Mantan Presiden Afghanistan Ghani Nongol di UEA, Sangkal Gondol Uang Jutaan Dolar
loading...
A
A
A
DUBAI - Mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani yang kabur dari Taliban telah muncul di Uni Emirat Arab (UEA). Dalam video Facebook, dia membela tindakannya dan membantah laporan menggondol uang tunai jutaan dolar.
Ghani melarikan diri dari Kabul selama akhir pekan lalu, dan keberadaannya tidak diketahui sampai UEA mengkonfirmasi pada Rabu (18/8) bahwa mereka telah menyambut mantan presiden dan keluarganya “dengan alasan kemanusiaan.”
Beberapa diplomat berbicara tentang Ghani yang melarikan diri dari negara itu dengan koper penuh uang tunai. Bahkan diplomat itu mengatakan Ghani meninggalkan beberapa uang tunai di bandara Kabul.
Menurut duta besar Afghanistan untuk negara tetangga Tajikistan, yang dikutip BBC, Ghani membawa USD169 juta bersamanya.
Dalam video berdurasi sepuluh menit pada Rabu (18/8), Ghani membantah tuduhan itu sebagai "sama sekali tidak berdasar" dan "kebohongan."
Dia mengklaim meninggalkan Afghanistan untuk "mencegah pertumpahan darah" dan mencegah "bencana besar" dan bahwa dia ditekan untuk melakukannya oleh keamanannya, meninggalkan aset utamanya dan "dokumen rahasia."
"Untuk saat ini, saya berada di Emirat agar pertumpahan darah dan kekacauan dihentikan. Saya sedang dalam pembicaraan untuk kembali ke Afghanistan," papar dia.
"Saya berkonsultasi dengan orang lain sampai saya kembali sehingga saya dapat melanjutkan upaya saya untuk keadilan bagi warga Afghanistan," ujar dia, menurut terjemahan yang dirilis Reuters.
Setelah keluarnya Ghani yang tergesa-gesa, Tentara Nasional Afghanistan menyerah atau membelot ke Taliban, memungkinkan kelompok Islam itu mengambil alih kekuasaan di Afghanistan dengan kecepatan yang mengejutkan Amerika Serikat (AS).
Beberapa ribu tentara AS dan sekutu saat ini dikerahkan di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, berusaha mengevakuasi ribuan warga Amerika, pasukan sekutu dan warga sipil, serta warga Afghanistan yang berusaha melarikan diri dari negara itu.
Pria berusia 72 tahun itu telah menghadapi kritik keras dari politisi Afghanistan lainnya karena meninggalkan negara itu.
"Tuhan akan meminta pertanggungjawabannya dan bangsa juga akan menghakimi," papar Abdullah Abdullah, ketua Dewan Tinggi untuk Rekonsiliasi Nasional Afghanistan.
Ghani melarikan diri dari Kabul selama akhir pekan lalu, dan keberadaannya tidak diketahui sampai UEA mengkonfirmasi pada Rabu (18/8) bahwa mereka telah menyambut mantan presiden dan keluarganya “dengan alasan kemanusiaan.”
Beberapa diplomat berbicara tentang Ghani yang melarikan diri dari negara itu dengan koper penuh uang tunai. Bahkan diplomat itu mengatakan Ghani meninggalkan beberapa uang tunai di bandara Kabul.
Menurut duta besar Afghanistan untuk negara tetangga Tajikistan, yang dikutip BBC, Ghani membawa USD169 juta bersamanya.
Dalam video berdurasi sepuluh menit pada Rabu (18/8), Ghani membantah tuduhan itu sebagai "sama sekali tidak berdasar" dan "kebohongan."
Dia mengklaim meninggalkan Afghanistan untuk "mencegah pertumpahan darah" dan mencegah "bencana besar" dan bahwa dia ditekan untuk melakukannya oleh keamanannya, meninggalkan aset utamanya dan "dokumen rahasia."
"Untuk saat ini, saya berada di Emirat agar pertumpahan darah dan kekacauan dihentikan. Saya sedang dalam pembicaraan untuk kembali ke Afghanistan," papar dia.
"Saya berkonsultasi dengan orang lain sampai saya kembali sehingga saya dapat melanjutkan upaya saya untuk keadilan bagi warga Afghanistan," ujar dia, menurut terjemahan yang dirilis Reuters.
Setelah keluarnya Ghani yang tergesa-gesa, Tentara Nasional Afghanistan menyerah atau membelot ke Taliban, memungkinkan kelompok Islam itu mengambil alih kekuasaan di Afghanistan dengan kecepatan yang mengejutkan Amerika Serikat (AS).
Beberapa ribu tentara AS dan sekutu saat ini dikerahkan di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, berusaha mengevakuasi ribuan warga Amerika, pasukan sekutu dan warga sipil, serta warga Afghanistan yang berusaha melarikan diri dari negara itu.
Pria berusia 72 tahun itu telah menghadapi kritik keras dari politisi Afghanistan lainnya karena meninggalkan negara itu.
"Tuhan akan meminta pertanggungjawabannya dan bangsa juga akan menghakimi," papar Abdullah Abdullah, ketua Dewan Tinggi untuk Rekonsiliasi Nasional Afghanistan.
(sya)