Rusia: NATO Provokasi Konflik di Laut Hitam
loading...
A
A
A
MOSKOW - Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam serangkaian latihan militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan mitranya di wilayah Laut Hitam yang sensitif, di lepas pantai Rusia dan Ukraina. Rusia memperingatkan potensi risiko eskalasi atas kegiatan tersebut.
Direktur Departemen Eropa Keempat Kementerian, Yuri Pilipson, mengatakan bahwa manuver NATO baru-baru ini berisiko menciptakan ketegangan.
"Sangat jelas bahwa 'pelatihan' semacam ini memprovokasi, bukannya mencegah, situasi konflik," katanya seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (6/8/2021).
Diplomat itu menambahkan bahwa Rusia akan melakukan apa pun untuk memastikan keamanan nasionalnya, dan memandang penumpukan pasukan di kawasan itu sebagai isyarat yang mengancam.
"Kami telah berulang kali memperingatkan bahwa eskalasi konflik militer-politik langsung di perbatasan kami membawa serta tuduhan konfrontatif," ujarnya.
Selama dua minggu antara Juni dan Juli, NATO menjadi tuan rumah latihan Sea Breeze 2021 yang diikuti 5.000 pelaut, 40 pesawat tempur, dan 32 kapal dari negara-negara anggotanya yang berlayar ke Laut Hitam. Ukraina, yang telah lama memiliki aspirasi untuk bergabung dengan blok pimpinan AS itu, juga berpartisipasi.
Tepat sebelum latihan dimulai, sebuah kapal perusak Inggris, HMS Defender, menyeberang ke perairan sekitar Crimea. London menolak kedaulatan Rusia atas semenanjung dan laut di sekitarnya, serta menegaskan kapalnya beroperasi dalam hukum internasional.
Moskow mengerahkan jet tempur dan menggunakan kapal patroli perbatasan untuk menembakkan tembakan peringatan sampai kapal itu meninggalkan daerah tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin kemudian mengecam insiden itu sebagai "provokasi."
"Bahkan jika kita telah menenggelamkan kapal itu, masih sulit untuk membayangkan bahwa dunia akan berada di ambang Perang Dunia III," ujarnya.
"Mereka yang melakukan ini tahu bahwa mereka tidak bisa keluar dari kemenangan perang seperti itu. Itu hal yang sangat penting," imbuhnya.
Direktur Departemen Eropa Keempat Kementerian, Yuri Pilipson, mengatakan bahwa manuver NATO baru-baru ini berisiko menciptakan ketegangan.
"Sangat jelas bahwa 'pelatihan' semacam ini memprovokasi, bukannya mencegah, situasi konflik," katanya seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (6/8/2021).
Diplomat itu menambahkan bahwa Rusia akan melakukan apa pun untuk memastikan keamanan nasionalnya, dan memandang penumpukan pasukan di kawasan itu sebagai isyarat yang mengancam.
"Kami telah berulang kali memperingatkan bahwa eskalasi konflik militer-politik langsung di perbatasan kami membawa serta tuduhan konfrontatif," ujarnya.
Selama dua minggu antara Juni dan Juli, NATO menjadi tuan rumah latihan Sea Breeze 2021 yang diikuti 5.000 pelaut, 40 pesawat tempur, dan 32 kapal dari negara-negara anggotanya yang berlayar ke Laut Hitam. Ukraina, yang telah lama memiliki aspirasi untuk bergabung dengan blok pimpinan AS itu, juga berpartisipasi.
Tepat sebelum latihan dimulai, sebuah kapal perusak Inggris, HMS Defender, menyeberang ke perairan sekitar Crimea. London menolak kedaulatan Rusia atas semenanjung dan laut di sekitarnya, serta menegaskan kapalnya beroperasi dalam hukum internasional.
Moskow mengerahkan jet tempur dan menggunakan kapal patroli perbatasan untuk menembakkan tembakan peringatan sampai kapal itu meninggalkan daerah tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin kemudian mengecam insiden itu sebagai "provokasi."
"Bahkan jika kita telah menenggelamkan kapal itu, masih sulit untuk membayangkan bahwa dunia akan berada di ambang Perang Dunia III," ujarnya.
"Mereka yang melakukan ini tahu bahwa mereka tidak bisa keluar dari kemenangan perang seperti itu. Itu hal yang sangat penting," imbuhnya.
(ian)