Cerita Nazi: Saat Hitler Mengirim Para Ilmuwan ke Himalaya Mencari Asal Ras Arya

Rabu, 15 September 2021 - 11:56 WIB
loading...
Cerita Nazi: Saat Hitler Mengirim Para Ilmuwan ke Himalaya Mencari Asal Ras Arya
Bruno Beger (kedua kiri) dan ilmuwan asal Jerman lainnya berada di Lhasa, Tibet pada 1939. Foto/ullstein bild Dtl/Getty Images/bbc
A A A
TIBET - Pada 1938, Heinrich Himmler, anggota terkemuka partai Nazi Jerman dan arsitek utama Holocaust, mengirim tim beranggotakan lima orang ke Tibet untuk mencari asal-usul ras Arya.

Penulis Vaibhav Purandare menceritakan kisah menarik dari ekspedisi ini, yang melewati India. Vaibhav Purandare adalah penulis buku berjudul Hitler And India: The Untold Story of His Hatred For the Country And Its People, diterbitkan Westland Books.

Cerita Nazi: Saat Hitler Mengirim Para Ilmuwan ke Himalaya Mencari Asal Ras Arya


Lebih dari setahun sebelum Perang Dunia Kedua dimulai, sekelompok ilmuwan Jerman mendarat diam-diam di sepanjang perbatasan timur India.



Mereka sedang dalam misi penting untuk menemukan "sumber asal ras Arya".



Pemimpin Nazi Jerman Adolf Hitler percaya orang-orang Nordik "Arya" telah memasuki India dari utara sekitar 1.500 tahun sebelumnya, dan orang-orang Arya telah melakukan "kejahatan" bercampur dengan orang-orang "non-Arya" lokal, sehingga kehilangan atribut sebagai ras paling unggul dari semua ras lain di bumi.

Cerita Nazi: Saat Hitler Mengirim Para Ilmuwan ke Himalaya Mencari Asal Ras Arya


Hitler secara teratur menyatakan antipati yang mendalam bagi rakyat India dan perjuangan mereka untuk kebebasan. Dia mengartikulasikan sentimennya dalam pidato, tulisan, dan debatnya.

Namun, menurut Himmler, salah satu letnan utama Hitler dan kepala SS, anak benua India masih layak untuk dicermati.

Cerita Nazi: Saat Hitler Mengirim Para Ilmuwan ke Himalaya Mencari Asal Ras Arya


Mereka yang bersumpah dengan gagasan ras superior kulit putih Nordik Arya adalah orang-orang yang percaya pada kisah kota Atlantis yang hilang, tempat orang-orang dari "darah paling murni" diduga pernah tinggal.

Kota Atlantis diyakini terletak di suatu tempat antara Inggris dan Portugal di Samudra Atlantik. Pulau mitos ini diduga tenggelam setelah disambar petir Ilahi.

Semua orang Arya yang selamat seharusnya pindah ke tempat yang lebih aman. Wilayah Himalaya diyakini sebagai salah satu tempat perlindungan seperti itu, khususnya Tibet karena terkenal sebagai "atap dunia".

Pada 1935, Himmler mendirikan unit di dalam SS yang disebut Ahnenerbe atau Biro Warisan Leluhur untuk mencari tahu ke mana orang-orang dari Atlantis pergi menghindari petir dan banjir, dan di mana jejak ras besar itu masih tersisa dan bisa ditemukan.

Pada 1938, dia mengirim tim yang terdiri dari lima orang Jerman ke Tibet dalam "operasi pencarian" ini.

Dua anggota tim menonjol dari yang lain. Salah satunya adalah Ernst Schafer, ahli zoologi berusia 28 tahun yang berbakat dan telah dua kali ke perbatasan India-China-Tibet dua kali sebelumnya.

Schafer telah bergabung SS segera setelah kemenangan Nazi tahun 1933, jauh sebelum Himmler menjadi pelindungnya untuk ekspedisi Tibet.

Schafer tergila-gila berburu dan suka mengumpulkan piala berburu di rumahnya di Berlin. Pada satu ekspedisi berburu, ketika mencoba menembak bebek dari perahu yang dia dan istrinya berada di dalamnya, dia terpeleset ketika membidik dan menembak istrinya sendiri di kepala secara tidak sengaja hingga membunuhnya.

