Gubernur Provinsi Taliban Tegaskan ISIS Bukan Ancaman Besar
loading...
A
A
A
Terjadi pertempuran sengit melawan mantan pasukan pemerintah di dekat Sherzad saat mereka maju, tetapi begitu Taliban merebut desa itu, mereka menerima kabar bahwa mereka akan menyerah.
“Mantan pemimpin Jalalabad mengirim perwakilan yang mengatakan kepada kami bahwa mereka tidak ingin berperang lagi dan ingin menyerahkan pemerintah lokal secara damai,” ungkap Mohammad.
“Kami membangun organisasi kami di sini. Kami menunjuk kepala polisi, kepala intelijen dan gubernur, yang diberikan kepada saya,” tutur dia.
Setelah dua dekade memerangi pemberontakan, Taliban harus dengan cepat bertransisi menjadi kekuatan pemerintahan yang dapat mengelola krisis kemanusiaan dan ekonomi yang hancur akibat perang.
Ini telah membuat para komandan Taliban lebih nyaman dengan menjalankan kota-kota berpenduduk ratusan ribu orang.
Seperti kebanyakan orang di Afghanistan, orang-orang Nangarhar dihantui kenangan pemerintahan brutal Taliban pada 1990-an, yang terkenal dengan hukum rajam hingga mati, pelarangan anak perempuan bersekolah dan perempuan yang bekerja berhubungan dengan laki-laki.
Gubernur baru provinsi itu telah menawarkan kata-kata yang meyakinkan, tetapi banyak orang tetap skeptis tentang janji Taliban tentang jenis pemerintahan yang berbeda.
"Kami akan melindungi hak-hak mereka dan kami tidak akan membiarkan penjahat menyakiti rakyat Afghanistan, khususnya rakyat Nangarhar," ujar Mohammad.
Meskipun ada jaminan, seorang pekerja bantuan di Jalalabad mengatakan dengan syarat anonim bahwa “banyak orang di kota itu tidak bahagia, dan mereka takut akan kebebasan berekspresi.”
“Mantan pemimpin Jalalabad mengirim perwakilan yang mengatakan kepada kami bahwa mereka tidak ingin berperang lagi dan ingin menyerahkan pemerintah lokal secara damai,” ungkap Mohammad.
“Kami membangun organisasi kami di sini. Kami menunjuk kepala polisi, kepala intelijen dan gubernur, yang diberikan kepada saya,” tutur dia.
Setelah dua dekade memerangi pemberontakan, Taliban harus dengan cepat bertransisi menjadi kekuatan pemerintahan yang dapat mengelola krisis kemanusiaan dan ekonomi yang hancur akibat perang.
Ini telah membuat para komandan Taliban lebih nyaman dengan menjalankan kota-kota berpenduduk ratusan ribu orang.
Seperti kebanyakan orang di Afghanistan, orang-orang Nangarhar dihantui kenangan pemerintahan brutal Taliban pada 1990-an, yang terkenal dengan hukum rajam hingga mati, pelarangan anak perempuan bersekolah dan perempuan yang bekerja berhubungan dengan laki-laki.
Gubernur baru provinsi itu telah menawarkan kata-kata yang meyakinkan, tetapi banyak orang tetap skeptis tentang janji Taliban tentang jenis pemerintahan yang berbeda.
"Kami akan melindungi hak-hak mereka dan kami tidak akan membiarkan penjahat menyakiti rakyat Afghanistan, khususnya rakyat Nangarhar," ujar Mohammad.
Meskipun ada jaminan, seorang pekerja bantuan di Jalalabad mengatakan dengan syarat anonim bahwa “banyak orang di kota itu tidak bahagia, dan mereka takut akan kebebasan berekspresi.”
(sya)