Taliban Eksekusi Sniper Pasukan Khusus Afghanistan Sekutu Militer Inggris
loading...
A
A
A
KABUL - Kelompok Taliban telah memburu dan mengeksekui seorang sniper pasukan khusus dari pemerintah terguling Afghanistan . Korban merupakan sekutu pasukan khusus Inggris selama betugas di negara yang dilanda perang 20 tahun itu.
Korban, ayah lima anak yang hanya diidentifikasi sebagai "N" untuk melindungi kerabatnya yang masih hidup, diburu oleh Taliban pada hari Senin (13/9/2021) dan dieksekusi di depan keluarganya.
Korban merupakan salah satu dari ratusan sekutu Barat yang tertinggal selama upaya evakuasi besar-besaran yang kacau pada Agustus lalu.
“Dia [telah] bersembunyi karena ancaman yang dia hadapi,” kata mantan kolonel Inggris, Ash Alexander-Cooper, yang mengetahui informasi tentang kematian sniper tersebut, kepada The Times.
Alexander-Cooper pernah menjadi penasihat senior Kementerian Dalam Negeri Afghanistan.
"Tapi mereka menemukannya, dan dia ditembak beberapa kali, dieksekusi di depan keluarganya," ujar Alexander-Cooper, yang melayani delapan tur di Afghanistan, termasuk setidaknya satu tur bersama "N".
Sniper yang terbunuh tercatat sebagai anggota pasukan khusus Afghanistan yang sangat efektif, yang dikenal sebagai CF333. "Yang dibimbing oleh Inggris," kata mantan perwira militer tersebut.
“N” mencoba dievakuasi oleh pasukan Barat dari tanah airnya begitu Taliban mengambil alih kekuasaan, khawatir dia akan menjadi target karena perannya sebagai “kolaborator". Namun, upaya itu gagal.
"Ini sepenuhnya dapat diprediksi ini akan terjadi untuk semua orang yang tertinggal yang tidak diberi bimbingan," kata Alexander-Cooper yang dilansir New York Post, Rabu (15/9/2021).
Dia mengatakan pembunuhan itu membuktikan bahwa deklarasi Taliban tentang amnesti bagi mereka yang bekerja melawan kelompok fundamentalis Islam itu hanyalah “fantasi".
The Times juga melaporkan bahwa seorang penerjemah yang juga gagal dievakuasi setelah membantu militer Inggris diculik oleh 25 orang pasukan Taliban dan dipukuli habis-habisan.
Pria itu, yang diidentifikasi sebagai Sharif Karimi, seorang ayah empat anak berusia 31 tahun, mengatakan dia kemudian ditahan selama empat hari di sel kecil dengan hampir tidak ada oksigen.
Dia akhirnya dibebaskan karena para tetua setempat turun tangan dan keluarganya berhasil membayar uang tebusan USD21.500.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan bahwa angkatan bersenjata negara itu mampu mengevakuasi lebih dari 15.000 orang dari Kabul.
“Sayangnya, kami tidak dapat mengevakuasi semua orang dalam waktu terbatas yang kami miliki,” kata departemen itu.
“Kami akan terus bekerja dengan mitra internasional untuk memastikan mereka memiliki jalan keluar yang aman dari Afghanistan,” imbuh Kementerian Pertahanan.
Kelompok Taliban belum berkomentar soal laporan tentang eksekusi terhadap mantan sniper pasukan khusus Afghanistan. Kelompok penguasa itu sebelumnya meminta para mantan tentara untuk bergabung dengan pemerintah Taliban dengan menjanjikan amnesti.
Korban, ayah lima anak yang hanya diidentifikasi sebagai "N" untuk melindungi kerabatnya yang masih hidup, diburu oleh Taliban pada hari Senin (13/9/2021) dan dieksekusi di depan keluarganya.
Korban merupakan salah satu dari ratusan sekutu Barat yang tertinggal selama upaya evakuasi besar-besaran yang kacau pada Agustus lalu.
“Dia [telah] bersembunyi karena ancaman yang dia hadapi,” kata mantan kolonel Inggris, Ash Alexander-Cooper, yang mengetahui informasi tentang kematian sniper tersebut, kepada The Times.
Alexander-Cooper pernah menjadi penasihat senior Kementerian Dalam Negeri Afghanistan.
"Tapi mereka menemukannya, dan dia ditembak beberapa kali, dieksekusi di depan keluarganya," ujar Alexander-Cooper, yang melayani delapan tur di Afghanistan, termasuk setidaknya satu tur bersama "N".
Sniper yang terbunuh tercatat sebagai anggota pasukan khusus Afghanistan yang sangat efektif, yang dikenal sebagai CF333. "Yang dibimbing oleh Inggris," kata mantan perwira militer tersebut.
“N” mencoba dievakuasi oleh pasukan Barat dari tanah airnya begitu Taliban mengambil alih kekuasaan, khawatir dia akan menjadi target karena perannya sebagai “kolaborator". Namun, upaya itu gagal.
"Ini sepenuhnya dapat diprediksi ini akan terjadi untuk semua orang yang tertinggal yang tidak diberi bimbingan," kata Alexander-Cooper yang dilansir New York Post, Rabu (15/9/2021).
Dia mengatakan pembunuhan itu membuktikan bahwa deklarasi Taliban tentang amnesti bagi mereka yang bekerja melawan kelompok fundamentalis Islam itu hanyalah “fantasi".
The Times juga melaporkan bahwa seorang penerjemah yang juga gagal dievakuasi setelah membantu militer Inggris diculik oleh 25 orang pasukan Taliban dan dipukuli habis-habisan.
Pria itu, yang diidentifikasi sebagai Sharif Karimi, seorang ayah empat anak berusia 31 tahun, mengatakan dia kemudian ditahan selama empat hari di sel kecil dengan hampir tidak ada oksigen.
Dia akhirnya dibebaskan karena para tetua setempat turun tangan dan keluarganya berhasil membayar uang tebusan USD21.500.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan bahwa angkatan bersenjata negara itu mampu mengevakuasi lebih dari 15.000 orang dari Kabul.
“Sayangnya, kami tidak dapat mengevakuasi semua orang dalam waktu terbatas yang kami miliki,” kata departemen itu.
“Kami akan terus bekerja dengan mitra internasional untuk memastikan mereka memiliki jalan keluar yang aman dari Afghanistan,” imbuh Kementerian Pertahanan.
Kelompok Taliban belum berkomentar soal laporan tentang eksekusi terhadap mantan sniper pasukan khusus Afghanistan. Kelompok penguasa itu sebelumnya meminta para mantan tentara untuk bergabung dengan pemerintah Taliban dengan menjanjikan amnesti.
(min)