Presiden Iran Tuding AS Otak Dibalik Serangan Bom ISIS di Masjid Afghanistan
loading...
A
A
A
TEHERAN - Presiden Iran Ebrahim Raisi mengklaim bahwa bom bunuh diri yang menargetkan sebuah masjid Syiah di Afghanistan adalah "rencana" oleh Amerika Serikat (AS) untuk menabur "hasutan etnis" di negara itu.
“Kejahatan yang dilakukan dengan tujuan untuk memecah belah umat Islam ini dilakukan oleh mereka yang anti-manusia dan anti-agama jelas bagi semua orang. AS telah memfasilitasi perluasan kegiatan penjahat ISIS di Afghanistan dan mencegah mereka dicabut,” kata Raisi menurut kantor berita Mehr.
"Kelanjutan aksi teroris dan kombinasi hasutan agama dengan hasutan etnis menciptakan perpecahan dan hasutan yang merupakan bagian dari plot keamanan baru AS untuk Afghanistan," imbuhnya seperti dikutip dari Al Arabiya, Minggu (10/10/2021).
Sebelumnya sempalan kelompok ekstrimis ISIS di Afghanistan, ISIS-K, mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri di Afghanistan yang menargetkan kelompok Syiah di sebuah masjid pada hari Jumat lalu.
Serangan di provinsi Kunduz timur laut Afghanistan itu menewaskan sedikitnya 46 orang dan melukai lebih dari 140 orang. Kelompok ekstremis itu mengatakan bahwa seorang pembom bunuh diri ISIS meledakkan rompi peledak di tengah kerumunan jamaah Syiah yang berkumpul di dalam masjid.
Serangan itu adalah yang paling mematikan di Afghanistan sejak pasukan AS menarik diri dari Afghanistan ketika ISIS menargetkan bandara Kabul dengan pemboman pada 26 Agustus yang merenggut nyawa 169 warga Afghanistan dan 13 prajurit AS.
Sejak Taliban menguasai Afghanistan pada 15 Agustus, ISIS telah meningkatkan serangannya di negara itu, menargetkan anggota Taliban dan warga Afghanistan dengan beberapa pemboman, termasuk dua yang mematikan di Kabul.
Iran adalah negara mayoritas Syiah dan telah lama bersebrangan dengan Taliban, kelompok Muslim Sunni garis keras. Namun, sejak Taliban menguasai Afghanistan pada 15 Agustus, Teheran bersikap konservatif dalam retorikanya tentang kelompok itu dan tidak kritis terhadap pemerintahnya.
Kemungkinan besar, rezim Iran mungkin mencoba membangun permusuhan Taliban terhadap AS mengingat sikap Teheran sendiri terhadap Washington dan rezim garis keras anti-Baratnya di bawah kepresidenan Raisi.
“Kejahatan yang dilakukan dengan tujuan untuk memecah belah umat Islam ini dilakukan oleh mereka yang anti-manusia dan anti-agama jelas bagi semua orang. AS telah memfasilitasi perluasan kegiatan penjahat ISIS di Afghanistan dan mencegah mereka dicabut,” kata Raisi menurut kantor berita Mehr.
"Kelanjutan aksi teroris dan kombinasi hasutan agama dengan hasutan etnis menciptakan perpecahan dan hasutan yang merupakan bagian dari plot keamanan baru AS untuk Afghanistan," imbuhnya seperti dikutip dari Al Arabiya, Minggu (10/10/2021).
Sebelumnya sempalan kelompok ekstrimis ISIS di Afghanistan, ISIS-K, mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri di Afghanistan yang menargetkan kelompok Syiah di sebuah masjid pada hari Jumat lalu.
Serangan di provinsi Kunduz timur laut Afghanistan itu menewaskan sedikitnya 46 orang dan melukai lebih dari 140 orang. Kelompok ekstremis itu mengatakan bahwa seorang pembom bunuh diri ISIS meledakkan rompi peledak di tengah kerumunan jamaah Syiah yang berkumpul di dalam masjid.
Serangan itu adalah yang paling mematikan di Afghanistan sejak pasukan AS menarik diri dari Afghanistan ketika ISIS menargetkan bandara Kabul dengan pemboman pada 26 Agustus yang merenggut nyawa 169 warga Afghanistan dan 13 prajurit AS.
Sejak Taliban menguasai Afghanistan pada 15 Agustus, ISIS telah meningkatkan serangannya di negara itu, menargetkan anggota Taliban dan warga Afghanistan dengan beberapa pemboman, termasuk dua yang mematikan di Kabul.
Iran adalah negara mayoritas Syiah dan telah lama bersebrangan dengan Taliban, kelompok Muslim Sunni garis keras. Namun, sejak Taliban menguasai Afghanistan pada 15 Agustus, Teheran bersikap konservatif dalam retorikanya tentang kelompok itu dan tidak kritis terhadap pemerintahnya.
Kemungkinan besar, rezim Iran mungkin mencoba membangun permusuhan Taliban terhadap AS mengingat sikap Teheran sendiri terhadap Washington dan rezim garis keras anti-Baratnya di bawah kepresidenan Raisi.
(ian)