Lavrov: Rusia Siap Mediasi di Afghanistan Bersama China, AS, dan Pakistan
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia , China, Amerika Serikat (AS) dan Pakistan tertarik menjadi mediator dalam menyelesaikan krisis di Afghanistan.
Pernyataan itu diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov.
“Kami tetap berkomitmen pada tugas membangun perdamaian dan stabilitas di wilayah Afghanistan sehingga tidak menimbulkan ancaman bagi kawasan itu,” ungkap Lavrov.
Lavrov juga mengatakan Rusia menentang gagasan mengizinkan pengungsi Afghanistan memasuki Asia Tengah, bekas wilayah Soviet yang terletak di antara Rusia dan Afghanistan, atau menempatkan pasukan Amerika Serikat (AS) di sana.
“Jika Anda berpikir bahwa negara mana pun di Asia Tengah atau di tempat lain tertarik menjadi target sehingga Amerika dapat memenuhi inisiatif mereka, saya benar-benar ragu ada yang membutuhkan itu,” ujar dia dalam pengarahan saat berkunjung ke Hungaria.
Rusia mempertahankan hubungan dekat dengan bekas republik Soviet di Asia Tengah dan menganggap kawasan itu sebagai bagian dari lingkup kepentingannya.
Presiden Vladimir Putin tidak ingin militan Afghanistan muncul di Rusia dengan kedok sebagai pengungsi. Untuk itulah, dia menolak gagasan mengirim pengungsi dari negara konflik itu ke negara-negara dekat Rusia.
Putin mengkritik gagasan beberapa negara Barat untuk merelokasi pengungsi dari Afghanistan ke negara-negara tetangga di Asia Tengah sementara visa mereka ke Amerika Serikat dan Eropa sedang diproses.
“Apakah itu berarti bahwa mereka dapat dikirim tanpa visa ke negara-negara itu, ke tetangga kita, sementara mereka (Barat) sendiri tidak ingin membawa mereka tanpa visa?” bunyi pernyataan Putin kepada para pemimpin partai Rusia Bersatu yang berkuasa, yang dilansir kantor berita TASS.
“Mengapa ada pendekatan yang memalukan untuk memecahkan masalah?” lanjut Putin.
Reuters pada Senin (23/8) melaporkan Amerika Serikat telah mengadakan pembicaraan rahasia dengan sejumlah negara dalam upaya putus asa guna mengamankan kesepakatan untuk sementara menampung warga Afghanistan yang bekerja untuk pemerintah AS.
Pernyataan itu diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov.
“Kami tetap berkomitmen pada tugas membangun perdamaian dan stabilitas di wilayah Afghanistan sehingga tidak menimbulkan ancaman bagi kawasan itu,” ungkap Lavrov.
Lavrov juga mengatakan Rusia menentang gagasan mengizinkan pengungsi Afghanistan memasuki Asia Tengah, bekas wilayah Soviet yang terletak di antara Rusia dan Afghanistan, atau menempatkan pasukan Amerika Serikat (AS) di sana.
“Jika Anda berpikir bahwa negara mana pun di Asia Tengah atau di tempat lain tertarik menjadi target sehingga Amerika dapat memenuhi inisiatif mereka, saya benar-benar ragu ada yang membutuhkan itu,” ujar dia dalam pengarahan saat berkunjung ke Hungaria.
Rusia mempertahankan hubungan dekat dengan bekas republik Soviet di Asia Tengah dan menganggap kawasan itu sebagai bagian dari lingkup kepentingannya.
Presiden Vladimir Putin tidak ingin militan Afghanistan muncul di Rusia dengan kedok sebagai pengungsi. Untuk itulah, dia menolak gagasan mengirim pengungsi dari negara konflik itu ke negara-negara dekat Rusia.
Putin mengkritik gagasan beberapa negara Barat untuk merelokasi pengungsi dari Afghanistan ke negara-negara tetangga di Asia Tengah sementara visa mereka ke Amerika Serikat dan Eropa sedang diproses.
“Apakah itu berarti bahwa mereka dapat dikirim tanpa visa ke negara-negara itu, ke tetangga kita, sementara mereka (Barat) sendiri tidak ingin membawa mereka tanpa visa?” bunyi pernyataan Putin kepada para pemimpin partai Rusia Bersatu yang berkuasa, yang dilansir kantor berita TASS.
“Mengapa ada pendekatan yang memalukan untuk memecahkan masalah?” lanjut Putin.
Reuters pada Senin (23/8) melaporkan Amerika Serikat telah mengadakan pembicaraan rahasia dengan sejumlah negara dalam upaya putus asa guna mengamankan kesepakatan untuk sementara menampung warga Afghanistan yang bekerja untuk pemerintah AS.
(sya)