Pentagon: Serangan Drone Tewaskan 2 Petinggi ISIS-K

Minggu, 29 Agustus 2021 - 07:54 WIB
loading...
Pentagon: Serangan Drone...
Pentagon menyatakan serangan drone di Afghanistan tewaskan 2 petinggi ISIS-K. Foto/Ilustrasi
A A A
WASHINGTON - Dua petinggi kelompok ISIS-K tewas dan satu terluka dalam serangan pesawat tak berawak atau drone Amerika Serikat (AS) di Afghanistan . Demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh Pentagon .

Serangan di Provinsi Nangarhar di Afghanistan timur jelas merupakan pembalasan terhadap kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan di luar bandara Kabul pada Kamis kemarin.

"Kami tahu tidak ada korban sipil," kata Mayjen Angkatan Darat William "Hank" Taylor.

"Tanpa merinci rencana masa depan, saya akan mengatakan bahwa kami akan terus memiliki kemampuan untuk membela diri dan memanfaatkan kemampuan over-the-horizon untuk melakukan operasi kontraterorisme sesuai kebutuhan," imbuhnya seperti dikutip dari NBC News, Minggu (29/8/2021).

ISIS-K, yang dikenal sebagai Negara Islam Khorasan, mengaku bertanggung jawab atas "serangan syahid" Kamis lalu yang melibatkan seorang pembom bunuh diri. Pelaku meledakkan sabuk peledak di gerbang bandara, menewaskan 13 anggota militer AS dan lebih dari 110 warga Afghanistan. Lebih dari 100 orang terluka dalam ledakan itu.



Seorang penduduk Nangarhar mengatakan kepada NBC News pada hari Sabtu bahwa mereka mendengar ledakan besar di tengah malam.

"Kami mengira seseorang telah menembakkan roket ke rumah kami, tetapi kami kemudian melihat pesawat tak berawak melayang di atas daerah itu," ungkapnya yang tidak ingin disebutkan namanya karena takut akan pembalasan.

Dua pejabat pertahanan AS yang mengetahui serangan di Nangarhar sebelumnya mengatakan kepada NBC News bahwa salah satu target serangan pesawat tak berawak adalah pejuang ISIS-K yang diduga terlibat dalam perencanaan serangan di masa depan. Nangarhar adalah tempat kehadiran besar ISIS-K beberapa tahun lalu sebelum sebagian besar digulingkan oleh militer Afghanistan dan Taliban.

Perencana ISIS-K yang tidak disebutkan namanya sedang mengendarai kendaraan dengan satu rekan pada saat serangan, sedang mengemudi di daerah terpencil. Para pejabat pertahanan mengatakan serangan itu dilakukan oleh pesawat tak berawak MQ-9 Reaper dan amunisi yang dipilih presisi dan untuk meminimalkan korban sipil.



Sebelumnya Presiden AS Joe Biden telah bersumpah dalam pidatonya bahwa AS akan menanggapi serangan itu "dengan kekuatan."

"Kepada mereka yang melakukan serangan ini, serta siapa pun yang ingin membahayakan Amerika, ketahuilah ini: Kami tidak akan memaafkan. Kami tidak akan melupakan. Kami akan memburu Anda dan membuat Anda membayarnya," kata Biden beberapa jam setelah serangan bandara Kabul yang menewaskan 13 tentara AS dan lebih dari 100 warga sipil Afghanistan.

Dia mengulangi sumpah itu pada hari Sabtu.

"Serangan ini bukan yang terakhir. Kami akan terus memburu siapa pun yang terlibat dalam serangan keji itu dan membuat mereka membayar. Setiap kali ada yang berusaha untuk menyakiti Amerika Serikat atau menyerang pasukan kami, kami akan merespons," tegasnya.

"Situasi di lapangan terus menjadi sangat berbahaya, dan ancaman serangan teroris di bandara tetap tinggi. Komandan kami memberi tahu saya bahwa serangan sangat mungkin terjadi dalam 24-36 jam ke depan," imbuhnya.



Taliban mengutuk serangan itu, dengan mengatakan itu adalah pelanggaran kedaulatan.

“Afghanistan sekarang adalah negara merdeka dan jika ada masalah, kami di sini untuk menanganinya. Ini adalah pelanggaran langsung terhadap kedaulatan negara kami,” kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahideen kepada NBC News, seraya menambahkan bahwa tidak ada orang lain yang memiliki hak untuk melakukan aktivitas apa pun di negara mereka.

Taliban juga menangkap sejumlah orang sehubungan dengan serangan bandara Kabul, kata juru bicara kelompok militan itu, Sabtu. Dia menambahkan bahwa anggota dinas intelijen Taliban sedang menginterogasi orang-orang itu, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Para pejabat Pentagon mengatakan 5.000 tentara tetap berada di Afghanistan, menjelang batas waktu 31 Agustus bagi pasukan AS untuk menyelesaikan penarikan mereka, meskipun ada tekanan untuk memperpanjangnya.

Menurut Gedung Putih lebih dari 105.000 orang telah dievakuasi sejak 14 Agustus, dan sekitar 110.600 orang telah direlokasi sejak akhir Juli.

Serangan bom di bandara Kabul terjadi setelah Kedutaan Besar AS di Afghanistan mengeluarkan peringatan keamanan Jumat malam, menyarankan warga Amerika untuk menghindari bepergian ke bandara Kabul dan menghindari gerbangnya.



"Ini adalah situasi keamanan yang dinamis dan bergejolak di lapangan," kata juru bicara Departemen Luar Negeri kepada NBC News.

Biden mengatakan awal pekan ini bahwa dia telah meminta Pentagon dan Departemen Luar Negeri untuk rencana darurat jika evakuasi Afghanistan tidak selesai pada batas waktu.

Beberapa sekutu AS termasuk Prancis dan Spanyol telah mengakhiri evakuasi dari bandara, sementara juru bicara pemerintah Inggris mengatakan Sabtu bahwa penerbangan terakhirnya yang didedikasikan untuk pengungsi Afghanistan telah meninggalkan Kabul.

Mereka menambahkan bahwa sejumlah kecil pengungsi Afghanistan akan dapat naik penerbangan lain yang ditujukan untuk mengevakuasi personel militer Inggris.
(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2616 seconds (0.1#10.140)