Tidak Hanya China, AUKUS Juga Ditujukan Terhadap Rusia
loading...
A
A
A
MOSKOW - Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev menggambarkan aliansi AUKUS yang terdiri dari Australia , Inggris dan Amerika Serikat (AS) sebagai aliansi militer lain yang diarahkan terhadap Rusia dan China . Ia juga menekankan bahwa "usaha" ini menempatkan seluruh arsitektur keamanan Asia dalam bahaya.
Dalam wawancaranya dengan surat kabar Argumenty i Fakty Rusia, Patrushev menggambarkan aliansi QUAD, yang terdiri dari AS, India, Australia, dan Jepang, sebagai "prototipe NATO Asia."
"Washington akan mencoba melibatkan negara lain dalam organisasi ini, terutama untuk mengejar kebijakan anti-China dan anti-Rusia," kata Patrushev.
“Beberapa saat yang lalu, sebuah blok militer baru dibentuk di kawasan itu, AUKUS AS-Inggris-Australia, yang mengejar tujuan yang sama. Hebatnya, Amerika memeras mitra mereka Prancis, meraih kesepakatan yang menguntungkan untuk pembangunan kapal selam nuklir untuk Canberra. Rupanya, solidaritas Atlantik ada harganya," tambah Patrushev.
"Demi mewujudkan usaha Gedung Putih lainnya, demi memperkuat kontrol atas kawasan Asia-Pasifik yang menjanjikan, seluruh arsitektur keamanan di Asia terpapar bahaya dan prasyarat sedang dibuat untuk merusak prestise Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara dan asosiasi regional lainnya," kata kepala dewan keamanan Rusia itu seperti dikutip dari Sputnik, Selasa (21/9/2021).
Berbicara tentang Afghanistan, Nikolai Patrushev memperingatkan bahwa kegagalan kebijakan AS di Afghanistan menciptakan kondisi untuk krisis migrasi baru yang bisa lebih dalam daripada yang terjadi pada tahun 2015.
"Setelah kegagalan AS di Afghanistan, kondisi sedang dibentuk untuk krisis migrasi baru, bahkan yang lebih parah daripada tahun 2015. Saat itu, Mediterania melihat gelombang besar pengungsi dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara, yang dihancurkan oleh Amerika dan Eropa, angka itu masih belum bisa dihitung," ujar Patrushev.
Patrushev menekankan bahwa Amerika Serikat dan sekutunya harus memikul tanggung jawab untuk merusak stabilitas di negara-negara asing, termasuk melalui pemberian kompensasi.
"Saya percaya bahwa AS dan sekutunya harus memikul tanggung jawab atas penghancuran ekonomi negara-negara berdaulat, untuk memperburuk masalah antar-etnis dan politik, dan untuk mengintensifkan teroris, ekstremis, dan ancaman lainnya, termasuk dengan membuat kompensasi yang secara signifikan melebihi triliunan yang mereka habiskan untuk merusak stabilitas di seluruh dunia," ucap Patrushev.
Patrushev juga mengatakan proposal G7 untuk melibatkan Rusia dan China dalam menyelesaikan masalah keamanan di Asia Tengah menegaskan bahwa asosiasi ini telah kehilangan relevansinya.
"Dengan proposal mereka untuk melibatkan China dan Rusia dalam menyelesaikan masalah keamanan di Asia Tengah, negara-negara G7 menegaskan fakta bahwa asosiasi ini hanya sebuah klub untuk diskusi. Lebih tepatnya, untuk diskusi yang dilakukan di bawah kendali ketat Washington," kata kepala dewan keamanan Rusia itu.
Patrushev pun menyatakan keyakinan bahwa format G7 "kehilangan relevansinya."
"Rusia hanya berpartisipasi dalam struktur dan klub internasional yang memecahkan masalah nyata, yang memprioritaskan prinsip kesetaraan, di mana standar asing dan aturan perilaku tidak dikenakan pada siapa pun," tegas Patrushev.
Dalam wawancaranya dengan surat kabar Argumenty i Fakty Rusia, Patrushev menggambarkan aliansi QUAD, yang terdiri dari AS, India, Australia, dan Jepang, sebagai "prototipe NATO Asia."
"Washington akan mencoba melibatkan negara lain dalam organisasi ini, terutama untuk mengejar kebijakan anti-China dan anti-Rusia," kata Patrushev.
“Beberapa saat yang lalu, sebuah blok militer baru dibentuk di kawasan itu, AUKUS AS-Inggris-Australia, yang mengejar tujuan yang sama. Hebatnya, Amerika memeras mitra mereka Prancis, meraih kesepakatan yang menguntungkan untuk pembangunan kapal selam nuklir untuk Canberra. Rupanya, solidaritas Atlantik ada harganya," tambah Patrushev.
"Demi mewujudkan usaha Gedung Putih lainnya, demi memperkuat kontrol atas kawasan Asia-Pasifik yang menjanjikan, seluruh arsitektur keamanan di Asia terpapar bahaya dan prasyarat sedang dibuat untuk merusak prestise Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara dan asosiasi regional lainnya," kata kepala dewan keamanan Rusia itu seperti dikutip dari Sputnik, Selasa (21/9/2021).
Berbicara tentang Afghanistan, Nikolai Patrushev memperingatkan bahwa kegagalan kebijakan AS di Afghanistan menciptakan kondisi untuk krisis migrasi baru yang bisa lebih dalam daripada yang terjadi pada tahun 2015.
"Setelah kegagalan AS di Afghanistan, kondisi sedang dibentuk untuk krisis migrasi baru, bahkan yang lebih parah daripada tahun 2015. Saat itu, Mediterania melihat gelombang besar pengungsi dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara, yang dihancurkan oleh Amerika dan Eropa, angka itu masih belum bisa dihitung," ujar Patrushev.
Patrushev menekankan bahwa Amerika Serikat dan sekutunya harus memikul tanggung jawab untuk merusak stabilitas di negara-negara asing, termasuk melalui pemberian kompensasi.
"Saya percaya bahwa AS dan sekutunya harus memikul tanggung jawab atas penghancuran ekonomi negara-negara berdaulat, untuk memperburuk masalah antar-etnis dan politik, dan untuk mengintensifkan teroris, ekstremis, dan ancaman lainnya, termasuk dengan membuat kompensasi yang secara signifikan melebihi triliunan yang mereka habiskan untuk merusak stabilitas di seluruh dunia," ucap Patrushev.
Patrushev juga mengatakan proposal G7 untuk melibatkan Rusia dan China dalam menyelesaikan masalah keamanan di Asia Tengah menegaskan bahwa asosiasi ini telah kehilangan relevansinya.
"Dengan proposal mereka untuk melibatkan China dan Rusia dalam menyelesaikan masalah keamanan di Asia Tengah, negara-negara G7 menegaskan fakta bahwa asosiasi ini hanya sebuah klub untuk diskusi. Lebih tepatnya, untuk diskusi yang dilakukan di bawah kendali ketat Washington," kata kepala dewan keamanan Rusia itu.
Patrushev pun menyatakan keyakinan bahwa format G7 "kehilangan relevansinya."
"Rusia hanya berpartisipasi dalam struktur dan klub internasional yang memecahkan masalah nyata, yang memprioritaskan prinsip kesetaraan, di mana standar asing dan aturan perilaku tidak dikenakan pada siapa pun," tegas Patrushev.
Baca Juga
(ian)