Orang kunci kedua dalam ekspedisi itu adalah Bruno Beger, antropolog muda yang bergabung dengan SS pada 1935.

Beger mengukur tengkorak dan detail wajah orang Tibet dan membuat masker wajah, terutama mengumpulkan materi tentang proporsi, asal, signifikansi dan perkembangan ras Nordik di wilayah ini.

Kapal yang membawa lima ilmuwan Jerman itu berlabuh di Kolombo, Sri Lanka pada awal Mei 1938. Dari sana, mereka ke Madras (sekarang Chennai) dan ke Kalkuta (sekarang Kolkata).

Otoritas Inggris di India mewaspadai orang-orang Jerman yang bepergian dan mengira mereka mata-mata.

Mereka awalnya enggan mengizinkan mereka melewati India dan Times of India yang saat itu dikelola Inggris bahkan memuat judul yang menuduh: "Agen Gestapo di India".

Pejabat politik Inggris di Gangtok, di negara bagian Sikkim, India timur laut, yang merupakan kerajaan pegunungan yang merdeka pada saat itu, juga tidak antusias mengizinkan orang-orang itu masuk ke Tibet melalui Sikkim.

Namun akhirnya, tekad tim Nazi menang. Pada akhir tahun, lima ilmuwan Jerman, dengan bendera swastika diikatkan pada bagal dan bagasi mereka, telah memasuki Tibet.

Swastika adalah tanda di mana-mana di Tibet, yang dikenal secara lokal sebagai "yungdrung". Schafer dan tim melihat banyak lambang itu selama waktu mereka di India, juga di antara umat Hindu, lambang itu telah lama menjadi simbol keberuntungan.

Bahkan sampai sekarang, simbol itu terlihat di luar rumah, di dalam kuil, di sudut-sudut jalan dan di belakang mobil dan truk.

Dalai Lama ke-13 telah meninggal pada 1933 dan yang baru dilantik, berusia tiga tahun, sehingga kerajaan Buddha Tibet dikendalikan oleh seorang bupati.

Orang Jerman diperlakukan dengan sangat baik oleh bupati maupun oleh orang Tibet biasa, dan Beger bahkan bertindak sebagai semacam dokter pengganti untuk penduduk setempat selama sementara waktu.

Apa yang tidak diketahui oleh umat Buddha Tibet adalah bahwa dalam imajinasi jahat Nazi, agama Buddha, seperti halnya Hinduisme, adalah agama yang telah melemahkan bangsa Arya yang datang ke Tibet dan telah mengakibatkan hilangnya semangat dan kekuatan ras tersebut.

Tepat ketika Schafer dan yang lainnya tampaknya dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengeksplorasi "penelitian" mereka yang sebenarnya dengan kedok melakukan penelitian ilmiah di bidang-bidang seperti zoologi dan antropologi, ekspediti Jerman itu tiba-tiba dihentikan pada Agustus 1939 oleh perang yang tak terhindarkan.

Beger pada saat itu telah mengukur tengkorak dan ciri-ciri 376 orang Tibet, mengambil 2.000 foto, membuat cetakan kepala, wajah, tangan dan telinga dari 17 orang dan mengumpulkan sidik jari dan tangan dari 350 orang lainnya.

Dia juga telah mengumpulkan 2.000 "artefak etnografi" dan anggota ekspedisi lainnya telah mengambil 18.000 meter film hitam-putih dan 40.000 foto.

Karena perjalanan mereka dipersingkat, Himmler mengatur agar tim tersebut terbang keluar dari Calcutta pada saat-saat terakhir dan dirinya sendiri hadir untuk menyambut mereka ketika pesawat mereka mendarat di Munich.

Schafer membawa sebagian besar "harta karun" Tibetnya ke satu kastil di Salzburg tempat dia pindah selama perang.

Tapi begitu Pasukan Sekutu datang pada 1945, tempat itu digerebek dan sebagian besar gambar Tibet dan materi penelitian lainnya hancur.

Apa yang disebut "hasil ilmiah" ekspedisi lainnya mengalami nasib yang sama dalam perang: mereka hilang atau hancur.

Dengan menanggung rasa malu tentang masa lalu Nazi, berarti tidak ada seorang pun setelah perang yang mencoba melacak materi penelitian tersebut.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1375 seconds (0.1#10.140)