AS Masih Rusuh, Trump Kerahkan Ribuan Tentara Garda Nasional

Selasa, 02 Juni 2020 - 07:14 WIB
loading...
AS Masih Rusuh, Trump Kerahkan Ribuan Tentara Garda Nasional
Presiden Donald John Trump berbicara di Rose Garden Gedung Putih tentang kerusuhan di Amerika Serikat sebagai imbas pembunuhan pria kulit hitam George Floyd oleh polisi kulit putih di Minneapolis. Foto/REUTERS/Tom Brenner
A A A
WASHINGTON - Presiden Donald John Trump mengerahkan ribuan tentara bersenjata lengkap dari Garda Nasional untuk mengakhiri demo rusuh di berbagai wilayah di Amerika Serikat (AS) .

Demo lebih dari sepekan yang diwaranai kerusuhan ini pecah setelah pria kulit hitam George Floyd tewas usai lehernya dicekik polisi kulit putih dengan lututnya di Minneapolis, Minnesota, Senin pekan lalu. Awalnya, Floyd ditangkap sekitar empat polisi atas tuduhan menggunakan uang kertas palsu.

Beberapa tentara Garda Nasional dikerahkan di dekat Gedung Putih pada Senin malam beberapa jam setelah Presiden Trump mengatakan bahwa dia ingin unjuk kekuatan militer terhadap protes keras yang mencengkeram Amerika.

Tak lama setelah itu, Trump datang ke Rose Garden Gedung Putih untuk menyebut dirinya sendiri sebagai presiden "hukum dan ketertiban" dengan mengatakan "terorisme domestik" adalah penyebab kerusuhan. (Baca: Viral, Pria Bertato Peta Indonesia Ikut Demo Rusuh Pro George Floyd di AS )

"Ketika kita berbicara, saya mengirim ribuan dan ribuan tentara yang bersenjata lengkap, personel militer, dan petugas penegak hukum untuk menghentikan kerusuhan, penjarahan, perusakan, penyerangan, dan perusakan properti secara tidak sah," katanya, seperti dikutip ABC News, Selasa (2/6/2020). "Kita akan mengakhirinya sekarang," katanya lagi.

Dia meminta para gubernur terkait untuk memanfaatkan unit Garda Nasional setempat untuk mendominasi jalan-jalan dan mengatakan dia akan mengerahkan tentara militer yang aktif jika gubernur gagal menggunakan Garda Nasional dengan lebih kuat.

Dia melanjutkan bahwa dirinya bisa saja menggunakan Undang-Undang Pemberontakan 1807, yang memungkinkan presiden untuk mengerahkan militer di AS untuk menangani gangguan sipil.

Menurut Trump, seluruh negara benar-benar marah dengan kematian Floyd secara brutal, namun protes sejak itu telah berubah menjadi kekerasan. Di Washington DC saja, kata dia, para perusuh merusak Monumen Lincoln dan monumen Perang Dunia II, serta membakar sebuah gereja bersejarah di dekat Gedung Putih.

"Ini bukan aksi protes damai, ini adalah aksi teror domestik," katanya.

Dia menuduh penyelenggara demo rusuh yang dia sebut "terorisme domestik" adalah kelompok Antifa. Menurutnya, kelompok yang dia nyatakan sebagai organisasi teroris itu akan menghadapi hukuman pidana berat, termasuk hukuman penjara.

Tepat sebelum dia muncul di Rose Garden Gedung Putih, ledakan keras terdengar di dekat Gedung Putih. Para polisi lantas membubarkan demonstran berpenutup muka dengan tembakan granat dan ledakan gas air mata.

Floyd Dibunuh

Sementara itu, dua dokter yang melakukan autopsi independen menyimpulkan George Floyd tewas karena sesak napas (asfiksia) dan kematiannya sebagai pembunuhan. (Baca juga: Autopsi Independen: George Floyd Tewas karena Asfiksia, Ini Pembunuhan )

Para dokter juga mengatakan Floyd tidak memiliki kondisi medis yang mendasari yang berkontribusi pada kematiannya, dan dia kemungkinan meninggal sebelum dia dimasukkan ke dalam ambulans.

Kesimpulan dua dokter ini bertentangan dengan temuan awal autopsi resmi oleh Pemeriksa Medis Hennepin County, yang dikutip dalam dokumen tuntutan pengadilan terhadap petugas polisi yang mencekik leher Floyd dengan lututnya selama beberapa menit.

Temuan awal itu mengatakan tidak ada bukti pencekikan traumatis. Temuan itu juga mengatakan penyakit arteri koroner dan hipertensi juga kemungkinan berkontribusi pada kematian Floyd. Laporan lengkap autopsi Pemeriksa Medis Hennepin County belum dirilis.

"Buktinya konsisten dengan asfiksia mekanik sebagai penyebab kematian dan pembunuhan sebagai cara kematian," kata Dr Allecia Wilson dari University of Michigan, salah satu dari dua dokter forensik yang melakukan autopsi independen, seperti dikutip Reuters, Selasa (2/6/2020).

Sebuah rekaman video menunjukkan Floyd memohon untuk dilepaskan dan mengatakan berulang kali bahwa dia tidak bisa bernapas ketika seorang perwira polisi Derek Chauvin menggunakan lututnya untuk mencekik leher Floyd selama hampir sembilan menit. Dua petugas lainnya menekan punggung Floyd juga dengan lutut.

Chauvin, yang berkulit putih dan telah dipecat dari Departemen Kepolisian Minneapolis, dikenai tuduhan pembunuhan tingkat tiga.

Dr Michael Baden, yang juga mengambil bagian dalam autopsi independen atas permintaan keluarga Floyd, mengatakan bahwa tindakan dua petugas polisi lainnya juga menyebabkan Floyd berhenti bernapas.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1425 seconds (0.1#10.140)