Bank Sentral Cabut Subsidi Bahan Bakar, Warga Marah Blokir Jalanan Lebanon
loading...
A
A
A
BEIRUT - Penduduk yang marah memblokir jalan-jalan di Lebanon pada Kamis (12/8), sehari setelah bank sentral mengatakan tidak mampu lagi menopang impor bahan bakar kecuali dengan harga pasar gelap.
Ketika ekonomi Lebanon runtuh dan cadangan devisanya menyusut, keputusan itu dianggap sebagai pencabutan subsidi bahan bakar secara de facto.
Kantor berita nasional mengatakan orang-orang memblokir jalan di utara, selatan dan timur Lebanon.
Koresponden AFP melihat para pengendara dalam antrian panjang di luar pengisian bahan bakar (SPBU) yang masih buka. Para pengendara bergegas mengisi bahan bakar sebelum Kementerian Energi secara resmi mengumumkan harga baru.
Biaya bensin diperkirakan naik tiga kali lipat, menurut proyeksi think tank Information International.
Di depan salah satu pom bensin di Beirut, Hussein Majed bertanya bagaimana semua orang berharap dapat menghadapi masalah kenaikan bahan bakar.
"Kau akan memaksa kami mencuri hanya untuk mengisi bahan bakar. Ketika hakim bertanya, kami akan mengatakan itu untuk membeli bensin, makan dan minum," ujar dia dengan wajah mengamuk.
Pound Lebanon telah kehilangan lebih dari 90% nilainya terhadap dolar Amerika Serikat di pasar gelap dalam waktu kurang dari dua tahun.
Secara resmi, bagaimanapun, mata uang tetap dipatok pada 1.507 pound terhadap dolar Amerika Serikat.
Sampai baru-baru ini, importir bahan bakar diberi akses ke dolar dengan tarif resmi yang menguntungkan.
Tetapi pihak berwenang bulan lalu meningkatkannya menjadi 3.900 pound, memicu kenaikan tajam harga di tempat pengisian bahan bakar.
Pada Rabu (11/8), bank sentral mengatakan akan meningkatkan lebih lanjut ke "tingkat pasar" yang saat ini berada di sekitar 20.000 pound.
Bank sentral mengatakan telah menghabiskan USD800 juta untuk impor bahan bakar pada Juli.
Perdana menteri Hassan Diab yang segera melepas jabatan, telah memprotes keputusan sepihak bank sentral.
Cadangan devisa telah anjlok lebih dari setengahnya sejak krisis ekonomi dimulai pada musim gugur 2019, dari USD32 miliar menjadi sekitar USD15 miliar hari ini, menurut data bank sentral.
Ketika ekonomi Lebanon runtuh dan cadangan devisanya menyusut, keputusan itu dianggap sebagai pencabutan subsidi bahan bakar secara de facto.
Kantor berita nasional mengatakan orang-orang memblokir jalan di utara, selatan dan timur Lebanon.
Koresponden AFP melihat para pengendara dalam antrian panjang di luar pengisian bahan bakar (SPBU) yang masih buka. Para pengendara bergegas mengisi bahan bakar sebelum Kementerian Energi secara resmi mengumumkan harga baru.
Biaya bensin diperkirakan naik tiga kali lipat, menurut proyeksi think tank Information International.
Di depan salah satu pom bensin di Beirut, Hussein Majed bertanya bagaimana semua orang berharap dapat menghadapi masalah kenaikan bahan bakar.
"Kau akan memaksa kami mencuri hanya untuk mengisi bahan bakar. Ketika hakim bertanya, kami akan mengatakan itu untuk membeli bensin, makan dan minum," ujar dia dengan wajah mengamuk.
Pound Lebanon telah kehilangan lebih dari 90% nilainya terhadap dolar Amerika Serikat di pasar gelap dalam waktu kurang dari dua tahun.
Secara resmi, bagaimanapun, mata uang tetap dipatok pada 1.507 pound terhadap dolar Amerika Serikat.
Sampai baru-baru ini, importir bahan bakar diberi akses ke dolar dengan tarif resmi yang menguntungkan.
Tetapi pihak berwenang bulan lalu meningkatkannya menjadi 3.900 pound, memicu kenaikan tajam harga di tempat pengisian bahan bakar.
Pada Rabu (11/8), bank sentral mengatakan akan meningkatkan lebih lanjut ke "tingkat pasar" yang saat ini berada di sekitar 20.000 pound.
Bank sentral mengatakan telah menghabiskan USD800 juta untuk impor bahan bakar pada Juli.
Perdana menteri Hassan Diab yang segera melepas jabatan, telah memprotes keputusan sepihak bank sentral.
Cadangan devisa telah anjlok lebih dari setengahnya sejak krisis ekonomi dimulai pada musim gugur 2019, dari USD32 miliar menjadi sekitar USD15 miliar hari ini, menurut data bank sentral.
(sya)