Keji, Tahanan Muslim Uighur Dipukuli, Disiksa dan Diperkosa
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Seorang mantan detektif mengungkapkan taktik penyiksaan ekstrem yang digunakan oleh otoritas berwenang China terhadap tahanan dari minoritas Muslim Uighur . Hal itu diungkapkannya dalam sebuah wawancara yang mengejutkan dari tempat pengasingannya di Eropa kepada CNN.
Dalam wawancara dengan media yang berbasis di Amerika Serikat (AS) itu, mantan perwira yang diidentifikasi sebagai Jiang mengungkapkan bahwa pihak berwenang China menggantung tahanan Muslim Uighur di langit-langit. Tahanan itu kemudian disiksa dengan tongkat listrik dan diperkosa oleh sesama tahanan.
Menurutnya itu dilakukan untuk mendapatkan pengakuan sebagai bagian dari kampanye pembersihan etnis .
“Kalau mau orang mengaku, pakai tongkat listrik dengan dua ujung tajam di atasnya,” kata Jiang, yang menutupi identitas agar keluargnya yang masih berada di China tidak mendapatkan konsekuensi dari pengakuannya.
“Kami akan mengikat dua kabel listrik di ujungnya dan memasang kabel di alat kelamin mereka saat orang itu diikat,” imbuhnya seperti dikutip dari New York Post, Rabu (6/10/2021).
Jiang mengatakan tahanan baru, yang berusia 14 tahun, dipukuli selama interogasi awal mereka untuk membuat "pengakuan".
“Tendang mereka, pukul mereka (sampai) memar dan bengkak,” katanya. “Sampai mereka berlutut di lantai sambil menangis,” sambungnya.
Para tahanan juga sering disiksa dengan metode seperti “kursi harimau” yang terkenal di China. Dalam metode ini, tangan dan kaki tahanan diikat ke kursi, kadang-kadang selama berhari-hari, serta menggantung mereka dari langit-langit, waterboarding dan kurang tidur.
“Setiap orang menggunakan metode yang berbeda. Beberapa bahkan menggunakan palang perusak, atau rantai besi dengan kunci,” ungkap Jiang. "Polisi akan menginjak wajah tersangka dan menyuruhnya untuk mengaku," sambungnya.
Taktik penyiksaan lainnya termasuk memerintahkan tahanan untuk memperkosa tahanan laki-laki.
Jiang mengatakan dia sekarang percaya bahwa "tidak ada" dari ratusan tahanan yang dia bantu tangkap melakukan kejahatan, meskipun mereka dituduh melakukan pelanggaran teror.
“Mereka adalah orang-orang biasa,” ujarnya.
China telah membantah klaim pelecehan selama bertahun-tahun.
Amnesty International pada bulan Juni merilis laporan setebal 160 halaman yang menggambarkan penyiksaan serupa yang dialami oleh lebih dari 50 mantan narapidana di sistem kamp.
Dalam wawancara dengan media yang berbasis di Amerika Serikat (AS) itu, mantan perwira yang diidentifikasi sebagai Jiang mengungkapkan bahwa pihak berwenang China menggantung tahanan Muslim Uighur di langit-langit. Tahanan itu kemudian disiksa dengan tongkat listrik dan diperkosa oleh sesama tahanan.
Menurutnya itu dilakukan untuk mendapatkan pengakuan sebagai bagian dari kampanye pembersihan etnis .
“Kalau mau orang mengaku, pakai tongkat listrik dengan dua ujung tajam di atasnya,” kata Jiang, yang menutupi identitas agar keluargnya yang masih berada di China tidak mendapatkan konsekuensi dari pengakuannya.
“Kami akan mengikat dua kabel listrik di ujungnya dan memasang kabel di alat kelamin mereka saat orang itu diikat,” imbuhnya seperti dikutip dari New York Post, Rabu (6/10/2021).
Jiang mengatakan tahanan baru, yang berusia 14 tahun, dipukuli selama interogasi awal mereka untuk membuat "pengakuan".
“Tendang mereka, pukul mereka (sampai) memar dan bengkak,” katanya. “Sampai mereka berlutut di lantai sambil menangis,” sambungnya.
Para tahanan juga sering disiksa dengan metode seperti “kursi harimau” yang terkenal di China. Dalam metode ini, tangan dan kaki tahanan diikat ke kursi, kadang-kadang selama berhari-hari, serta menggantung mereka dari langit-langit, waterboarding dan kurang tidur.
“Setiap orang menggunakan metode yang berbeda. Beberapa bahkan menggunakan palang perusak, atau rantai besi dengan kunci,” ungkap Jiang. "Polisi akan menginjak wajah tersangka dan menyuruhnya untuk mengaku," sambungnya.
Taktik penyiksaan lainnya termasuk memerintahkan tahanan untuk memperkosa tahanan laki-laki.
Jiang mengatakan dia sekarang percaya bahwa "tidak ada" dari ratusan tahanan yang dia bantu tangkap melakukan kejahatan, meskipun mereka dituduh melakukan pelanggaran teror.
“Mereka adalah orang-orang biasa,” ujarnya.
China telah membantah klaim pelecehan selama bertahun-tahun.
Amnesty International pada bulan Juni merilis laporan setebal 160 halaman yang menggambarkan penyiksaan serupa yang dialami oleh lebih dari 50 mantan narapidana di sistem kamp.
(ian)