AS Tinggalkan Helikopter Tak Berfungsi, Taliban Marah dan Merasa Dikhianati
loading...
A
A
A
KABUL - Para milisi Taliban pada hari Rabu (1/9/2021) marah dan merasa dikhianati setelah mendapati bahwa beberapa helikopter yang ditinggalkan Amerika Serikat (AS) di bandara Kabul sudah tidak berfungsi.
Bagi para milisi, peralatan tempur itu sudah menjadi milik Taliban karena mereka adalah pemerintah Afghanistan saat ini. Mereka merasa berhak atas warisan peralatan tempur Tentara Nasional Afghanistan.
Jurnalis Al Jazeera, Charolote Bellis, dalam sebuah video terlihat mengunjungi hanggar militer bandara dan mengatakan kelompok Taliban mengharapkan Amerika untuk meninggalkan helikopter-helikopter dalam keadaan utuh untuk digunakan.
"Ketika saya berkata kepada mereka, 'mengapa Anda berpikir bahwa Amerika akan membiarkan semuanya beroperasi untuk Anda'? Mereka mengatakan 'karena kami percaya itu adalah aset nasional dan kami adalah pemerintah sekarang dan ini bisa sangat berguna bagi kami'," katanya.
Seorang juru bicara Departemen Pertahanan AS mengatakan kepada Fox News; "Kami menonaktifkan/mendemiliterisasi peralatan itu di Bandara Internasional Hamid Karzai sebelum keberangkatan kami."
Sementara itu, Taliban berharap sisi komersial bandara Kabul dibuka kembali untuk penerbangan dalam beberapa hari mendatang.
Penerbangan yang membawa tentara terakhir Amerika berangkat dari Afghanistan pada Senin malam, menandai berakhirnya kehadiran militer AS selama hampir 20 tahun di negara itu.
"Ada banyak patah hati yang terkait dengan keberangkatan ini," kata Komandan Komando Pusat (CENTCOM) AS Jenderal Kenneth McKenzie tentang penutupan operasi evakuasi.
Dia mengakui evakuasi tersebut tak bisa membawa seluruh orang. "Kami tidak mengeluarkan semua orang yang kami inginkan," ujarnya.
Selain orang-orang yang tertinggal di Kabul, Jenderal McKenzie mengatakan AS juga meninggalkan peralatan seperti sistem C-RAM (counter-artillery, artillery and mortar) yang digunakan untuk menembak jatuh roket, serta puluhan Humvee lapis baja dan beberapa pesawat.
Jenderal Amerika itu menambahkan bahwa peralatan telah dinonaktifkan dan pada akhirnya tidak ada yang mampu menjalankan misi.
Bagi para milisi, peralatan tempur itu sudah menjadi milik Taliban karena mereka adalah pemerintah Afghanistan saat ini. Mereka merasa berhak atas warisan peralatan tempur Tentara Nasional Afghanistan.
Jurnalis Al Jazeera, Charolote Bellis, dalam sebuah video terlihat mengunjungi hanggar militer bandara dan mengatakan kelompok Taliban mengharapkan Amerika untuk meninggalkan helikopter-helikopter dalam keadaan utuh untuk digunakan.
"Ketika saya berkata kepada mereka, 'mengapa Anda berpikir bahwa Amerika akan membiarkan semuanya beroperasi untuk Anda'? Mereka mengatakan 'karena kami percaya itu adalah aset nasional dan kami adalah pemerintah sekarang dan ini bisa sangat berguna bagi kami'," katanya.
Seorang juru bicara Departemen Pertahanan AS mengatakan kepada Fox News; "Kami menonaktifkan/mendemiliterisasi peralatan itu di Bandara Internasional Hamid Karzai sebelum keberangkatan kami."
Sementara itu, Taliban berharap sisi komersial bandara Kabul dibuka kembali untuk penerbangan dalam beberapa hari mendatang.
Penerbangan yang membawa tentara terakhir Amerika berangkat dari Afghanistan pada Senin malam, menandai berakhirnya kehadiran militer AS selama hampir 20 tahun di negara itu.
"Ada banyak patah hati yang terkait dengan keberangkatan ini," kata Komandan Komando Pusat (CENTCOM) AS Jenderal Kenneth McKenzie tentang penutupan operasi evakuasi.
Dia mengakui evakuasi tersebut tak bisa membawa seluruh orang. "Kami tidak mengeluarkan semua orang yang kami inginkan," ujarnya.
Selain orang-orang yang tertinggal di Kabul, Jenderal McKenzie mengatakan AS juga meninggalkan peralatan seperti sistem C-RAM (counter-artillery, artillery and mortar) yang digunakan untuk menembak jatuh roket, serta puluhan Humvee lapis baja dan beberapa pesawat.
Jenderal Amerika itu menambahkan bahwa peralatan telah dinonaktifkan dan pada akhirnya tidak ada yang mampu menjalankan misi.
(min)