
2. Amerika Serikat
Menanggapi beberapa serangan Iran, Pentagon mengirimkan 14.000 tentara Amerika Serikat (AS) termasuk pesawat tempur, dan system rudal patriot. Pasukan tambahan ini juga meningkatkan tenaga kerja di kapal perang AS di Selat Homuz.
Selain itu, untuk meningkatkan perlindungan dan pengawasan Selat Hormuz dan Selat Bab el-Mandeb, AS membentuk cincin keamanan maritim internasional yang disebut sebagai Operasi Sentinel. Pengawasan juga dilakukan melalui lalu lintas udara.
3. Inggris
Kejadian Iran menyita kapal minyak berbendera Inggris di selat Hormuz pada 19 Juli 2019 lalu menyebabkan Inggris mengajak negara sekutunya di Eropa untuk membentuk aliansi maritime baru.
Aliansi ini ditujukan untuk melindungi kapal komersial yang berlayar menggunakan selat ini. Prinsip negara Inggris dan sekutunya adalah penjagaan ini tidak untuk menimbulkan ketegangan namun karena kebebasaan navigasi.
4. Korea Selatan
Pada Juli 2019 lalu, Korea Selatan mengungkapkan rencananya bergabung pasukan maritim pimpinan AS di Timur Tengah. Unit Angkatan laut yang meliputi kapal perusak disiapkan untuk melancarkan rencana tersebut.
Unit ini disiapkan untuk membantu patroli tanker minyak yang melewati Selat Hormuz. Kemudian pada tahun 2020 lalu, militer Korea Selatan melakukan perluasan unit anti-pembajakan ke area sekitar Selat Hormuz.
5. Australia
Australia memutuskan bergabung dengan koalisi negara inisiasi Amerika Serikat yang melindungi kapal tanker minyak dan kapal kargo dari ancaman Iran. Akhir tahun 2019, Australia mengirim pesawat pengintai P-8A Poseidon ke Timur Tengah.
Selanjutnya pada Januari 2020, kapal perang jenis fregat dikerahkan selama enam bulan. Hal ini dilakukan untuk membantu pengamanan Selat Hormuz.
(sya)