Kebakaran Turki Parah, 4 Tewas dan Ribuan Wisatawan Dievakuasi
loading...
A
A
A
Penduduk kota yang terkena dampak mengatakan kepada wartawan bahwa mereka belum pernah melihat yang seperti itu. Ibrahim Aydn, seorang petani, mengatakan bahwa dia telah kehilangan semua ternaknya dan hampir terbunuh saat memadamkan api.
“Semua yang saya miliki terbakar habis. Saya kehilangan domba dan hewan lainnya,” katanya kepada Daily Sabah. “Ini tidak normal. Ini seperti neraka.”
Di seluruh negeri, petugas pemadam kebakaran berjuang melawan lebih dari 50 titik api. Puluhan orang dirawat di rumah sakit oleh asap.
Saat berita menyebar, tanda pagar (tagar) #PrayForTurkey menjadi trending topic di Twitter dengan gambar kehancuran dan peta yang menunjukkan lokasi lebih dari dua lusin kebakaran di seluruh negeri.
Para menteri pemerintah berspekulasi bahwa penyebabnya mungkin serangan pembakaran oleh gerakan separatis Kurdi PKK, tetapi tidak memberikan bukti.
Beberapa laporan media lokal menyebutkan tren iklim yang lebih luas yang meningkatkan bahaya kebakaran di Turki dan di tempat lain.
Ilmuwan iklim telah lama memperkirakan Mediterania akan terpukul keras oleh kenaikan suhu dan perubahan curah hujan, didorong oleh emisi manusia. Menurut laporan terakhir oleh Panel Antarpemerintah PBB tentang Perubahan Iklim, risiko kebakaran hutan di masa depan diproyeksikan meningkat di Eropa selatan.
Ilmuwan iklim Turki Levent Kurnaz mengatakan cuaca baru-baru ini telah menciptakan kondisi untuk pengapian yang mudah. “Cuaca sangat panas dan kering. Ini membantu untuk memulai kebakaran. Kesalahan terkecil kami mengarah pada bencana besar," tulis dia di Twitter.
Tahun ini sepertinya akan melanjutkan tren tersebut. Organisasi Meteorologi Dunia menulis di Twitter bahwa panas ekstrem melanda wilayah Mediterania yang lebih luas dengan suhu yang diperkirakan naik di atas 40 derajat Celsius di daerah pedalaman Italia, Yunani, Tunisia, dan Turki. Pihaknya telah mendesak persiapan untuk mencegah masalah kesehatan dan pasokan air.